24 Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya.
25 Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku."
26 Lalu TUHAN membiarkan Musa. "Pengantin darah," kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu.
Dalam kitab Keluaran, ada sebuah kisah yang diceritakan cukup singkat (3 ayat) namun memiliki perdebatan panjang, yaitu kisah dalam Kel. 4:24-26. Beberapa pertanyaan yang dapat muncul:
- Dan mengapa peristiwa itu muncul di bagian ini?
- Mengapa Tuhan hendak membunuh Musa?
- Siapa yang dipotong kulit khatannya itu, Musa atau anak laki-nya?
- Mengapa sunat menjadi solusinya?
- Apa yang dimaksud dengan istilah ‘pengantin darah’?
Bagian ini muncul dalam konteks perjumpaan Musa dengan Tuhan pada kisah semak yang terbakar (Kel 3-4). Tuhan menyuruh Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Untuk itu Musa harus berhadapan dengan Firaun. Setelah melalui berbagai perdebatan antara Musa yang menolak dan Tuhan yang terus mendorong Musa untuk melakukan perintahNya, akhirnya Musa setuju untuk ke Mesir dengan membawa keluarganya (4:20). Dalam perjalanannya, Musa diperintahkan Tuhan untuk menyampaikan kepada Firaun untuk membiarkan orang Israel keluar dari Mesir menuju ke tanah perjanjian. Jika Firaun menolak, Tuhan akan membunuh anak sulung Firaun (ay. 21-23).
Yang menarik, Kel 4:24-26 memiliki hubungan sastra dengan bagian sebelum dan sesudahnya. Dalam Kel 4:25 muncul kata ben (anak laki-laki) yang juga muncul di bagian sebelumnya yaitu anak laki-laki Firaun (ay. 23). Selanjutnya, kata phagas (bertemu) muncul baik di awal kisah ini, yaitu ay. 24 TUHAN ‘bertemu’ dan di ay. 27 ia (Harun) ‘bertemu’. Dengan kata lain, seakan kisah dalam 4:24-26 menjadi semacam kaitan yang menghubungkan bagian sebelum dan sesudahnya.
Salah satu permasalahan yang menjadi pemicu berbagai pendekatan adalah tidak munculnya kata “MUSA’ sama sekali di ay. 24-26. Dalam terjemahan LAI, kata ‘Musa’ muncul beberapa kali: Tuhan bertemu dengan Musa (ay. 24), kaki Musa (ay. 25) dan Tuhan membiarkan Musa (ay. 26). Dalam bahasa Ibrani-nya, kata ‘Musa’ (moseh) justru tidak muncul sama sekali, hanya muncul bentuk orang laki ketiga tunggal yang bisa merujuk apada Musa atau salah satu anak laki-lakinya.
TUHAN BERTEMU DIA DAN HENDAK MEMBUNUH DIA (ay. 24)
Josiah Derny dalam artikelnya Why Did God Want to Kill Moses? mengatakan, bagian ini merupakan salah satu bagian yang misterius dan penuh teka-teki dalam Alkitab. Kesulitan memahami bagian ini bukan terletak pada kata-kata yang sulit dipahami dan tidak jelas, bukan juga karena kesalahan penyalinan yang membutuhkan perbaikan; kesulitan tersebut terletak ada sulitnya menebak rujukan terhadap kata ganti orang ketiga tunggal maskulin yang dipakai di ay. 24.
Terjemahan bahasa Indonesia (LAI) langsung menafsirkan kata ganti maskulin orang ketiga tunggal yang yang muncul 2 kali setelah kata ‘bertemu’ dan ‘membunuh’ sehingga tertulis seperti ini: …..TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya (ay. 24). Dalam bahasa Ibrani tidak dijelaskan siapakah ‘dia’ (orang laki) yang dimaksud. Dalam perjalanan tersebut, ada setidaknya 3 laki-laki yaitu Musa dan 2 anak laki-lakinya. Nama ‘Musa’ sendiri terakhir muncul di ay. 21.
Penggambaran bahwa Zipora, istri Musa yang lebih aktif bertindak ketimbang Musa, memberikan gambaran bahwa Musalah yang kemungkinan menjadi obyek dari tindakan Allah yang akan membunuh. Kemunculan anak laki-laki Musa yang disebutkan secara khusus di ay. 25 mengindikasikan bahwa penyebutan itu menjadi sesuatu yang tidak penting jika seandainya yang dimaksud dengan ‘dia’ di ay. 24 adalah anak Musa itu. Jadi memang kemungkinan terbesar kata ‘dia’ (maskulin tunggal) di ay. 24 merujuk kepada Musa.
NK_P