(Lanjutan tgl 11 November 2018)
Solusi Memahami Kel. 4:24-26
Sebenarnya ada sesuatu yang menarik sehubungan dengan kemunculan Kel. 4:24-26 dan sesuatu itu menjadi petunjuk untuk menemukan solusi memahami bagian ini. Perhatikan struktur keseluruhan Kel 3-4:
Kel 3:1 - 4:17 Proses dan perdebatan pengutusan dari Tuhan dan penolakan Musa
Kel 4:18-20 Musa berpamitan kepada mertua; Musa mengajak istri anaknya ke Mesir
Kel 4:21-23 Firman Tuhan kepada Musa untuk disampaikan kepada Firaun
Kel. 4:24-26 Peristiwa pengantian darah
Kel. 4:27-31 Musa bertemu dengan Harun dan mereka berangkat ke Mesir
Bagian yang perlu mendapatkan perhatian adalah ucapan Firman Tuhan kepada Musa dalam Kel. 4:21-23:
Firman TUHAN kepada Musa: "Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi. Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung." (Exo 4:21-23 ITB)
Bagian ini sebenarnya tidak perlu hadir di sini, kenapa? Karena di Kel 3:17-22 telah dijelaskan gambaran halangan dari pihak Firaun dan di Kel. 4:8-9 juga dijelaskan apa yang akan dilakukan Musa dan Harun di hadaan Firaun. Musa pun telah setuju pergi, dalam arti dia mau berpamitan kepada mertuanya serta membawa keluarganya berangkat menuju ke Mesir (4:18-20) tanpa peduli apakah dia pergi menuruti perintah Tuhan secara tulus atau idak. Yang penting, Musa telah akan pergi menuju ke Mesir.
Firman Tuhan dalam 4:21-23 merujuk pada peristiwa tulah ke-10 yang baru akan tercatat dalam Kel. 10:27 (Firaun bersikeras tidak membiarkan orang Israel pergi dari Mesir) dan 11:4-6 (akan ada kematian di Mesir). Dan benar memang, terjadilah kematian besar di Mesir (12:29), yaitu semua anak sulung baik manusia maupun hewan, mati. Ketika firman Tuhan dalam 4:21-23 muncul sebelum kisah pengantin darah dalam 4:24-26, maka hal ini bukanlah sesuatu yang tidak disengaja. Justru bagian ini sengaja diletakkan sebelum kisah pengantin darah, karena memang bagian ini memiliki keterkatian dengan kisah pengantin darah.
Pertama, kedua peristiwa dalam Kel 4:21-23 dan Kel. 11:6 sama-sama menampilkan Tuhan yang sedang murka. Kel. 11:6; 12:12 menyatakan murka Tuhan dalam bentuk Tuhan akan membunuh orang di Mesir sedangkan Kel. 4:24 menyatakan Tuhan akan membunuh Musa.
Kedua, kedua peristiwa itu sama-sama mengandung ide tentang ‘darah yang mampu menyelamatkan’. Dalam peristiwa tulah ke-10 dalam Kel. 12:12-13, 22-23, Tuhan yang murka kepada Mesir, akan ‘melewati’ rumah-rumah milik bangsa Israel yang tinggal di Mesir. Ketika Tuhan melihat darah yang dioleskan di pintu rumah orang-orang Israel, Tuhan tidak menghukum mereka. Sebaliknya kepada orang Mesir lainnya yang tidak mengoleskan darah di pintu rumahnya, maka malapetaka kematian anak sulung akan terjadi (Kel. 12:29-30). Demikian pulalah yang terjadi dengan tema ‘darah yang menyelamatkan’ pada Kel. 4:24-26. Istilah hatan damim memiliki kemungkinan lain di tengah berbagai penafsiran yang belum mencapai konsensus. Atau, jika boleh meminjam istilah yang dipakai sarjana Nahum Sarna, istilah hatan damim merupakan linguistic fossil….the meaning of which has been lost. Ziporah, istri Musa, kemungkinan mengucapkan hatan damim dalam bahasa Akkadia (ingat, Zipora orang Midian) yang artinya bisa mengarah pada ‘engkau diselamatkan karena darah’ (hatam berarti ‘perlindungan’ dalam bahasa Akkadia). Tidak heran setelah peristiwa Zipora menempelkan kulit katan anaknya ke kaki Musa sambail mengatakan hatan damim, ‘Allah membiarkan Musa’ (ay. 26) dalam arti Allah tidak jadi membunuh Musa karena tindakan Zipora (ay. 26).
Ketiga, keduanya sama-sama memiliki ide tentang ‘penyunatan’ sebagai sarana untuk mengingat keselamatan itu. Peristiwa yang menandai ‘lewatnya’ hukuman Tuhan buat orang Israel di Mesir, harus diingat generasi selanjutnya sebagai hari raya Paskah. Untuk menikmati Paskah, dalam hal ini makan Paskah, ada persyaratan untuk umat Israel, yaitu harus bersunat (Kel. 12:44,48). Demikian pula dengan keselamatan diri Musa, diingat melalui penyunatan (Kel. 4:26)
Akhirnya, Kel. 4:24-26 harus dipahami dalam konteks pengutusan Tuhan kepada Musa untuk membebaskan umat pilihan Allah dari perbudakan di Mesir. Kel. 4:24-26 bukanlah kisah independen yang tidak berhubungan dengan konteks tersebut, bahkan juga tidak menginterupsi alur kisah pengutusan dan pembebasan tersebut.