(Lanjutan tgl 6 Oktober 2019)
Satu-satunya dukungan yang sulit dibantah adalah pengutipan Mazmur 8:6 (LXX) di Ibrani 2:7. Seandainya penulis Surat Ibrani memang mengutip teks ini, maka kemungkinan besar terjemahan LXX memang dianggap tepat oleh penulis Surat Ibrani. Lebih jauh, seandainya terjemahan LXX memang benar dan merujuk pada Kejadian 1:26, maka dalam taraf tertentu manusia dan malaikat adalah sama-sama gambar Allah.
Walaupun alasan di atas cukup kuat, namun paling jauh teori ini hanya akan membawa kita pada kesimpulan bahwa ucapan Allah di Kejadian 1:26 hanya sekadar pengumuman kepada para malaikat, bukan ajakan untuk menciptakan manusia. Bentuk tunggal “Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya” (1:27) menunjukkan bahwa penciptaan manusia merupakan tindakan Allah semata-mata. Ia tidak melibatkan malaikat dalam proses ini.
Kelima, bentuk jamak merupakan pembicaraan internal dalam diri Allah (self talk) , tanpa mengasumsikan adanya pribadi jamak dalam ke-Allahan. Ini mirip dengan manusia pada waktu mempertimbangkan sesuatu dan berkata dalam dirinya, “apakah aku sebaiknya jalan kaki atau naik bus ya?” Alasan yang diajukan sebagai dukungan adalah kemiripan dengan mitos kuno yang menceritakan pembicaraan internal dalam diri dewa sebelum menciptakan manusia. Perubahan bentuk jamak ke tunggal di 1:26-27 dianggap cocok dengan teori ini. Pemazmur pun sering menggunakan gaya bahasa ini (Mzm 42:6, 12; 43:5).
Kelemahan utama dari pandangan ini terletak pada bentuk jamak yang dipakai di 1:26 maupun teks-teks lain (3:22; 11:7). Dalam kasus perbincangan internal, bentuk yang muncul selalu tunggal. Kita bahkan memiliki satu contoh konkrit bagaimana Allah berbicara kepada diri-Nya sendiri, tetapi bentuk yang dipakai adalah tunggal (18:17 Berpikirlah TUHAN: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?”).
Keenam, bentuk jamak menyiratkan kejamakan dalam diri Allah. Pandangan ini merupakan favorit bapa-bapa gereja di abad permulaan dan para reformator. Mereka bahkan melangkah terlalu jauh dengan menyatakan bahwa bentuk jamak ini secara eksplisit merujuk pada Allah Tritunggal.
Terlepas dari kritikan sebagian orang bahwa pandangan tradisional ini cenderung dogmatis, namun konteks Kejadian 1 sendiri memberikan petunjuk yang cukup jelas. Pemunculan Roh Allah di 1:2 yang dalam taraf tertentu sama sekaligus berbeda dengan Allah menyiratkan adanya ide tentang kejamakan dan ketunggalan dalam diri Allah. Teks Alkitab yang lain mengajarkan bahwa penciptaan dilakukan oleh Roh Allah (Ay 33:4; Mzm 104:30; Yeh 37) maupun Yesus (Yoh 1:3; Kol 1:16-17). Dukungan penting ditemukan di Kejadian 1:26-27. Kejamakan dan ketunggalan dalam diri manusia sebagai gambar Allah di 1:27 memberi petunjuk yang menentukan untuk memahami kejamakan dan ketunggalan dalam diri Allah. Perhatikan ayat 27 berikut ini: “Maka Allah menciptakan manusia itu (tunggal) menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia (tunggal); laki-laki dan perempuan (jamak) diciptakan-Nya mereka (jamak).” Dalam kisah selanjutnya ketunggalan dan kejamakan manusia juga tetap diajarkan. Walaupun kesendirian manusia tidak baik (2:18), tetapi pemberian seorang penolong dimaksudkan supaya manusia menjadi satu daging (2:24). Kejamakan dan ketunggalan inilah yang juga terdapat dalam diri Allah di 1:26-27. Lebih tepatnya, apa yang ada dalam diri Allah terekspresi dalam diri manusia sebagai gambar dan rupa Allah.