Contoh-contoh alkitabiah dari panggilan, bukanlah sesuatu yang memberi petunjuk mengenai bagaimana seharusnya setiap panggilan itu. Kita semestinya tidak memandang contoh-contoh Alkitab sebagai preseden untuk membuat sebuah daftar perbandingan dengan pengalaman-pengalaman kita sendiri. sebaliknya, contoh-contoh Alkitab tersebut bersifat menggambarkan apa yang terjadi ketika Allah memanggil orang-orang pada waktu-waktu yang berbeda dalam sejarah Alkitab. Kejadian-kejadian yang tercatat ini dipakai sebagai ilustrasi bagi detak jantung Allah, kebangunan kepada suatu panggilan pelayanan dan respons dari pelayan kepada panggilan-Nya.
Dalam kitab Injil, tercatat ekspansi kekristenan dalam tindakan rasul-rasul, surat-surat yang ditujukan kepada gereja-gereja awal dari sebuah ladang misi, dan restu dari penatua-penatua Yerusalem dalam Kis. 15, untuk membagikan Injil kepada orang-orang non-Yahudi. Kita juga mempelajari bahwa Allah akan berhasil dalam pekerjaan misi-Nya. Yohanes mengatakan dalam Wahyu 7:9, “Kemudian dari pada itu, aku melihat: Sesungguhnya suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat dihitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan tahta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.” Walau bagaimanapun, memandang sepintas ke dalam Perjanjian Lama menunjukkan bahwa Allah telah selalu peduli akan suku-suku bangsa dari dunia kepunyaan-Nya.
MANDAT MISI
Allah adalah Pemberita Kabar baik yang pertama kepada manusia yang jatuh ke dalam dosa. Ketika Adam dan Hawa jatuh, bukannya mereka datang kepada Allah dan mencari cara untuk memperbaiki kemelut, mereka malah menyembunyikan dirinya. Allah datang kepada mereka dan memperhadapkan mereka dengan dosa-dosa mereka. Dia juga memberikan pengharaan kepada mereka dalam apa yang disebut dengan protoevangelion, Injil yang pertama (Kej 3:15). Diberikan sebagai janji yang akan digenapi. Versi Kabar Baik ini masih berada dalam bayang-bayang dari wahyu mula-mula, namun ini merupakan janji Allah, bahwa keturunan dari perempuan itu akan menang atas ular dan siasat-siasatnya.
Bagaimanapun, bahkan setelah kejatuhan, laki-laki dan perempuan melanjutkan hidup mereka dalam dosa sampai ke derajat di mana Allah membinasakan hampir semua umat manusia dan binatang-binatang dalam air bah. Orang-orang yang selamat adalah keluarga Nuh, dan binatang-binatang yang Allah telah bawa kepada Nuh. Setelah air bah, dosa kembali kepada kariernya akan kemabukan, kekejaman, dan pemberon-takan. Allah telah memerintahkan manusia untuk menaati amanat dasar-Nya, untuk memenuhi seluruh bumi, mendudukinya dan berkuasa atasnya. Namun, manusia malah memberontak, dan membangun sebuah menara yang sangat tinggi, sehingga mereka bisa berkumpul di satu tempat. Allah turun dan membagi suku-suku bangsa di dunia dengan menciptakan bahasa-bahasa. Kita melihat kisah ini dan tabel segala suku-suku bangsa dalam Kejadian 10 dan 11; kemudian dalam Kejadian 12, kita kembali melihat detak jantung misi Allah.
Kejadian 12, menceritakan panggilan Allah kepada seorang pria bernama Abram. Dalam ayat 3, Allah menunjukkan kepada kita bahwa Perjanjian Lama bukan hanya tentang kepedulian Allah kepada bangsa Yahudi: “Dan olehmu, semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Kepedulian bagi segala bangsa dari hasrat-Nya agar mereka memuliakan Dia ditemukan di sepanjang Perjanjian Lama.
Bersambung……