Tidak ada panggilan misi
Pemahaman bahwa panggilan misi itu tidak ada, tidak mencoba mengurangi orang yang pergi misi, atau mencegah siapapun untuk menjadi misionaris dalam cara apapun. Kenyataannya, hal itu timbul dari rasa frustasi, karena melihat orang-orang yang tetap tinggal karena mereka kurang memiliki panggilan misi “yang dibayangkan.” George Wilson pada tahun 1901, menekankan, “Jangan meragukan apakah Anda telah memiliki panggilan yang jelas dari Kristus untuk tetap tinggal?” dengan kata lain, jika anda bebas untuk memilih hidup sebagai misionari dan tidak membutuhkan sebuah panggilan, mengapa Anda tidak memilihnya pergi?
Misionaris martir yang terkenal Jim Elliot juga merupakan seorang mobilisator misi selama tahun-tahun persiapannya. Dia terus-menerus mengadakan tantangan misi di hadapan teman-temannya. Detak jantungnya diungkapkan dalam salah satu tulisan catatan hariannya, “Orang-orang muda kita pergi ke lapangan professional, karena mereka ‘merasa tidak dipanggil’ ke ladang misi. Kita tidak membutuhkan panggilan; kita memerlukan dorongan.” Namun orang-orang lain yang menekankan alternative serupa dari pemahaman ini, setuju dengan penyataannya, bahwa kita tidak membutuhkan panggilan pribadi, karena Allah telah memanggil kita semua.
Setiap orang Kristen telah menerima panggilan misi
Banyak orang memperdebatkan, bahwa perintah Yesus untuk menggenapi Amanat Agung dan menyelamatkan mereka yang menuju kebinasaan, tidak membutuhkan sebuah panggilan pribadi setelah itu. Mereka percaya, bahwa ketika Anda menjadi seorang Kristen, Anda sedang bergabung bersama bala tentara dan menerima perintah berperang yang telah diberikan. Sejarahwan misi, Stephen Neil bertanya, “Jika saya tidak dapat hidup tanpa Kristus, dapatkah saya berbaring dengan nyaman di tempat tidur saya , sementara ada satu orang di dunia yang belum mendengar tentang Kristus?” Jim Elliot berkata, “Perintahnya sederhana, pergilah kamu ke seluruh dunia dan beritakanlah kabar baik. Perintah ini tidak dapat didispensasikan, tidak dapat dikhususkan, dan tidak dapat dirasionalisasikan. Ini berlaku sebagai sebuah perintah yang gambling, yang mungkin direalisasikan oleh karena janji Panglima Tertinggi yang menyertai.”
Ion Keith-Falconer menutup pidato terakhirnya kepada murid-murid di Edinburgh dan Glasgow, dengan mengatakan, “Sementara benua-benua yang luas diselubungi oleh kegelapan hampir total, dan ratusan juta orang menahan kengerian-kengerian dari pemujaan berhala, dan dari ajaran Islam, beban pembuktian ada di pundak Anda, untuk menunjukkan bahwa keadaan-keadaan di mana Allah telah menempatkan Anda, dimaksudkan Allah untuk menjauhkan Anda dari ladang luar negeri.” Robert Speer menulis tentang keyakinannya, bahwa panggilan misi itu tidak ada, selain dari panggilan umum yang telah diterima oleh semua orang Kristen, dan bahwa banyak misionaris yang terkenal tidak memiliki panggilan. Dia menegaskan bahwa David Livingstone tidak memiliki panggilan seperti Rasul Paulus; dan bahwa bersama Henry Martyn, William Carey, Ion Keith-Falconer. Sembilan dari sepuluh misionaris-misionaris besar di dunia tidak pernah memiliki panggilan seperti itu sama sekali.” Speer melanjutkan, “Sebuah kewajiban umum terletak pada orang Kristen untuk melihat, bahwa Injil dari Yesus Kristus diberitakan kepada dunia. Anda dan saya tidak memerlukan panggilan yang khusus. Selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 khususnya, para pemikir misi menekankan panggil universal yang telah diterima oleh semua orang Kristen. Yang pertama adalah kebutuhan…, yang kedua adalah ketiadaan diskualifikasi personal; dan diri kita sendiri bukanlah hakim-hakim yang terbaik di sana.
Setiap orang Kristen telah menerima panggilan misi
Elemen yang ketiga adalah, ketiadaan rintangan apakah ini dapat diatasi atau tidak bergantung pada kemampuan pribadi dalam menghadapi rintangan.” Kesimpulannya, “Pertanyaan untuk kita jawab bukahlah, apakah saya dipanggil ke ladang misi di luar negeri? Tetapi, Dapatkah saya menunjukkan alasan yg cukup untuk tidak pergi?
Anda memerlukan panggilan misi pribadi
Pendapat berbeda diberikan sejumlah ahli dengan semangat yang sama, bahwa misionaris-misionaris harus dipanggil secara berbeda secara spesifik. Thomas Hale menulis, “Misioaris-misionaris, khususnya, dipimpin keluar dari budaya-budaya mereka sendiri menuju ke perairan-perairan yang belum dipetakan. Mereka perlu disisihkan, dan memerlukan panggilan khusus yang jelas dan pasti, bahwa ini adalah jalan Allah yang telah dirancang bagi mereka.” Sejumlah orang telah menulis mengenai panggilan misi sebagai panggilan kepada suatu tempat, yang lainnya menulis tentang panggilan kepada suatu suku bangsa, yang lainnya kepada sebuah strategi, dan yang lain lagi menulis panggilan untuk memuliakan Allah di antara suku2 bangsa dalam banyak cara.”
Pandangan-pandangan yang berbeda dan terus-menerus berubah mengenai pnggilan misi menyebabkan banyak orang merasa bingung di depan berbagai macam kemungkinan. Pandangan sekilas yang lebih lanjut ke dalam perkembangan sejarah daripanggilan misi menyingkapkan cakupan luas dari opini-opini dan argumen-argumen untuk memahaminya, dari mana kita dapat memperoleh pengertian-pengertian yang berharga.
Perkembangan sejarah
Pemahaman mengenai panggilan misi telah berkembang sepanjang eras misi modern. Pada awalnya, pemahaman tentang panggilan misi sangat sederhana, adalah keinginan untuk pergi berdua-dua dengan hasrat pribadi, yaitu dengan ketaatan plus hasrat. Detail-detail mengenai di mana, dengan lembaga yang mana, strategi-strategi dan metode-metode diserahkan kepada pilihan individu, dan keadaan-keadaan. Selama beberapa era dari sejarah misi modern, para pemikir misi menyatukan detail-detail ini ke dalam pandangan mereka, tentang sifat dasar dan luas bentangan dari panggilan itu, yang pada gilirannya mempengaruhi pemahaman dari panggilan misi di era berikutnya.
Di abad-abad pertama jemaat mula-mula, pemahaman tentang panggilan misi tidak pernah diartikan dengan jelas, meskipun sejarahwan misi Kenneth Scot Latourette mengatakan, “Profesi itu kelihatannya telah dimaksudkan sebagai sebuah profesi, yang kepadanya manusia dipanggil oleh Roh Kudus, dan bukan oleh manusia. Di bawah pengarahan dari Roh Kudus, mungkin mempersiapkan mereka, untuk dipakai atau mengenali panggilan mereka.” Ketika Latourette membahas periode 500-1500 M, disiplin tersebut menunjukkan perkembangan yan gjelas. Dia menuliskan, “Misonaris profesioanal kelihatannya menjadi jauh lebih menonjol dalam 10 abad ini daripada 500 tahun yang pertama dari ekspansi iman.”
Sampai akhir abad ke-18, Gereja Roma Katolik memimpin usaha-usaha misi. Ordo-ordo keagamaan seperti kaum Jesuit(Serikat Yesus), memimimpin di depan, melayani sebagai tenaga misonaris dari gereja, dan mayoritas dari para misionaris ituadalah para biarawan. Dengan menurunnya pengaruh ordo Jesuit, di akhir 1700-an, misi Protestan mulai menemukan tempatnya.
Panggilan untuk pergi: Lahirnya gerakan modern
(Sebuah penyelidikan mengenai kewajiban orang Kristen untuk memakai segala cara demi pertobatan para penyembah berhala), yang di dalamnya dia menegaskan tentang kedaulatan Allah, namun juga menekankan rencana Allah untuk memakai sarana, dan bahwa kita adalah sarana yang Dia pakai. Filsafatnya tentang misi menghasilkan pelayanan yang secara berkesinambungan mempengaruhi mata pelajaran misiologi.
Pada batas tertentu, dia adalah seorang pelopor dari para misionaris dengan platform-akses-kreatif, dan misionaris swadaya yang kita lihat sekarang. Ketika dia pertama kali tiba di India, dia harus menghindari para penguasa Inggris, karena perusahaan Brithis East India, telah berketetapan bahwa pekerjaan misi hanya akan mengganggu hubungan yang sudah rawan dengan kaum pribumi, dan oleh karenanya kegiatan seperti itu harus dilarang. Dia bekerja untuk menghidupi keluarganya dan komunitas misi dalam beragam pekerjaan mulai dari guru b esar sampai ke manager perkebunan nila. Dia sangat aktif dalam hobi-hobinya mengenai botani dan geografi, dia belajar banyak bahasa secara otodidak, dan meninggalkan warisan yang pengaruhnya masih berlanjut sampai saat ini. Pencapaian-pencapaiannya termasuk lebih dari 40 terjemahan Alkitab, selusin pos misi di seluruh India, buku tata bahasa dan kamus dalam berbagai bahasa, tiga putra yang menjadi misionaris, dan riset serta karya-karya sastra Hindu ke dalam bahasa Inggris, dan riset serta pelatihan perkebunan yang sangat penting. Sangat membesarkan hati, bahwa orang-orang percaya India mengakui nilai dan pelayanan William Carey dalam memajukan agama Kristen.
Carey adalah orang pertama yang berdiri melawan, baik pembunuhan keji dan penindasan atas kaum perempuan yang tersebar luas, yang jelas-jelas berkaitan erat dengan ajaran Hindu abad ke 18 dan 19. Para laki-laki India mengahncurkan kaum perempuan melalui poligami, pembunuhan terhadap bayi perempuan, pernikahan anak di bawah umur, pembakaran janda (Sati), euthanasia, larangan pendidikan bagi kaum perempuan yang semua itu disetujui agama. Pemerintah Inggris dengan rasa takut menerima kejahatan-kejahatan social ini sebagai sesuatu yang tidak dapat diubah, dan bagian yang hakiki dari adat istiadat religius India. Carey mulai melakukan riset sosiologis dan scriptural yang sistematis. Dia menerbitkan laporan-laporannya untuk membangkitan opini public dan protes…ini adalah perjuangan gigih Carey melawan Sati selama 25 tahun, yang akhirnya mendorong Lord Bantinck mengeluarkan dekrit yang terkenal di tahun 1829, yang melarang salah satu praktik keagamaan yaitu pembakaran janda.
Tentu saja, telah ada misionaris-misionaris sebelum William Carey. Dia sangat dipengaruhi oleh kehidupan dan tulisan-tulisan dari John Eliot dan David Brainerd, misionaris-misionaris bagi orang-orang Indian di koloni Inggris, Amerika Utara. Dia membaca catatan harian Kapten Cook dan membuat catatan yang teliti perihal penduduk-penduduk, bahasa-bahasa, dan agama-agama dari tempat-tempat yang dikunjungi oleh Cook. Hal inilah yang membuat dia rindu untuk pergi. William Carey merasa gelisah ketika ia mempertimbangkan perintah-perintah dari Firman Allah, dan kegelapan rohani dunia ini.
Pelayanan-pelayanan dari Ann dan Adoniram Judson dan orang-orang lain yang tak terhitung banyaknya telah mengikuti jejak Carey, dan semangatnya untuk pergi kepada bangsa-bangsa. Panggilan untuk pergi pada akhirnya akan terjadi dengan alamiah, dan berkembang di dalam penekanan yang lebih spesifik.
Panggilan untuk pergi: Lahirnya gerakan modern
Sebuah era yang telah berkonsentrasi pada daerah-daerah pesisir dari Negara-negara sasaran segera bergeser pada penekanan untuk menjangkau daerah pedalaman. J. Hudson Taylor adalah pemimpin utama dalam pemusatan kembali secara geografis dan dianggap sebagai bapak dari misi iman.
Panggilan untuk pergi ke mana
Rasa keterdesakan yang dimiliki William Carey berkaitan membawa Injil ke negeri-negeri para penyembah berhala, sangat mempengaruhi J. Hudson Taylor (1832-1905). Taylor bertobat sejak remaja, dia segera menetapkan hatinya pada China. Dia mempersiapkan diri untuk pelayanan medis dalam pelayanannya di China, sebelum akhirnya kesehatannya yang buruk memaksanya kembali ke Inggris. Tetapi hal itu tidak menghentikannya, kemudian dia memulai usaha untuk memobilisasi, guna merekrut orang-orang muda dan kembali lagi ke China. Dia memberikan teladan dan sebuah komitmen untuk melangkah keluar dan melayani Tuhan dalam misi, tanpa jaminan dukungan, hanya bergantung pada providensia Allah. Misionaris-misionaris yang mendaftar dan mengikuti dia lalu menjalankan pedoman-pedoman yang sama. Taylor memberikan penyataannya kepada kita, “Pekerjaan Tuhan, apabila dilakukan dengan cara Tuhan, tidak akan pernah kekurangan sumber-sumber daya Tuhan.”
Taylor sangat terbeban kepada orang China. Di tengah kontroversi besar, dia mengutarakan sebuah pimpinan yang jelas dari Tuhan, untuk pergi ke bagian-bagian pedalaman China yang berbahaya dan tak dikenal. Panggilan ini memimpin dia untuk mempertahankan usaha-usaha misi yang kelak akan menghasilkan strategi-strategi untuk menjangkau daerah pedalaman China. Dan banyak badan-badan misi di era kemudian yang merasakan pengaruhnya secara langsung maupun tidak, ketika mereka menggunakan strateginya, seperti :China Inland Mission, Unevangelized Fields Mission, dan Regions Beyond Missionary Union.
Taylor mempengaruhi pemikiran misi dengan penekanan atas pentingnya strategi-strategi dalam usaha-usaha misi, ketaatan melebih peringatan dan keamanan, dan menyoroti peran dari pengutus di tempat asal. Bagaimanapun, desakannya untuk berfokus pada daerah-daerah yang spesisfk secara geografislah, yang menyebabkan berkembangnya cara sejumlah orang untuk memahami panggilan misi. Pengaruh ini menyebabkan sejumlah orang untuk percaya, bahkan sampai hari ini, bahwa suatu panggilan misi harus meliputi pengertian tentang “ke mana”m terjadabg bahkan mengharapkan akurasi tempat yang spesifik.
Panggilan untuk pergi kepada siapa
Pakar misi, Paul Hiebert menunjukkan bahwa usaha-usaha misi selama bertahun-tahun tanpa kepedulian untuk memahami budaya-budaya, cara pandang dunia mereka, atau agama-agama yang mereka pegang, sebelum kedatangan kita, akan menghasilkan banyak sinkretisme, dan seringkali sedikit buah yang bertahan. Bagaimanapun, dalam apa yang dia sebut sebagai era anticolonial, suatu pergeseran terjadi, yang mengakibatkan timbulknya pengakuan akan nilai-nilai dari budaya-budaya yang ada di dunia. Di antara manfaat-manfaat lainnya, pengakuan ini menuntun kepada penghargaan terhadap pengontekstualisasian pesan misi dan tumbuhnya pemahaman akan dampak budaya terhadap komunikasi dan penerjemahan. Pemikiran tentang kelompok suku seperti ini juga telah menemukan jalannya ke dalam cara kita memandang misi dan panggilan misi.
Perkembangan sejarah
David Hesselgrave menyatakan, “Hadrian Saravia (1531 – 1613) dan Justinan von Weltz (1621-1668) ada di antara mereka yang pertama berargumen, bahwa gereja masih memiliki kewajiban untuk melaksanakan Amanat Agung.” John Calvin memimpin usaha-usaha misi Protestan di pertengahan tagyb 1500-an, dengan mengutus misioanaris-misionaris ke Brazil. Perhimpunan-perhimpunan misi Anglikan mengutus pria-pria seperti John Elliot dan David Brainerd untuk bekerja di antara orang-orang Amerika pribumi. Pelopor-pelopor misi Protestan lainnya, termasuk Count Zinzedorf dan Moravian Brethern-nya (Persaudaraan Moravia).
Di Inggris abad ke-18, William Carey mulai menyoroti kebutuhan untuk membawa Injil kepada para penyembah berhala – khususnya di India. Hudson Taylor di abad ke-19, memimpin para misionaris untuk menitikberatkan lokasi misi ke pedalaman China. Ralph. D. Winter mengombinasikan pandangan-pandangan misionaris abad ke-20 dari Donald McBavran dan Cam Townsend, dan memanggil gereja untuk memikirkan misi dalam kaitan dengan suku-suku bangsa berdasarkan etnolinguistik. Penekanan-penekanan dari setiap era ini memberitahukan pandangan kontemporer tentang panggilan misi.
Pada konteks kita saat ini, adalah mungkin untuk mendengar definisi-definisi dari panggilan misi yang menekankan salah satu dari berapa kombinasi dari pemahaman-pemahaman tersebut. Sebagai tambahan, semakin lazim kita mendengar kesaksian panggilan misi yang berkata, “Saya merasa bahwa tidak ada batasan geografi sama sekali untuk panggilan saya.” Kesaksian ini akan menjadi problematis dengan lembaga-lembaga denominasi itu yang menekankan panggilan yang pasti ke sebuah lokasi spesifik – meskipun persyaratan seperti itu tidak memiliki dukungan yang alkitabiah, lembaga tersebut menekankan suatu definisi yang sempit tentang panggilan misi, hal itu kadang-kadang dapat mengarah kepada kerancuan. Misalnya, jika Anda merasa dipanggil untuk pergi misi, namun tidak dapat menjelaskan panggilan Anda sebagaimana sebuah lembaga telah mendefinisikannya, hal itu membuat Anda bertanya-tanya, apakah Anda memang dipanggil?
Panggilan untuk pergi: Lahirnya gerakan modern
Para sejarahwan misi mengganggap William Carey (1761-1834), sebagai bapak misi modern, bukan karena dia adalah misionaris Protestan pertama, melainkan karena misiologi, metode-metode, dan strategi-strateginya. Siapakah William Carey, dan bagaimana pandangan misinya bisa mempengaruhi pemahaman akan panggilan misi di eranya? Beban Carey bagi para penyembah berhala menyebabkan dia dan keluarganya pindah ke India. Dia mengembangkan dan mempraktikkan lima prinsip filsafat misi: 1) pemberitaan Injil yang tersebar luas; 2) distribusi Alkitab dalam bahasa daerah; 3) pemahaman jemaat, 4) mempelajari agama non Kristen secara mendalam; 5) pelatihan pelaanan dalam sebuah program yang komprehensif. Carey adalah seorang pendeta Baptis yang memiliki vokasi ganda di antara pendeta-pendeta Baptis yang hiper-Kalvinistik. Ketika dia meminta mereka untuk mempertimbangkan untuk membawa Injil kepada orang-orang terhilang, di negeri-negeri yang belum pernah mendengar Injil, moderator Dr. John Ryland menyuruhnya duduk dan mengatakan bahwa Allah akan menyelamatkan para penyembah berhala pada waktu-Nya tanpa bantuan mereka. Tentu saja, William Carey dapat dipahami sebagai seorang muda yang berhati misi, yang merasa dipanggil untuk pergi misi, namun gerejanya menolak untuk menugaskannya. Dalam frustasi besar, ia menulis, “An Enquiry into the Obligation of Christians to Use Means for the Conversion of Heathens”.
Pergerakan-pergerakan historis dan orang-orang kunci
Jim Elliot mungkin adalah misionaris paling terkenal di abad ke 20. Meskipun ada pria lain yang mati martir bersama Elliot – Peter Fleming, Nate Saint, Roger Youderian, dan Ed Mc Cully – tetapi namanya yang paling dikenal. Kisah hidup, pekerjaan misi, dan kemartirannya telah diceritakan melalui artikel-artikel, buku-buku, film-film, dan kotbah-kotbah yang tidak terhitung banyaknya. Buku catatan hariannya diterbitkan setelah kematiannya, mencatat pengalaman dari seorang muda yang bergumul dengan hal-hal yang berkenaan dengan panggilan Allah. Para pembaca dapat melihat bagaimana Allah membimbing dan mengarahkan Elliot kepada kesadaran yang dalam dari panggilan dan komitmennya untuk melayani, tanpa menghiraukan harga yang harus dibayar, bahkan nyawanya sendiri. Tulisan-tulisannya menggambarkan pemahaman bahwa Allah secara pribadi memanggil individu-individu untuk melayani dalam misi dan bahwa ketika Dia memanggil seseorang, maka Dia akan memperlengkapi dan menopang. Akhirnya, pemahaman Jim Elliot tentang panggilan Allah atas hidupnya dan kesetiaannya, kematiannya, telah menginspirasi, mendidik dan memobilisasi generasi-generasi untuk pelayanan misi. Tanpa keraguan, kisah kemartiran lima pria itu telah memobilisasi ribuan orang ke ladang misi. Banyak pribadi yang telah mempengaruhi isi dari buku ini, mengutip bahwa insinden Januari 1959 sebagai peristiwa kunci dalam panggilan misi mereka.
Perang dunia telah berdampak secara signifikan bagi misi. Banyak pria dan wanita muda pulang dengan beban bagi misi, dan kemudian kembali kepada bangsa-bangsa sebagai tentara-tentara Kristus, dengan pesan perdamaian. Factor-faktor yang menuntun para misionaris baru ini, yaitu dari pemaparan internasional, melihat kebutuhan-kebutuhan jasmani dan rohani dari dunia, dan juga sejumlah orang merasa bersalah atas apa yang telah mereka lakukan ketika bertugas di medan perang. Bagi sebagian orang, rasa sakit dan pengorbanan yang telah mereka derita dan saksikan bagi Negara mereka, telah mengajar mereka, bahwa mereka dapat dan juga harus melakukan lebih lagi untuk Kristus. Dave Howard salah satu misionaris itu, menulis
Saya adalah bagian dari generasi misionaris pasca Perang Dunia II. Kami dikondisikan oleh pengorbanan yang diderita personel militer kami, demi membela demokrasi dunia. Bunyi tangisan kami para calon misionaris muda, terdengar berbunyi seperti ini: “Para pria dan wanita kita meninggalkan rumah dan keluarga, dan pergi ke luar negeri untuk dua, tiga atau empat tahun, guna membela bangsa kita. Mereka menyerahkan segalanya, bahkan nyawa mereka untuk maksud itu. Dapatkah kita melakukan kurang dari itu dalam laskar Allah?” kami merespon dengan antusias kepada panggilan seperti itu. Pengorbanan adalah kata yang besar bagi kami. Sahabat terbaik saya di perguruan tinggi, yang kemudian menjadi pendamping dalam pernikahan saya, dan juga kakak ipar saya, Jim Elliot, dengan kuat mempengaruhi banyak dari kami, dengan panggilan untuk berkorban. Catatan hariannya penuh dengan panggilan-panggilan dramatis untuk berkomitmen, bahkan sampai mati. Pernah saya menghitung, ada lebih dari 30 referensi tentang kehidupan yang singkat dan juga kematian dalam catatan hariannya. Sikap hati seperti ini membuat kesan yang dalam bagi saya.”
Motivasi-motivasi eskhatologis menggerakkan misionaris-misionaris lain. sejumlah premilenialis percaya, bahwa Kristus akan segera datang, dan bahwa mreka harus membawa masuk sebanyak mungkin orang, secepat mungkin, dengan segala cara yang mungkin. Yang lainnya percaya, bahwa Dia tidak dapat datang kembali sampai mereka telah menyelesaikan tugas gereja. Mereka menjadikan perintah terakhir dari Kristus menjadi prioritas utama.
Pergerakan-pergerakan historis dan orang-orang kunci
Karena pemahaman mereka tentang Matius 24:12, “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia, menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” Menurut sejumlah orang, ayat ini mengajarkan bahwa Yesus tidak dapat kembali, sampai kita selesai menjangkau setiap kelompok suku terabaikan, dan bahwa Dia akan kembali segera sesudah kita menyelesaikannya. Motivasi-motivasi eskhatologis ini, menambahkan perasaan kemendesakan kepada panggilan misi. Para misionaris yang menekankan kehendak bebas dan tanggung jawab manusia, cenderung menekankan unsur ini melebihi orang-orang lain.
Menerapkan sejarah
Para misionaris sepanjang sejarah, telah mendefinisikan dan menggambarkan panggilan misi dalam banyak cara. Sejumlah orang mengingatkan kitab, bahwa Alkitab idak menyebutkan panggilan seperti ini, dan semua orang dapat pergi. Yang lainnya telah berkata, bahwa jalan itu sangat berbahaya, sehingga Anda sebaiknya memastikan p0anggilan misi Anda, sebelum Anda mencoba untuk pergi. Sejumlah orang lain bersikeras agar Anda pergi ke mana Allah memimpin, yang lainnya berkata panggilan itu adalah untuk pergi ke tempat di mana Injil belum disaksikan, sementara yang lainnya mendorong Anda untuk bergabung dalam penuaian, dan mereka semua mengutip bukti alkitabiah bagi argument mereka.
Alkitab berbicara tentang detak jantung allah bagi suku-suku bangsa dari awal hingga akhir. Firman Allah penuh dengan contoh-contoh tentang umatNya yang dipimpin untuk memberi dampak kepada suku-suku bangsa bagi kemuliaan Allah. Meskipun kata-kata misionaris dan misi tidak ditemukan, tetapi perihal melintasi batas-batas budaya, agar dapat membagikan Injil, dapat dililihat dengan jelas dan diajarkan. Sebenarnya Alkitab itu gambling dalam menyatakan bahwa sejumlah orang akan pergi dan yang lainnya akan mengutus. Seluruh jemaat di Antiokia tidak bergabung dengan Barnabas dan Paulus, ketika Roh Kudus menugaskan mereka untuk perjalanan misi. Sebagai tambahan, Rasul Paulus menyatakan dengan jelas di Roma 10:13-15, bahwa suku-suku bangsa harus mendengar Injil untuk diselamatkan, dan bahwa para saksi harus diutus untuk memberitakannya. Amanat Agung bukanlah sebuah panggilan misi yang universal bagi setiap orang percaya, sehingga mereka harus mengepak bagasi dan pindah ke bagian bumi yang lain. Kebenaran panggilan misi itu memang ada harus dipahami dan ketika sesungguhnya sangat sedikit orang yang memahami apa yang mereka maksudkan dengan istilah itu. Kebingungan yang disebabkan oleh banyak sekali definisi panggilan misi, membuat banyak orang Kristen meragukan bahwa Allah telah berbicara kepada mereka.
Pandangan sekilas melalui beberapa halaman sejarah misi ini menunjukkan bahwa tidak pernah ada satu definisipun tentang panggilan misi. Beberapa orang telah menyatakan bahwa Amanat Agung cukup merupakan panggilan. Dewasa ini ini sejumlah orang mendefinisikan panggilan itu dalam berbagai cara yang mengulangi perkataan tokoh-tokoh besar misi di masa lalu. Detak jantung panggilan misi dari Dewan Misi Internasional dari Southern Baptist Convention, bergema sepanjang jalan mundur ke masa William Carey, ketika seseorang menjadi sadar akan kebutuhan “di luar sana” dan akan fakta bahwa ia diperlengkapi untuk memenuhi kebutuhan itu. Jenis panggilan ini menjadi sebuah keharusan yang meluap-luap untuk mengikuti pimpinan Allah. Banyak yang dapat kita pelajari dari para misionaris di masa lalu dan yang sekarang telah membawa kejelasan bagi panggilan misi itu. Panggilan misi, sama seperti kasih yang Anda rasakan untuk seseorang, secara unik dan sesuatu yang bersifat pribadi, yang sukar dipahami.