(Lanjutan tgl 30 September 2018)
MENGAPA TUHAN MAU MEMBUNUH MUSA? (ay. 24)
Bagian ini merupakan salah satu bagian yang memusingkan untuk dipahami. Kembali memang karena kemunculan kata ganti orang maskulin orang ketiga tunggal. Orang itu bisa saja merujuk pada Musa ataupun kedua anak lakinya.
Jika memang Musa-lah yang dimaksud di ay. 24, apa alasan Tuhan mau membunuh Musa? Bukankah Musa justru sedang dalam perjalanan untuk menjalankan misi Allah (ay. 20-23)? Ada banyak pendekatan yang dipakai untuk memahami alasan Tuhan mau membunuh Musa, namun berikut ada beberapa contoh penafsiran (dari banyaknya penafsiran lainnya) terhadap bagian ini:
- Allah ingin membunuh Musa karena Musa tidak mempedulikan penyunatan untuk anaknya yang kedua, Eliezer. Penafsiran ini didasarkan pada asumsi bahwa Musa memperoleh perintah dari Tuhan untuk pergi ke Mesir pada saat Eliezer lahir dan Musa terburu-buru mempersiapkan perjalanannya (Rashi)
- Yang mendatangi dan hendak membunuh Musa sebenarnya adalah malaikat. Malaikat mendatangi tempat penginapan pada hari ke-8 setelah kelahiran Eliezer untuk memberkati penyunatan. Namun ketika mengetahui bahwa Musa belum menyunatkan Eliezer, malaikat tersebut murka. Itulah sebabnya Zipora langsung melakukan penyunatan dengan meletakkan kulit khatan Eliezer di kaki Musa seolah-olah Musa telah melakukan penyunatan terhadap anaknya (Sforno dan Ibn Ezra).
- Arti kata Ibrani mut ‘membunuh’ dalam bentuk Hifil dapat berarti ‘untuk membunuh’; tetapi kata ini juga dapat berarti ‘menghukum atau mengeksekusi hingga mati’ dengan Allah sebagai subyeknya. Dengan demikian, dibandingkan dengan pemakaian kata umum harag yang banyak digunakan dalam arti ‘membunuh’, maka pemakaian kata mut dalam juga berarti ‘Allah menghukum perbuatan Musa yang dianggap salah’ (Propp).
- Frase ‘ Tuhan mencari untuk membunuhnya…’ merupakan ungkapan kata Ibrani yang artinya ‘ membuat seseorang jatuh sakit’ dalam hal ini digunakan untuk merujuk pada ‘tindakan Allah secara langsung’ (Cassuto). Frase ‘ Tuhan mencari untuk membunuhnya…’ ini juga merupakan ungkapan antropomorfisme untuk menyatakan sebuah jenis penyakit yang fatal. Apalagi jika diketahui di ay, 26 Tuhan membiarkan Musa dan tidak berusaha menyembuhkannya (G. Ricciotti).
- Frase ‘Allah mencari untuk membunuh Musa’ merupakan ungkapan yang berarti bahwa Tuhan membuat Musa menjadi depresi dan memikirkan sebuah upaya bunuh diri. Frase ‘Lalu Tuhan membiarkan Musa’ (ay. 26a) diartikan dengan Tuhan yang mengangkat keputusasaan Musa. Apa yang membuat Musa depresi dan memikirkan upaya bunuh diri? Musa itu dibesarkan dalam lingkungan orang Mesir tingkat tinggi dan mengawini anak seorang imam Midian yang sama-sama meletakkan kedudukannya di posisi yang tinggi. Di tempat penginapan dalam perjalanan dari Midian menuju ke Mesir, Musa mengalami sakit dan akan mati karena Tuhan mengutusnya untuk melepaskan masyarakat kelas bawah dari perbudakan di Mesir. Dalam perjalanan Zipora sangat senang karena akan bertemu dengan keluarga besar Musa. Namun akhirnya Musa mengaku bahwa dia adalah orang Israel dan dia akan ke Mesir untuk membebaskan rekan sebangsanya. Zipora marah karena Musa dianggap menipu dia dan keluarganya. Mengetahui kebangsaan Musa dan bahwa sunat merupakan keharusan bagi bangsa Israel, maka Zipora menyunatkan anaknya yang secara simbolis mengatakan kepada Musa, “Kalau kamu orang Ibrani, kita akan melakukan ritual penyunatan yang menjijikkan dan barbarian yang menjadi karakteristik orang Ibrani (P.T. Reis).
- Salah satu penafsiran populer tentang bagian ini adalah bahwa Kel. 2:24-26 muncul karena Musa belum disunat. Musa belum disunat setelah menikah sehingga Zipora perlu menyunat anaknya dan meletakkan kulit katan di kaki Musa sebagai simbol Musa sebagai ‘pengantin darah’nya sehingga Musa dapat lepas dari murka Allah (J. Wellhausen).
Dari banyaknya jumlah penafsiran bagian ini, ada yang mengatakan bahwa yang mau dibunuh Allah itu sebenarnya bukan Musa, melainkan anak laki-lakinya, entah Gersom ataupun Eliezer. Dan alasan mendasar terhadap tujuan Musa membunuh salah satu dari anak laki-laki Musa adalah masalah penyunatan. Anak laki-laki Musa, entah Gersom atau Eliezer belum disunat sehingga membuat Tuhan murka. Dengan demikian murka Tuhan sebenarnya bukan ditujukan kepada Musa melainkan kepada salah satu anak laki-laki Musa.
Bersambung…………..