(Lanjutan tgl 12 Mei 2019)
satu dari banyak kesalahan yang dilakukan oleh Latin Vulgata adalah menuliskan Matius 3:1-2 dengan menyatakan bahwa Yohanes Pembaptis bukan menyuruh orang-orang untuk bertobat (Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"), melainkan untuk melakukan pengakuan dosa kepada para pejabat gereja berwenang. Dan biasanya pejabat gereja akan menindaklanjutinya dengan menyarankan kaum awam untuk membeli surat penghapusan dosa (indulgensia).
Pada tahun 1516, dengan bantuan John Froben yang ahli dalam cetak-mencetak, Erasmus menerbitkan Perjanjian Baru yang memparalelkan bahasa Yunani dan Latin. Namun Alkitab bahasa Latin yang dipakai bukanlah Latin Vulgata, melainkan hasil terjemahannya sendiri dari teks Yunani yang lebih akurat dan bisa diandalkan. Hasilnya adalah karyanya merupakan teks Alkitab pertama dalam bahasa Latin (bukan Latin Vulgata) yang dicetak sepanjang abad tersebut.
William Tyndale
Tyndale adalah seorang sarjana sejati yang sangat genius. Di tangannyalah predikat ‘orang yang pertama kali menerbitkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Inggris’ disandang. Dia menguasai 8 bahasa, bahkan jika dia sedang mempergunakan salah satu bahsa tersebut, orang yakin bahwa dia adalah native speaker dari bahasa tersebut. Salah satu predikat yang disandangnya adalah “Architect of the English Language” (Arsitek bahasa Inggris) karena banyak frase yang diciptakannya dan masih dipergunakan hingga saat ini.
Di Oxford dia mempelajari bahasa Yunani, Ibrani dan Latin. Salah satu buku favoritnya adalah Yunani PB yang dicetak oleh Erasmus pada tahun 1516. Dengan mempelajari buku tersebut, dia mendapati bahwa gereja tidak mengajarkan apa yang tertulis dalam Alkitab. Pada akhir masa perkuliahannya di Oxford, Tyndale berhasil menyelesaikan terjemahan PB-nya dan dia hendak menerbitkannya. Tyndale sendiri harus melarikan diri dari Inggris menuju ke Jerman karena adanya rumor bahwa proyek terjemahan PB-nya masih terus berlangsung dan hal ini menyebabkan para petinggi gereja memburunya. Namun Allah menggagalkan usaha mereka karena pada tahun 1526-1527 terjamahan PB Tyndale menjadi edisi terjemahan bahasa Inggris yang dicetak untuk pertama kalinya.
Pada tahun 1526, beribu-ribu salinan cetakan PB Tyndale memasuki Inggris, yang disembunyikan di antara tumpukan barang-barang atau tong-tong berisi ikan dan di berbagai tempat yang hanya diketahui oleh para penyelundup. Antara tahun 1526-1528, paling sedikit ada 18.00 salinan PB Tyndale masuk ke Inggris. Ironisnya, pelanggaran terbesar cetakan PB Tyndale adalah orang-orang bawahan raja yang membeli semua cetakan PB tersebut dan selanjutnya membakarnya.
Para petinggi gereja dan kerajaan memburu salinan cetakan PB Tyndale tersebut. Gereja malah menyatakan bahwa terjemahan Tyndale tersebut mengandung banyak kesalahan. Mereka membakar salinan PB tersebut jika mereka berhasil menyita para masyarakat yang memilikinya. Bahkan orang yang didapati mempunyai salinan tersebut akan dihukum dengan cara dibakar. Namun semakin gencar perburuan itu dilakukan, semakin tinggi keingintahuan masyarakat akan salinan PB tersebut.
Pada Oktober 1536, Tyndale menjalani eksekusi hukuman mati dengan cara dicekik lalu dibakar. Dia dianggap sebagai bidat karena dalam tulisannya, Tyndale secara jelas menolak transubstansiasi dan berpegang pada konsep ‘pembenaran oleh iman.’ Kata-kata terakhirnya sebelum menjalani hukuman adalah ‘God, open the King of England’s eyes.’
Bersambung……………..