(Lanjutan tgl 13 September 2020)
Ada catatan lain dalam versi kitab Tawarikh yang menceritakan hal yang sama namun dengan persektif beda, yaitu :
Lalu Daud dengan seluruh orang Israel pergi ke Yerusalem; itulah Yebus, dan di sana orang Yebus adalah penduduk negeri itu. Penduduk Yebus berkata kepada Daud: "Engkau tidak sanggup masuk ke mari." Tetapi Daud merebut kubu pertahanan Sion, yaitu kota Daud. Daud telah berkata: "Siapa lebih dahulu memukul kalah orang Yebus, ia akan menjadi kepala dan pemimpin." Lalu Yoab, anak Zeruya, yang menyerang lebih dahulu, maka ia menjadi kepala (1 Taw. 11:4-6)
Dalam versi kitab Tawarikh ini yang menarik adalah tidak adanya alasan Daud memberikan hadiah yang cukup besar yaitu menjadi kepala dan pemimpin bagi orang pertama yang mampu memukul kalah orang Yebus. Salah satu penjelasan menarik yang mengakomodasi, baik versi 2 Samuel 5 dan 1 Taw. 11, adalah catatan Josephus (Antiquities of the Jews Buku 7, Bab 3) :
Sekarang, orang-orang Yebus, yang adalah penduduk yang mendiami Yerusalem dan merupakan keturunan orang-orang Kanaan, menutup pintu gerbang merekad an menempatkan orang buta dan orang timpang dan semua orang cacat mereka di dinding kota dan orang-orang Yebus itu berkata kepada raja (Daud maksudnya) bahwa orang-orang catat itu akan menghalangi Daud menuju pintu masuk kota. Mereka melakukan hal ini untuk menghina kekuatan Daud sebagaimana merekapun (orang-orang Yebus itu) bergantung pada kekuatan dnding kota.
Namun yang jadi pertanyaan selanjutnya apakah benar orang Yebus ini sangat bangga dengan kekuatan benteng kotanya sehingga mereka perlu menghina Daud dengan mempergunakan kelemahan orang-orang cacat itu sebagai bentuk penghinaan terhadap Daud? Ataukah mereka justru takut dengan penaklukan yang telah dilakukan Daud atas kota-kota sekitar Yerusalem (bandingkan penaklukan akhir Daud di 1 Sam, 27,28 dst) sehingga mereka perlu memikirkan taktik lain dengan menempatkan orang-orang cacat untuk menggentarkan hati Daud sehingga dia urung memasuki kota Yerusalem? Mungkin alasan yang kedua lebih tepat sehingga Daud perlu memberikan semacam hadiah atau iming-iming kepada siapa yang pertama berani memukul kalah orang Yebus (Versi 1 Tawarikh). Mengingat hal ini, mungkin ada tepatnya kembai memikirkan penaklukan Yosua atas tanah Kanaan. Ketika Yosua dan bangsa Israel telah berhasil menakukkan kota Yerikho dan Ai (Yosua 6-7), kota-kota di Kanaan sekitarnya mulai gusar. Ada yang mencari solusi menghadapi Yosua dan bangsa Israel dengan membuat pasukan sekutu (Yosua 9:1-2; 11:5) namun ada juga yang melakukan taktik tertentu, misalnya dengan apa yang dilakukan oleh penduduk Gibeon (Yos. 9). Mereka menipu Yosua seolah-olah mereka orang yang berasal dari tempat yang jauh (9:9) dan hendak mengadakan perjanjian damai dengan Yosua dan bangsa Israel. Padahal dari sisi posisi, Gibeon adalah kota terdekat setelah penaklukan kota Ai dan pastinya akan menjadi sasaran penaklukan Yosua dan bangsa Israel selanjutnya. Jadi mereka menerapkan taktik yang tidak lazim namun berhasil dilakukan.
Intinya, orang-orang Yebus justru kuatir dan takut dengan kedatangan Daud dan orang-orangnya sehingga mereka perlu melakukan taktik lain menghadapi mereka. Untuk memahami taktik orang-orang Yebus, ada sebuah dokumen pembanding yang juga melibatkan kehadiran orang-orang cacat di era peperangan. Di tempat bernama Boghazköy (sekarang: Turki), yang merupakan tempat bekas ibukota kerajaan Het yang besar di era itu, ditemukan sebuah catatan tentang ceremoni pengambilan sumpah.
Mereka mempertunjukkan di depan mereka, seorang laki-laki buta dan seorang wanita tuli, dan mengatakan demikian: Siapa saja yang melakukan kejahatan terhadap ratu dan raja, biarlah sumpah ini menangkap mereka! Kiranya orang itu menjadi buta! Kiranya orang itu menjadi tuli! Kiranya orang itu menjadi buta seperti orang buta ini! Kiranya orang itu menjadi tuli seperti orang tuli ini! Kiranya orang itu binasa, orang itu dan istrinya dan anak-anaknya dan sanak keluarganya!
Bersambung…………