Frase ini merupakan salah satu dari banyak frase dalam PL yang banyak menimbulkan berbagai penafsiran. Hal ini terjadi karena adanya semcam kerancuan dalam memahami arti kata ‘mulai’ dan ‘memanggil nama Tuhan.’ Kisah persembahan Kain dan Habel dalam bagian sebelumnya seringkali diidentikkan dengan tindakan memanggil nama Tuhan. Namun mengapa pada 4:26 dikatakan bahwa pada waktu itulah orang mula memanggil nama Tuhan?
Yang jelas, frase ini pasti bukan berarti bahwa saat itulah nama Yahweh mulai dikenal orang karena Hawa sudah menyebut dengan nama itu (4:1). Selain itu dalam keseluruhan PL, frase ‘memanggil nama Tuhan” tidak merujuk pada penyebutan verbal saja (12:8; 13:4; 21:33; 26:25; 1 Raja 18:24; 2 Raja 5:1; Zef. 3:9).
Dari sisi teks Ibrani yang dipakai, kita sebenarnya tidak bisa mengetahui secara jelas siapa yang memanggil nama “TUHAN”. Tidak ada subyek yang eksplisit di ayat ini. Berbagai versi modern mencoba menyisipkan “orang”, sementara LXX memilih Enos sebagai subyek. Meskipun beragam usulan ini secara tata bahasa memungkinkan, namun konteks berpihak pada pilihan yang pertama. Kita sulit membantah bahwa 4:25-26 merupakan kontras terhadap keturunan Kain dan penemuan mereka di 4\:17-24.
Permulaan penyebutan nama TUHAN ini menuai kontroversi di kalangan para penafsir. Hal ini berkaitan dengan isu tentang kapan Allah menyatakan diri dengan nama “TUHAN”. Sebutan “Yahweh” sudah dipakai sejak Kejadian 2 (YHWH ’ělōhîm), namun Kejadian 4:26 menyatakan bahwa orang mulai memanggil nama YHWH pada jaman Enos. Lebih jauh lagi, Keluaran 6:2 menyatakan bahwa Allah mulai memperkenalkan diri sebagai Yahweh pada jaman Musa, sedangkan pada bapa-bapa leluhur Ia hanya memperkenalkan diri sebagai Allah yang mahatinggi (El Shaddai). Manakah yang benar? Apakah nama Yahweh baru dikenal pada jaman Enos? Musa? Atau sejak jaman Adam?
Para penafsir Yahudi awal melihat kata Ibrani hukhal (LAI:TB “mulai”) di ayat ini dalam arti “mengotori”, sehingga Kejadian 4:26 dianggap sebagai permulaan dari penyembahan berhala. Pendapat ini tentu saja memiliki beberapa kelemahan serius. Frase “memanggil nama Yahweh” dalam kitab Kejadian seringkali dipakai untuk penyembahan/ibadah yang benar oleh para patriakh (12:8; 13:4; 21:33; 26:25).
Young Literal Translation (YLT) menerjemahkan “memanggil” dengan kata benda “preaching” (khotbah). Kita tidak bisa mengetahui apa maksud terjemahan ini. Apakah yang dimaksud adalah permulaan aktivitas pemberitaan tentang Yahweh kepada orang-orang pada jaman itu? Walaupun kata Ibrani qārā’ memang bisa berarti “memanggil” atau “memproklamasikan”. pendapat ini tampaknya tidak sesuai dengan konteks Kejadian. Ayat-ayat selanjutnya tidak mengindikasikan adanya aktivitas ini. Ide tentang “menjadi berkat bagi orang lain” juga baru muncul di Kejadian 12:1-3.
Bersambung…………….
NK_P