Sumpah Yefta (Hak 11:30-31) (Bagian 3)

Posted on 19/07/2020 | In Do You Know ? | Leave a comment

(Lanjutan tgl 12 Juli 2020)

Solusi yang Ditawarkan

Dari semua argumen yang ditampilkan, baik yang menerima atau menolak jika anak perempuan Yefta benar-benar dipersembahkan sebagai korban bakaran sesuai dengan janji atau sumpah yang diucapkan Yefta, saya lebih memilih bahwa Yefta memang benar-benar mempersembahkan anaknya sebagai korban. Alkitab memang tidak menjelaskan bagaimana bentuk pengorbanan yang dilakukan Yefta kepada anak perempuannya. Namun pahamilah kondisi pada sat era hakim-hakim.

  1. Apa yang dilakukan Yefta dengan bersumpah kepada Tuhan: Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran (ay. 30), merupakan sebuah bentuk kecerobohan. Mengapa hal itu dikatakan sebuah kecerobohan? Ketika Yefta mengatakan ‘apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku’, dia seharusnya memahami bahwa kemungkinannya hanya ada 2 yaitu manusia dan binatang. Jika itu seorang manusia, siapapun dia entah keluarganya atau orang lain, maka Yefta pasti sudah memikirkan kekejian pengorbanan manusia. Jika itupun adalah binatang, maka binatang itu kemungkinannya adalah anjing yang merupakan binatang yang dikategorkan haram. Intinya adalah sumpah Yefta merupakan sebuah kecerobohan, bukan sumpah yang mulia.
  2. Kecerobohan Yefta juga pernah dilakukan orang lain di era yang sama. Perhatikan beberapa contoh dekadensi yang dialami baik oleh para hakim maupun umat: Kaleb, yang dipercaya TUhan untuk memimpin perang merebut tanah Kanaan setelah kematian Yosua, ketika menyerang KIryat-Sefer, juga membuat semacam janji atau sumpah (sama seperti Yefta): “Siapa yang mengalahkan dan merebut Kiryat-Sefer, kepadanya akan kuberikan Akhsa, anakku, menjadi isterinya" (Hakim 1: 12). Kaleb dengan mudah mengucapkan kata-kata yang mungkin membuat anak gadisnya merasa harga dirinya rendah karena disamakan dengan harga sebuah kota.
  3. Kecerobohan-kecerobohan dan dosa-dosa memang banyak dilakukan di era para hakim, bahkan oleh para hakim sendiri. Gideon, yang sebenarnya ditampilkan sebagai hakim yang baik, pada akhir hidupnya justru melakukan perbuatan yang tidak baik. Ketika orang Israel meminta Gideon untuk menjadi raja atas mereka, Gideon menolaknya. Dia hanya minta beberapa barang emas dan hasil jarahan dari orang Israel. Dari emas yang diperoleh, Gideon membuat efod yang ditempatkan di kotanya. Ironisnya, orang Israel justru jatuh dalam penyembahan efod tersebut dan tidak ada kesan bahwa Gideon melarang tindakan tersebut (Hak. 8:22-35). Simson pun jatuh dalam tindakan kawin mengawin dengan perempuan-perempuan asing. Dan puncaknya, terjadinya pemerkosaan masal dan mutilasi terhadap seorang gundik perempuan di Hakim-hakim 19. Bagian akhir pasal tersebut diakhiri dengan : “Dan setiap orang yang melihatnya, berkata: "Hal yang demikian belum pernah terjadi dan belum pernah terlihat, sejak orang Israel berangkat keluar dari tanah Mesir sampai sekarang. Perhatikanlah itu, pertimbangkanlah, lalu berbicaralah!" (ay.30).
  4. Yefta tidak memahami bahwa memenuhi sumpahnya tersebut jauh lebih berdosa daripada tidak memenuhinya. Memang sumpah harus dilakukan (Bil 30:2), tetapi ada kondisi-kondisi tertentu yang bisa menjadi perkecualian. Contoh yang terkenal adalah sumpah Saul dalam 1 Sam 14:28, 43-45.

 

Mengapa Tuhan berkenan dan bahkan memuji hal tersebut?

Pertanyaan selanjutnya, jika memang benar-benar Yefta mempersembahkan anak gadisnya sebagai korban bakaran, mengapa Allah mengijinkannya bahkan memuji Yefta dalam Ibrani 11:32 : Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi.

Pertama, perlu diketahui bahwa teks tidak pernah menyatakan bahwa tindakan Yefta yang mengorbankan anak gadisnya diterima oleh TUHAN. Kemenangan yang diraih Yefta tidak bisa dijadikan bukti bahwa sumpahnya tersebut diterima TUHAN. Kemenangan tersebut merupakan respon TUHAN terhadap pertobatan bangsa Israel di Hak 10:15-16. Selain itu, TUHAN sudah memberikan roh-Nya kepada Yefta sebelum ia menyampaikan sumpah tersebut.

Kedua, Ibrani 11:32 pasti tidak bermaksud memuji apapun yang dilakukan Yefta termasuk secara spesifik tidak memuji Yefta yang memenuhi sumpahnya dengan mengorbankan anaknya. Ayat ini juga memuji Simson dan Daud. Apakah itu berarti bahwa ayat ini juga menyetujui perzinahan Daud dan ‘kebodohan’ Simson di tangan perempuan-perempuan dan Delilah?

Nike Pamela