Bahasa PL-3 : Bahasa Aram

Posted on 22/02/2015 | In Do You Know ? | Leave a comment

Bahasa Aram

Daniel 2:4-7:28; Ezra 4:8-6:18; 7:12-26; Yeremia 10:11, dua kata dalam Kejadian 31:47, dan Kitab-kitab Targum (terjemahan bg-bg PL) semuanya ditulis dalam bahasa Aram, bahasa serumpun bahasa Ibrani tapi tidak berasal dari bahasa Ibrani. Sejak abad 9 sM dan seterusnya, bahasa Aram dan cara tulisannya (berasal dari Fenisia) menjadi bahasa internasional dalam perdagangan dan hubungan kenegaraan. Menurut 1Raj 20:34 ada pedagang Israel dan Damsyik di kedua ibukota itu, dan pada thn 701 sM pegawai Hizkia mau disapa dalam bahasa Aram yang dimengerti oleh penguasa dan pedagang tapi bukan bahasa rakyat (2Raj 18:26).

Sesudah kira-kira 730 sM bahasa Aram dipakai di Asyur: lempeng tanah liat, catatan pegawai tinggi, ukiran Asyur yang menggambarkan orang menulis dengan pena pada kertas, juga tulisan persegi pada lempeng tanah, semuanya memakai bahasa Aram. (Lih R. A Bowman, JNES 7, 1948, hlm 73-76; J. B Segal, Iraq 19, 1957, hlm 139-145; W Albright, BASOR 149, 1958, hlm 33-36.) Demikian juga surat Adon dari Askalon dalam bahasa Aram, yang dikirim kepada Firaun di Mesir pada thn 604 sM (?) (W. D McHardy, DOTT him 251-255.)

Catatan pada Dan 2:4 ‘dalam bahasa Aram’, cocok sekali dengan pemakaian bahasa Aram di istana Nebukadnezar (boleh juga berupa catatan kepada pembaca). Tulisan Aram terdapat juga pada batu-batu bangunan di Babel zaman Nebukadnezar, bukti bahwa bahasa Aram sudah biasa di sana (lih R Koldewey, The Excavations at Babylon, 1914, hlm 80-81, gbr 52-53). Bahasa Aram menjadi bahasa resmi bagi kerajaan Persia yang besar itu (Kitab Ezr ditulis dlm bahasa Aram); hal ini dilukiskan oleh papirus dari Mesir (abad 5 sM). Lih A Cowley, Aramaic Papyri of the Fifth Century BC, 1923; H. L Ginsberg, ANET hlm 222-3, 427-30, 491-2; E. G Kraeling, The Brooklyn Museum Aramaic Papyri, 1953; G. R Driver dll, Aramaic Documents of the Fifth Century BC, 1954, edisi lain 1957.

Aksara yang digunakan sama dengan aksara Ibrani. Bahasa Aram mempunyai ciri tekanan suara yang kira-kira sama dengan bahasa Ibrani, termasuk penempatan tekanan pada kata-kata. Pola-pola suara pada keseluruhannya lebih dilembutkan, dan pada hal-hal tertentu mengikuti bentuk-bentuk yang lebih primitif. Pergeseran huruf-huruf mati pada kedua bahasa itu tidak ada aturannya yang jelas. Ibrani z = Aram d (d); Ibrani sy = Aram t; Ibrani ts = Aram t dsb. Tapi perubahan dari Ibrani ia menjadi Aram ’ dan q sukar diterangkan menurut rumusan fonetis.

Kata sandang tentu adalah  —  a, ditaruh sebagai awalan pada kata bendanya. Hubungan milik dapat diungkapkan seperti dalam bahasa Ibrani; kata benda yang mendahului bentuk memiliki (genitive) diperpendek, dan keduanya dianggap sebagai kesatuan. Hubungan milik ini lebih banyak diungkapkan dengan di, yang aslinya adalah kata penunjuk, mis: khezwa di lelya, berarti ‘penglihatan di malam hari’.

Seperti dalam bahasa Ibrani, kata-kata benda mempunyai bentuk tunggal, kembar dan jamak. Ada dua jenis kelamin, jantan dan betina. Akhiran betina adalah a, tapi banyak kata kerja betina tidak bertanda pengenal. Kata ganti milik ditambahkan kepada kata benda sebagai akhiran.

Kata kerja mempunyai dua aspek waktu, yaitu: perfektif (tindakan yang selesai) dengan akhiran penunjuk pelaku, dan imperfektif (tindakan yang belum selesai), dengan awalan-awalan penunjuk pelaku. Bentuk participle aktif digunakan secara luas untuk menunjukkan waktu kini dan akan datang. Ada kira-kira delapan bentuk kata kerja atau konyugasi. Bentuk pertama, dengan perubahan-perubahan untuk aktif, pasif dan refleksif; bentuk intensif dan bentuk penyebab, diwujudkan dengan awalan h, ’, atau sy. Kata kerja ‘ada’, hawa, sering digunakan sebagai kata kerja bantu.

Ada banyak kalimat tanpa kata kerja. Pada kalimat-kalimat yang menggunakan kata kerja, baik kata kerja maupun pokok kalimat dapat didahulukan, tapi umumnya pokok kalimat didahulukan. Urutan kata tidak seketat seperti dalam bahasa Ibrani.

S. R Driver (LOT hlm 502 dst) berpendapat bahwa bahasa Aram Kitab Dan merupakan bahasa Aram dialek Barat, justru agak muda. Sewaktu Driver menulis, satu-satunya bahan yang dapat diperoleh sudah kedaluwarsa. Kemudian R. D Wilson, dengan memanfaatkan bahan dari sumber yang lebih tua yang ditemukan waktu itu, menunjukkan bahwa perbedaan antara bahasa Aram dialek Barat dan Timur belum muncul pada zaman pra-Kristen. Pendapat ini diperkuat oleh H. H Schaeder. Ahli ini meminta perhatian terhadap sifat yang tidak berubah dari bahasa Aram Kerajaan  —  demikian sebutan resminya  —  yang meniadakan kemungkinan untuk menyelidiki waktu penulisan dari naskah-naskah yang ditulis dalam bahasa itu, termasuk Kitab Dan dan Ezr. Ia menunjukkan bahwa tolok ukur yang dipakai untuk menetapkan bahwa Dan dan Ezr ditulis pada zaman yang kemudian, hanyalah hasil dari proses modernisasi cara penulisan yang berlaku pada abad 5 sM (lih F Rosenthal: Aramaitsche Forschung, hlm 676). Oleh apa yang kita ketahui dari naskah-naskah zaman itu yang menyangkut bidang perdagangan dan kontak-kontak diplomatik, kita tak dikejutkan oleh penemuan kata-kata pinjaman pada tempat-tempat yang paling tidak diduga.

Pengetahuan modern tentang bahasa Aram menunjukkan, bahwa alasan, yang dahulu dikemukakan untuk pendapat bahwa PL bahasa Aram ditulis sesudah zaman Persia, tak dapat diterima lagi. Hanya bukti mengenai suatu hal dapat disebut di sini. Pada masa yang lebih dini, dalam bahasa Aram ada bunyi dh, yang pada zaman Persia dilafalkan ‘d’. Di Siria huruf mati ini ditulis z (pun dlm nama non-Aram, mis Miliz untuk Milid [h], pada batu prasasti Zakir), ejaan ini tetap dipakai dalam papirus Aram dari zaman Persia. Tapi di Asyur sejak abad 9 sM dh ditulis ‘d’ (adad-idri untuk [H]adad-ezer). Lafal dh sebagai ‘d’ pada zaman Persia diketahui dari beberapa hal: suatu naskah Aram ditulis dengan tulisan Mesir (abad 5 sM) menulis ‘t’ bagi ‘d’ (J. A Bowman JNES 3, 1944, hlm 224-225, catatan 17), dalam papirus biasa Aram ada contoh’ z’ ditulis bagi’d’ asli (bukan dh bnd EX Kutscher, JAOS 74, 1954, him 235 zyn wzhh). Dalam PL ditulis ‘d’, bukan ‘z’. Hal ini tidak menyarankan penanggalan yang lebih dini. Ada dua kemungkinan: pertama, penulis menuliskan bahasa Aram dengan cara fonetis; kedua, mereka memakai ejaan lama, yang di kemudian hari tidak dipakai lagi

admin