JANDA SARFAT
Ketika wadi Kerit mengering, Tuhan memerintahkan Elia untuk pergi ke daerah Sarfat, milik bangsa Sidon (keturunan Kanaan, Nuh : Kejadian 10:15,19). Hal yang cukup aneh adalah jarak yang ditempuh antara sungai Kerit hingga tiba di Sarfat bukanlah jarak yang pendek, yaitu sekitar 80-100 miles (sekitar 120-150 km). Untuk ukuran orang waktu itu, jarak tempuh itu cukup jauh dan lama. Tidak dijelaskan pula di tengah-tengah musim kemarau seperti yang dialami saat itu, dengan acara bagaimanakah Elia bertahan? Tidak adakah pula orang yang dekat, yang mungkin tinggal di Israel, yang bisa dipakai Tuhan untuk memelihara nabi-Nya di tengah bencana kelaparan yang melanda Israel? Mengapa harus jauh-jauh ke Sidon, ke bangsa lain, hanya untuk keberlangsungan hidupnya?
Sesuai dengan namanya, Elia, yang artinya “Jahweh is my God” maka pelayanannya dan hidupnya adalah untuk memproklamasikan bahwa Tuhan itu adalah Allahnya. Apa saja bentuk proklamasi dari nama Elia yang digambarkan pada bagian ini?
Mujizat
Pelayanan yang dilakukan Elia dari sejak kemunculannya memperlihatkan banyak mujizat yang terjadi. Berhentinya hujan dan embun, burung-burung gagak yang memberi makan Elia, tepung dan minyak janda Sarfat yang tidak pernah habis serta kebangkitan kembali anak janda Sarfat yang telah mati, merupakan rangkaian mujizat yang terjadi dalam pelayanan awal Elia. Yang tidak kalah mengagumkan adalah kepercayaan janda Sarfat pada perkataan Elia bahwa Allah Israel akan terus menyediakan tepung dan minyak hingga masa kekeringan itu berakhir. Dan jika ditelusuri pasal-pasal selanjutnya, pelayanan mujizat ini melekat dalam pelayanan nabi Elia.
Ketaatan
Kemunculan nabi Elia untuk pertama kalinya di hadapan raja Ahab menunjukkan sebuah ketaatan yang besar. Yang dihadapinya bukanlah orang biasa, melainkan seorang raja. Dan kepada raja itu Elia menyampaikan berita penghukuman yang sangat tidak mengenakkan: bahaya kemarau yang akan memicu kelaparan. Penghukuman itu akan berakhir jika Elia yang mengatakannya.
Ketika Tuhan menyuruhAlia bersembunyi di sungai Kerit pun, Elia menyanggupinya. Dapat dibayangkan seorang Elia di tepi sungai kerit dengan ditemani sungai yang menjadi sumber dahaganya dan burung gagak yang akan datang setiap harinya untuk mengirimkan roti untuk makannnya. Tidak ada gambaran aktifitas yang dilakukan Elia di tepi sungai Kerit. Dan ketika sungai itu mengering, Elia pun harus taat ketika Tuhan menyuruhnya pergi ke tempat yang cukup jauh, Sarfat, untuk melanjutkan keberlangsungan hidupnya.
Penginjilan
Kegiatan yang dilakukan Elia menunjukkan sisi yang berbeda. Di satu sisi, kepada umat-Nya sendiri, Allah memberitakan penghukuman karena ketidaktaatan mereka. Di satu sisi, Allah mengutus nabi Elia untuk pergi kepada bangsa lain, yaitu janda Sarfat, penduduk Sidon untuk menyatakan dan menunjukkan tentang pemeliharaan Allah kepada orang yang mau percaya kepada-Nya. Di Sarfat-lah Elia melakukan ‘pelayanan skala kecil’ yaitu membawa janda Sarfat dan anaknya untuk mengenal Allah Israel dan kekuasaan-Nya. Puncak pelayanan Elia kepada janda Sarfat terjadi ketika Allah Israel membangkitkan kembali anak janda Sarfat yang telah mati. Lewat semuanya itu janda Sarfat mengenal Allah Israel dan ia berkata, “Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar.” (17:24)