Raja Daud merupakan perwakilan gambaran kehidupan yang penuh misteri. Di satu sisi, dia adalah manusia yang memperoleh perkenanan di hati Allah. Daud identik dengan garis keturunan Mesias, juru selamat umat manusia. Dari keturunan raja Daud-lah, Mesias akan berasal. Daud juga terkenal sebagai ‘manusia dengan Tuhan sebagai gembalanya’ (Mazmur 23).
Di sisi lain, Daud memiliki kekurangan yang cukup parah. Dia menggoda Batsyeba dan membunuh Uria, suami Batsyeba. Daud juga membunuh Nabal dan setelah Nabal mati, Daud mengambil Abigail, istri Nabal, menjadi istrinya. Padahal sebelum Batsyeba dan Abigail, Daud telah mempunyai istri. Dan menjelang akhir, Alkitab mencatat Daud memiliki beberapa istri.
Mengapa Allah mengijinkan Daud memiliki beberapa istri? Mengapa Allah tidak menghukumnya? Apakah dengan tidak menghukumnya berarti Allah menyetujui poligami yang dilakukan Daud? Dalam tulisannya, Is God a Moral Monster: Making Sense of the Old Testament God, Paul Copan memberikan pendapat yang sangat bermanfaat sehubungan dengan hal ini. Katanya, “……para penulis Alkitab seringkali tidak memberikan ulasan tentang hal-hal semacam itu (seperti poligami) karena (setidaknya sebagian) mereka menganggap bahwa mereka tidak perlu melakukan hal itu. Dengan kata lain, hal itu bukan sesuatu keharusan; cara para tokoh Alkitab bertingkah laku tidak secara langsung merupakan pengesahan atau persetujuan terhadap tingkah laku mereka. “ Dengan kata lain, keberadaan kisah-kisa tersebut di dalam Alkitab tidak secara otomatis menyatakan bahwa kisah tersebut adalah sesuatu yang baik. Dalam Kej. 1-2 Allah memberikan gambaran pernikahan yang ideal yaitu antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Dalam Ulangan 17:17 Allah juga memberikan gambaran tentang raja orang Israel yang tidak boleh mempunyai banyak istri. Allah tidak pernah menyetujui seorang laki-laki atau seorang raja sekalipun mempunyai banyak istri.
Kenyataannya, Allah dengan sabar bekerja sama dengan orang-orang yang berdosa di dalam dunia yang penuh dosa. Allah menurunkan dirinya di level manusia dan bekerja bersama manusia. Daud adalah raja pada masa ketika banyak tekanan untuk menjadikan perkawinan sebagai sebuah alasan politis. Apakah Allah mengijinkannya? Tidak, tetapi Dia bekerja dalam kerangka berpikir dunia Daud dan pada saat yang sama Dia memberikan anugerahNya kepada Daud. Sebagai catatan, hal yang menarik untuk disimak adalah setiap kali perkawinan poligami terjadi, di situ juga terjadi perseteruan. Allah tidak perlu menghukum poligami, tapi dia juga tidak memberkati kehidupan poligami. Di sinilah terletak cara kerja Allah yang sulit untuk dipahami akal budi manusia.
Dari catatan yang ditulis secara implisit maupun eksplisit, setidaknya ada 18 istri atau gundik raja Daud : Mikhal 1 Samuel 18:27 (1 Samuel 19:11-18; 25:44; and 2 Samuel 3:13-14; 6:20-23), Abigail (1 Samuel 25:39), Ahinoam dari Yizreel (1 Samuel 25:43), Egla (2 Samuel 3:6), Maakha (2 Samuel 3:3), Hagit (2 Samuel 3:4), Abital (2 Samuel 3:4), Batsyeba (2 samuel 11:27) serta 10 gundik yang tercatat (2 Samuel 15:16; 16:21-23). Selain itu Daud juga mengambil lagi beberapa istri dan gundik (2 Samuel 5:13, 1 Tawarikh 14:3).
NK_P