(Lanjutan tgl 9 September 2018)
Seorang zona, LAI memakai kata baik ‘perempuan sundal’ atau ‘pelacur’, adalah seorang buangan, namun tidak melanggar hukum, tindakannya dapat ditoeransi walaupun merupakan anggota masyarakat yang tidak layak untuk dihormati. Pasa umumnya seorang zona memiliki status resmi sebagai warga negara bebas. Sebagai warga negara yang bebas, seorang zona boleh mendapatkan perlindungan dari negara dan sebagai seorang perempuan, dia tidak berada di bawah otoritas seorang suami. Dia memiliki hak untuk tindakan legal, seperti menandatangani kontrak; dia tidak dimiliki oleh perempuan lain, kecuali dia adalah melakukan sundal bakti dan berstatus janda tanpa pengawasan seorang laki-laki. Seorang zona merupakan kontras dengan ‘perempuan yang telah menikah’, salah satunya dibedakan dari pakaian dan habitat hidupnya. Tempat dan waktu dia melakukan aktifitasnya juga berbeda. Seorang zona bekerja di malam hari, di jalan-jalan sementara perempuan yang menikah tinggal di rumah. Dia mendekati para orang asing dan pebisnis di jalanan dan tempat pertemuan umum. Dia tinggal di balik dinding kota dan di pinggir kota karena merupakan orang tertolak.
Dengan status seorang zona yang reputasinya tidak baik, mengapa kedua orang pengintai justru singgah dan menginap di rumah Rahab? Apakah mereka terburu-buru?
RAHAB SEBAGAI PENJAGA PENGINAPAN
Ambiguitas penafsiran tentang ‘profesi’ Rahab telah lama menjadi perdebatan. Bukan masalah karena Alkitab harus menampilkan tokoh-tokoh yang ‘suci’; juga bukan masalah justifikasi ‘iman’ yang dipuji (Ibrani 11:31) yang nampaknya berbalik dengan profesi Rahab itu, namun yang menjadi masalah mendasar adalah apakah fungsi penyebutan ‘Rahab, perempuan sundal itu’ dengan inti keseluruhan kisah dalam Yos. 2 itu.
LXX memakai kata gunaikos parnes (a harlot) untuk menerjemahkan kata Ibrani isah zona. Namun Flavius Josephus, dalam bukunya Jewish Antiquities 5:5-8, menggambarkan Rahab sebagai wanita pemilik sebuah penginapan. Salah satu targum, yaitu Targum Jonathan, memakai kata pundeqeta (Yos 2:1), yang artinya adalah ‘inn keeper’ atau ‘hostess’. Mengapa sampai ada kemungkinan kata zona dapat berarti ‘harlot’ atau ‘hostess atau inn keeper’?
- Dari sisi linguistik, kata kerja zanah, terkait dengan ide tentang ‘bekal untuk manusia’.
Kata zanah (znh) memiliki kesamaan dengan akar kata Aram zwn yang artinya ‘menyuap atau memberi makanan’. Selain itu kata znh juga berhubungan dengan kata dalam bahasa Akkadia zananu, yang artinya ‘perbekalan untuk hidup manusia, kuil dan para dewa’. Akar kata Ugarit zn, merujuk pada persiapan dewa El untuk keberlangsungan sebuah acara pesta.
- Dalam budaya Timur Dekat Kuno, sebuah tempat penginapan berfungsi sebagai tempat persinggahan bagi para musafir, mata-mata dan para pelacur. Dalam salah satu teks Akkadia diceritakan tentang semacam gadis penghibur (cum) biasanya bermain mata dengan pelanggan yang memohon kepada gadis itu untuk bersumpah bahwa dia bukanlah seorang mata-mata
Bersambung……………..