(Lanjutan tgl 16 Februari 2020)
Apakah pengambilan dari bagian samping ini memiliki makna tertentu? Hampir semua penafsir meyakini bahwa tindakan Allah menciptakan Hawa secara unik ini memang menyimbolkan sesuatu, walaupun makna yang mereka usulkan berbeda-beda. Sebagian penafsir meyakini bahwa Adam pertama kali diciptakan adalah seorang manusia androginus (secara biologis biseksual, dalam arti setengah laki-laki dan setengah perempuan). Konsep ini mirip dengan mitos Yunani kuno tentang makhuk tiga sisi yang memberontak kepada dewa-dewa dan akhirnya dipisahkan oleh Zeus. Penafsiran seperti ini sudah dipopulerkan oleh beberapa rabi Yahudi abad permulaan. Pada masa modern penafsiran ini kembali didengungkan oleh para penganut feminisme. Selain kata şēlđ di 2:21, argumen lain yang dipakai sebagai dukungan adalah kombinasi bentuk tunggal dan jamak di 1:27.
Pandangan ini sangat menarik. Bagaimana pun, ini hanyalah sebuah spekulasi yang mengandung banyak kelemahan mendasar. Frase “laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” di 1:27 memberi petunjuk yang jelas bahwa kejamakan yang dimaksud terletak pada kejamakan pribadi (orang), bukan satu pribadi/orang dengan dua seksualitas. Seandainya yang dimaksud adalah makhuk androginus, maka frase yang lebih tepat adalah “laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya dia”.
Penafsir lain memahami penciptaan dari şēlđ menunjukkan kesetaraan dari sisi posisi. Pandangan ini sangat populer dan banyak dipakai dalam konteks pernikahan. Sama seperti sebelumnya, pandangan ini pun bermula dari para rabi Yahudi. Sebagian penganut feminisme juga tidak lupa mengadopsi teori ini sebagai dukungan.
Terlepas dari popularitas dan nuansa puitis dalam pandangan ini, makna yang diusulkan tampaknya melebihi dari apa yang dipikirkan oleh penulis Kitab Kejadian. Nilai seorang perempuan sudah mendapat pengakuan dan penegasan dari posisi Hawa sebagai penolong yang sepadan dengan Adam (2:18), itu pun tetap bukan meniadakan superioritas Adam atas Hawa dalam konteks relasi mereka. Adam tetap adalah kepala Hawa. Dialah yang diciptakan lebih dahulu (1 Tim 2:12-13). Hawa diciptakan untuk laki-laki, bukan sebaliknya (1 Kor 11:8-9). Ketika keduanya jatuh ke dalam dosa, Adamlah yang harus memberi pertanggungjawaban (Kej 3:9). Di samping itu, ketika Adam melihat Hawa untuk pertam kali (2:23), ia justru lebih menyoroti kesamaan asal antara Hawa dan dirinya.
Kita sebaiknya melihat penciptaan dari ÅŸÄ“lÄ‘ sebagai petunjuk yang mengarah pada kesatuan kasih. Paulus pernah mengutip dari Kejadian 2:22-24 (Ef 5:31), tetapi ia tidak memahami itu sebagai kesamaan/kesetaraan posisi (bdk. Ef 5:22-24), melainkan kesatuan kasih antara suami-isteri (Ef 5:25-31). Kesatuan ini juga tercermin dari ungkapan “menjadi satu daging” di Kejadian 2:24. Lebih jauh, seperti akan dipaparkan di bagian selanjutnya, “kesatuan daging” di 2:24 bahkan lebih kuat daripada relasi orang tua dan anak yang sangat ditekankan oleh bangsa Yahudi.
Bersambung………