Istilah “covenant” dan “testament” dalam bahasa Indonesia sama-sama diterjemahkan sebagai “perjanjian.” Salah satu contoh penggunaannya adalah pemakaian istilah “Old Testament” dan “New Testament” untuk merujuk pada Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Namun dapatkah istilah Old Testament and New Testament diganti dengan Old Covenant dan New Covenant untuk merujuk pada hal yang sama?
Testament
Istilah bahasa Inggris testament berasal dari bahasa Inggris pertengahan (Middle English) yang mengadopsinya dari bahasa Latin Kuno dan Latin. Dari kata Latin kuno, testamentum, muncullah pengertian tentang ‘perjanjian dengan Allah’ atau ‘kitab suci.’ Namun bahasa Latin lebih cenderung mengartikannya dengan ‘lsurat wasiat” yang berasal dari kata testari, artinya ‘menjadi seorang saksi’ yang artinya sama dengan gabungan kata tres, artinya ‘tiga’ dan stare, artinya ‘berdiri.’ Gabungan kata tres dan stare menjadikan kata testamentum berarti ‘saksi yang berdiri sebagai pihak ketiga dalam suatu perjanjian/kontrak.”
Covenant
Istilah covenant juga berasal bahasa Inggris pertengahan (Middle English) yang diadopsi dari bahasa Perancis Pertengahan (Middle French) yang berbentuk present participle, covenir, artinya ‘setuju.” Istilah Perancis covenir sendiri mengadopsi istilah Latin convenire yang berasal dari kata con artinya ‘bersama-sama’ dan venire artinya ‘datang.” Dengan demikian kata covenant dapat digambarkan sebagai ‘2 atau lebih kelompok/orang yang berkumpul bersama untuk membuat suatu kontrak atau persetuijuan tentang sesuatu.”
Old and New Testament
Jika kita ingin mempelajari sejarah penggunaan kedua istilah di atas, kita tidak akan mungkin meninggalkan istilah-istilah bahasa Ibrani maupun Yunani yang dipakai sebagai rujukan untuk kedua kata di atas.
Para penerjemah Septuaginta-lah yang pertama-tama menggunakan istilah Yunani diatheke untuk menerjemahkan kata Ibrani berith yang muncul dalam PL. berith berarti ‘perjanjian.’
Dalam sejarah gereja Timur, Melito of Sardis dan Clement of Alexandria merupakan tokoh-tokoh pencetus ide tentang Perjanjian Lama dan Baru. Mereka menyebut kitab suci sebagai ‘the books of the old testament’ (ta palaia biblia dan ta tes palaias diathekes biblia). Tidak jelas, apakah yang dimaksud ‘old testament’ pada bagian ini adalah keseluruhan kitab suci (PL dan PB) atau hanya PL saja. Origen berulangkali menyebut apa yang disebutnya sebagai “Old Testament’ untuk merujuk pada kitab suci. Di gereja Barat, Tertulianus berulangkali menyebut kitab suci dengan ‘vetus dan novum testamentum’ sedangkan Cyprian menyebutnya ‘scriptur veteres et nov.’
Seiring berjalannya waktu, Alkitab diterjemahkan dalam bahasa Latin sebagai bahasa resmi gereja Barat dengan Vulgata sebagai versi yang paling dominan dipakai. Jerome, penerjemah Vulgata, konsisten memakai istilah testamentum untuk menerjemahkan kata diaqh,kh dalam terjemahan Vulgata-nya, utamanya dalam PB-nya (di PL dia juga seringkali memakai kata testamentum ini). Jerome pulalah yang akhirnya mempopulerkan istilah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai Vetus Testamentum dan Novum Testamentum dalam versi Vulgatanya.
Bersambung…………