Dalam kitab Kidung Agung, ada 2 rangkaian imageri (simile) yang diatur muncul berurutan dan terjadi dua kali, yaitu imageri tentang rambut dan gigi.
* Kidung Agung 4:1b-2
- Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead.
- Gigimu bagaikan kawanan domba, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada.
* Kidung Agung 6:5b-6
- Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari Gilead.
- Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada.
Penggunaan imageri rambut dan gigi ini dilakukan oleh seorang laki-laki yang memuji kekasihnya. Dia menggambarkan secara rinci tentang keindahan fisik kekasihnya, antara lain tentang rambut dan gigi kekasihnya.
Dari sisi keindahan sastranya, peletakan simile rambut dan gigi ini mengandung unsur kebalikan atau berlawanan. Rambut diibaratkan kambing, gigi diibaratkan domba. Kedua binatang ini melambangkan kebalikan: kambing adalah binatang yang tak terkendali dan liar, sedangkan domba adalah gambaran yang penurut dan lemah (bdg. Daniel 8:5-7). Dari sisi warna, bulu kambing biasanya berwarna hitam sedangkan domba putih. Kambing itu dikatakan
‘bergelombang turun’ sedangkan si domba ‘keluar’ (dalam bahasa Ibraninya memakai ‘muncul dari atas’). Kedua binatang itu digambarkan sedang melakukan 2 tindakan berlawanan, yaitu si kambing yang sedang ‘turun’ dan domba yang sedang ‘naik’. Kesamaan dari 2 simile ini terletak pada penggunaan kata ‘kawanan’ yang muncul baik pada kambing maupun domba.
Rambutmu bagaikan kawanan kambing
Gambaran keindahan rambut wanita jaman itu diumpamakan seperti kawanan kambing. Kambing yang dipakai sebagai perumpamaan di sini digambarkan merupakan ‘kawanan’ yang berarti merupakan kumpulan dan bukan berserakan. Gambaran warna rambut yang diumpamakan dengan kambing merupakan gambaran yang tepat. Rambut yang dikatakan indah pada jaman itu adalah rambut yang lebat dan berwarna hitam.
Bukan itu saja, kawanan kambing itu digambarkan ‘bergelombang turun’ (LAI) dari pegunungan Gilead. Penggambaran rambut lebat dan hitam itu diikuti dengan model rambut yang mirip dengan pegunungan Gilead. Mengapa harus pegunungan Gilead?
Pegunungan Gilead, di sebelah timur sungai Yordan, terkenal dengan daerahnya yang berbukit-bukit dan merupakan daerah penggembalaan yang subur (Bil. 32:1; Yer. 50:19; Mik. 7:14) . Daerah ini merupakan milik suku Gad, Ruben dan Manasye (Bil. 32:33-42; Ul. 3:12-17). Ketika dikatakan kawanan kambing itu ‘bergelombang turun’ (LAI), sebenarnya dalam bahasa Ibraninya hal itu mengekspresikan ‘gerakan air ketika sedang direbus’. Gerakan air tersebut merupakan gerakan yang tidak teratur, ibarat gerombolan kambing yang turun dari lereng sebuah gunung ke gunung lainnya. Mungkin arti dari gambaran yang lebih tepat adalah rambut yang bergelombang, naik turun seperti menuruni lereng gunung.
Gambaran rambut yang dikatakan indah untuk masa itu adalah rambut yang berwarna hitam, lebat, panjang pastinya dan bergelombang. Beberapa gambar dan tulisan orang Mesir mengkonfirmasi bahwa rambut yang dikatakan sensual untuk dunia kuno saat itu adalah rambung yang panjang dan bergelombang. Bagi pria pun, rambung yang bergelombang memang menjadi kebanggaan (bdg. Kid. 5:11…..rambutnya mengombak’) walaupun kata yang dipakai untuk ‘mengombak’ di 5:11 memang berbeda dengan 5:1.
Gigimu bagaikan kawanan domba
Bagi orang modern, pujian terhadap gigi seorang wanita merupakan sesuatu yang terasa ganjil untuk dilakukan. Atau dengan kata lain, gigi bukan merupakan bagian tubuh yang perlu mendapat perhatian pujian ketika seorang laki-laki memuji seorang perempuan. Namun dalam kitab Kidung Agung, gigi merupakan bagian tubuh yang pantas untuk dipuji. Berikut gambaran tentang pujian tentang gigi (yang tentunya menyertakan mulut pula) bagi dunia orang kuno dahulu:
Mulut seorang perempuan dikatakan indah jika bibirnya berwarna merah. Ada anggapan bahwa mulut seorang perempuan diibaratkan seperti madu yang manis rasanya. Keindahan gigi tentu saja terletak pada warna putihnya dan ketajamannya. Senyum seorang perempuan itu menawan hati dan digambarkan seperti ‘senyuman bunga yang merekah’
Dalam Kidung Agung, gambaran tentang ‘gigi’ diutarakan 2 kali (4:2 dan 6:6).
4:2 Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada.
6:6 Gigimu bagaikan kawanan domba, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada.
Kedua ayat di atas hanya berbeda pada tidak adanya frase ‘yang baru saja dicukur’ dalam 6:6.
Kawanan domba itu yang baru saja dicukur dan keluar dari tempat pembasuhan
Simile ini memberi gambaran gigi seorang perempuan itu dikatakan cantik apabila ‘berwarna putih dan bersih’, ibarat domba-domba yang baru dicukur. Putihnya bulu domba yang baru dicukur banyak dipakai seperti sebuah pepatah dalam Alkitab :
Yesaya 1:18 Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
Maz.147:16 Ia menurunkan salju seperti bulu domba dan menghamburkan embun beku seperti abu.
Daniel 7:9 Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar;
Dalam Kid. 4:4, bahasa Ibrani yang dipakai untuk istilah ‘keluar’ memakai kata yang berarti ‘naik dari’. Hal ini sesuai dengan topografi yang biasa digunakan untuk tempat mandi atau membersihkan domba yang biasanya terletak di daerah yang lebih rendah, yaitu semacam lubang yang berisi air untuk domba-domba itu mandi. Gambaran bersihnya domba-domba itu dipertegas bukan hanya dengan tindakan mencukur domba-domba itu melainkan juga memandikan atau membasuh domba-domba itu.
Kawanan domba itu beranak kembar semua dan yang tak beranak tak ada
Kepadatan fisik dari gigi perempuan itu diibaratkan dengan domba yang beranak kembar. Beranak kembar artinya gigi atas dan bawah tidak memiliki satu lubangpun, masing-masing beriringan memenuhi tempat semestinya. Tidak ada lubang pada gigi itu dipertegas dengan pemakaian kata ‘yang tak beranak tak ada’ yang dalam bahasa Ibrani biasa dipakai untuk gambaran seorang ibu yang kehilangan anaknya, baik karena keguguran atau karena terbunuh (Bdg. Kej. 27:45; 1 sam 15:33). Penggunaan gambaran ‘beranak kembar’ dan ‘tidak ada yang keguguran’ memberikan konfirmasi bahwa gigi si perempuan itu sangat subur, tidak nampak ada yang lubang sedikitpun bahkan pengaturan giginya sangat bagus.
Akhirnya, dapat disimpulkan jika simile yang dipakai untuk menilai gigi seorang perempuan memiliki arti bahwa gigi yang dikatakan cantik adalah gigi yang putih bersih dan tidak berlubang serta letaknya beraturan.
NK_P