Kisah Daniel di gua singa merupakan salah satu narasi yang acapkali diperdengarkan dan membuat pembaca kagum mendengarnya. Namun sebenarnya ada banyak kisah lain dalam kitab Daniel yang cukup mengagumkan untuk diketahui. Salah satunya adalah tentang Daniel yang menolak makanan raja. Bukankah menyenangkan dan membanggakan jika Daniel bisa makan makanan yang juga dimakan oleh raja? Tapi Daniel tidak mau atau malah menolaknya. Mengapa? Untuk memahami tindakan Daniel kita perlu mengetahui sedikit latar belakang Daniel ketika dia berada di Babel.
Kejatuhan kerajaan Yehuda oleh Babel memang telah dinubuatkan nabi Yeremia dalam Yer. 32:26-32. Bahkan kisah tentang anak-anak bangsa Yehuda yang akan dibawa bekerja di kerajaan Babel pun telah dinubuatkan nabi Yesaya kepada raja Hizkia (Yes. 39:5-7). Fakta bahwa Babel tidak sembarang membawa orang buangan ke Babel pun tercatat dalam Alkitab (bdg. 2 Raja 25:11).
Alkitab, dalam hal ini kitab Daniel, menceritakan salah satu dari beberapa anak muda Yehuda pilihan yang dibawa raja Babel sewaktu penaklukan Yehuda oleh kerajaan Babel (1:1-6). Mereka dikatakan ‘pilihan’ karena memenuhi beberapa kriteria yang dibutuhkan kerajaan Babel, seperti ‘tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu’. Dibanding orang pembuangan lainnya, nasib para anak muda ini lebih mungkin lebih beruntung secara kasat mata. Apalagi di ay. 5 dikatakan demikian: dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mungkin istilah ‘pelabur’ cukup membingungkan karena seringkali yang lebih dikenal adalah istilah bahasa Jawa ‘melabur’ yaitu tindakan semacam mengecat. Dalam bahasa Indonesia kata ‘pelabur’ dari akar kata ‘labur’ (memberi makanan atau uang kepada pekerja) artinya bekal (makanan atau uang). Dengan demikian ketika dikatakan dalam ay. 5 ‘Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya’, maka hal ini akan lebih mudah dipahami.
Ketegangan tentang fasilitas yang diberikan raja Babel kepada orang-orang pilihan itu mencapai puncaknya ketika Daniel menolak fasilitas tersebut (ay. 8-16). Dia menolak makanan (pat-bag hammelek) dan minuman (yayin). Istilah pat-bag diperkirakan merupakan istilah adopsi dari Persia kuno, patibaga, yang merujuk pada hadiah kehormatan dari meja kerajaan. Dalam PL, istilah ini hanya muncul di daniel 1:5,8 dan 11:26. Sebagai orang pilhan, Daniel mempunyai hak untuk makan apa yang dimakan oleh raja Babel,namun dia menolak dengan alasan tidak tidak mau menajiskan dirinya dengan makanan dan minuman raja itu.
Apakah yang dimaksud Daniel dengan ‘dia tidak mau menajiskan (ga’al) dirinya’ di ay. 8?
Bersambung…………