Kata-kata sifat dapat digunakan sebagai sebutan, dan jika tanpa kata sandang tasrif biasanya dipakai mendahului kata benda; atau sebagai keterangan jika di belakang kata benda dipakai kata sandang tasrif dari kata benda itu. Kata sifat dapat diberi kata sandang dan digunakan tersendiri karena dianggap bernilai sebagai kata benda. Perbandingan dibuat dengan penggunaan kata depan min. Tingkat tertinggi dari suatu jumlah sering dibiarkan tak terungkap mis ‘yang baik’ berarti ‘yang terbaik’, atau derajat perbandingan tertinggi diungkapkan dengan menyebut bentuk tunggal langsung diikuti bentuk jamak, mis ‘Nyanyian dari nyanyian-nyanyian’, yaitu nyanyian yang terindah atau terbaik.
Penggunaan kata bilangan menunjukkan beberapa kekhususan. Bilangan satu dan dua sesuai dengan jenis kelamin kata bendanya, tapi bilangan tiga sampai sepuluh berlawanan. Ini barangkali menunjukkan bahwa jenis kelamin menurut tata bahasa baru diperkenalkan di kemudian hari.
Kalimat nominal atau kalimat tanpa kata kerja yang sebutannya adalah kata benda, kata ganti atau kata sifat, digunakan secara luas. Biasanya disisipkan ‘adalah’ dalam terjemahan, mis: ‘abdi Abraham (adalah) aku’. Dalam kalimat-kalimat yang menggunakan kata kerja, urutan kata-katanya sbb: kata kerja, pokok kalimat, tujuan. Sering kata ‘et digunakan untuk menunjukkan tujuan kalimat. Jika tujuan kalimat terdiri dari kata ganti, ini dapat ditambahkan pada kata penunjuk tujuan itu, atau itu dapat ditambahkan pada kata kerjanya. Tujuan tak langsung yang terdiri dari satu kata depan dan satu akhiran penunjuk orang, pada umumnya mendahului pokok kalimat. Jika ada lanjutan kalimat yang bersifat kata keterangan, ini biasanya mengikuti tujuan kalimat. Bahasa Ibrani menggunakan orang ketiga tunggal atau jamak jantan dan orang kedua tunggal jantan dalam ungkapan mis, ‘orang berkata … .’
Ciri paling khas gaya bahasa Ibrani adalah sifat koordinatifnya, yaitu memakai secara luas kata penghubung ‘dan’, serta jarang memakai kata penghubung tidak setara. Bahasa Ibrani menggunakan secara luas istilah-istilah yang menggambarkan sikap-sikap badani untuk menunjukkan keadaan jiwa seseorang, atau bagian-bagian tubuh dikaitkan dengan sikap mental. Bagi siapa pun yang terbiasa dengan tatanan bahasa-bahasa Indo-Eropa, susah untuk melepaskan diri dari arti-arti asli; ini teristimewa dialami bila berhadapan dengan suatu karya yang penuh dengan ungkapan-ungkapan seperti itu, mis Kitab Kid.
Perumpamaan-perumpamaan dalam bahasa Ibrani banyak diambil dari benda-benda atau kegiatan-kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, justru mempunyai nilai universal dan tidak sukar diterjemahkan. Bahasa Ibrani menggunakan semua perangkat bahasa, antara lain perumpamaan (mis 2Sam. 12), tamsil, kiasan mis ‘bintang’ atau ‘singa’ untuk pahlawan, ‘batu karang’ untuk perlindungan, ‘terang’ untuk hidup dan bagi penyataan Allah, ‘gelap’ untuk kesusahan dan kebodohan.
Bahasa Ibrani, seperti umumnya bahasa-bahasa lain, menggunakan ungkapan-ungkapan dalam bentuk-bentuk manusiawi; gunanya untuk mengalihkan atau menyesuaikan istilah-istilah yang berkaitan dengan anggota-anggota badan manusia atau kegiatan-kegiatan manusia, kepada dunia benda atau keadaan-keadaan lainnya yang sebetulnya secara langsung tidak dapat dikenakan kepadanya. Ungkapan-ungkapan itu berasal dari kiasan, dan dapat digolongkan pada ‘perluasan arti’. suatu cara yang nampaknya adalah bagian dari mekanisme bahasa pada umumnya. Hal ini dijumpai dalam bahasa-bahasa Semit lainnya disamping bahasa Ibrani. Bahasa Akad misalnya, menyebut lunas kapal sebagai ‘tulang belakang’, kemana tulang-tulang iga melekat. Bahasa Ibrani memakai ungkapan ‘kepala’ gunung, ‘wajah’ bumi, ‘bibir’ (= pantai) laut, ‘mulut’ gua, ‘perginya’ air (kata kerja yang dipakai berarti ‘berjalan pergi’). Ungkapan-ungkapan ini dan banyak ungkapan lainnya merupakan kiasan yang telah membeku. Bila ungkapan-ungkapan itu diterapkan untuk kegiatan atau sifat-sifat Allah, maka mustahillah menafsirkannya secara harfiah atas dasar-dasar ilmu bahasa, atau mendasarkan teori-teori kepercayaan atas dasar cara-cara pengungkapan yang sebenarnya ditentukan oleh hakikat komunikasi melalui bahasa.
Sumber: Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Software Sabda 4)
DTS