Frase ‘negeri yang berlimpah susu dan madu’ (¬'erec zäBaT HäläB ùD•Bäš) muncul sekitar 20 kali dalam Alkitab Perjanjian Lama yang mayoritas merujuk pada tanah Kanaan, tanah perjanjian yang dijanjikan Allah kepada umat pilihan-Nya. Dari 20 kali kemunculan frase ini, 15 kali muncul di kita-kitab Pentetaukh (Kel. 3:8,17; 13:5; 33:3; Ima 20:24; Bil. 13:27; 14:8; 16:13-14; Ul. 6:3; 11:9; 26:9,15; 27:3; 31:20) dan 5 sisanya muncul di bagian lain PL (Yosua 5:6; Yer. 11:5; 32:22; Yeh. 20:6, 15). Dalam Ul. 31:20 frase ini juga muncul namun kata ‘tanah’ yang dipergunakan berbeda, bukan lagi ¬'erec’ melainkan 'áDämâ’ ‘tanah itu’.
Pada Bil. 16:13, kemunculan frase ini tidak merujuk pada tanah Kanaan, melainkan tanah Mesir. Dengan kemunculan frase ini sebagai rujukan untuk Mesir, bukan Kanaan, hal ini, menimbulkan pertanyaan lanjutan. Apakah frase ini memiliki eksklusifitas tersendiri sebagai rujukan untuk Kanaan ataukah hanya merupakan istilah umum orang jaman itu untuk menggambarkan kesuburan sebuah tempat? Ataukah istilah tersebut muncul dalam Bil. 16:13 sebagai suatu sindiran untuk mengungkapkan pemberontakan yang serius dari Datan dan Abiram dengan meminjam istilah eksklusif untuk tanah Kanaan ini dan memakaikannya untuk tanah Mesir?
Selain itu dalam Alkitab sendiri digambarkan bahwa tanah Kanaan tidak secara konsisten dapat dikategorikan ‘subur.’ Dalam kitab Kejadian saja, 3 kali tercatat tanah Kanaan mengalami kelaparan (12:10; 26:1; 43:1). Tidak mengherankan jika para ahli tafsir kuno dan modern menafsirkan frase ini sebagai ‘hyperbolic metaphor extolling the fecundity of the land assigned by God to the people of Israel.’
Terminologi
Frase ini pertama kali muncul dalam ucapan janji Tuhan kepada Musa di semak duri (Kel. 3:8) “Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.”
Kemunculan frase ‘negeri yang berlimpah susu dan madu’ bersamaan dengan nama-nama bangsa (Kanaan, Het, Amori, Feris, Hewi dan Yebus) terjadi sebanyak 3 kali, yaitu dalam Kel. 3:8,17; 13:5. Hal ini menunjukkan paralelisme antara dua frase tersebut, yang menegaskan bahwa rujukan ‘negeri yang berlimpah susu dan madu’ adalah daerah dari bangsa-bangsa yang disebutkan namanya tersebut yang merupakan penghuni mayoritas tanah Kanaan yang disusun sedemikian rupa dari urutan jumlah penduduk terbesar hingga terkecil. Hal ini juga sesuai dengan janji Tuhan dalam Kej. 15:18-21 yang menyatakan bahwa tanah perjanjian yang akan diberikan kepada keturunan Abraham akan meliputi daerah-daerah tertentu.
Tentang asal usul kemunculan frase ini, banyak teori yang disodorkan. Salah satunya adalah teori yang mengatakan bahwa frase ‘negeri yang berlimpah susu dan madu’ berasal dari ungkapan religius orang Kanaan dalam teks Ugarit, KTU 1.6 (CTA 6) dalam baris ke 13-14 menyebutkan:
Baris 13 šmm. šmn.Tm†rn The heavens rain fat/oil
Baris 14 n—lm. TlK. nBTm The wadis flow with honey
Teks ini muncul dalam sebagai bentuk ekspresi religius dari penglihatan dewa badai, El, yang mendapati bahwa dewa kesuburan, Baal, masih hidup. Lebih jauh lagi, menurut Stern, frase tersebut muncul sebagai bentuk persaingan antara YHWH dan Baal dan bentuk persaingan tersebut akan semakin nyata jika dibandingkan dengan kisah dalam 1 Raja 18. Perbedaan penggunaan kata antara ‘susu’ (YHWH) dan “lemak/minyak’ (Baal) dipandang Stern juga sebagai salah satu kemenangan YHWH atas Baal karena orang Israel lebih menghargai produk susu daripada lemak.
Namun penafsiran tersebut perlu dikaji ulang, utamanya bila diperhadapkan dengan bagian2 lain dalam Pl, misalnya Ima 3:16 yang menyatakan ‘segala lemak adalah kepunyaan TUHAN.’
NK_P