Dalam catatan Alkitab baik PL maupun PB, kemunculan imam bersamaan dengan Lewi menimbulkan berbagai pertanyaan. Mengapa mereka dibedakan tapi acapkali mereka juga muncul bersamaan? Sebagai contoh, dalam Luk. 10: 31-32 dikatakan:
31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
Kemunculan dan respon bersamaan orang imam dan Lewi dikontraskan dengan kemunculan orang Samaria. Dalam 1 Taw. 15:14, imam dan orang Lewi muncul bersamaan dengan tugas untuk mengangkut tabut Allah. Jadi sebenarnya apakah kesamaan dan perbedaan yang mereka miliki?
TENTANG IMAM
Dalam PL, kata yang dipakai untuk imam adalah kohen; kata kohen dengan segala variasi bentuknya muncul lebih dari 700 kali dalam PL. Kata kohen bukan merupakan istilah eksklusif yang merujuk hanya pada imam Israel. Kata kohen juga diaplikasikan untuk imam orang Filistin (1 Sam 5:5; 6:2), orang Midian (Kel. 2:16), orang Mesir (Kej. 41:45; 47:22), orang Kanaan (2 Raja 10:19; Yer. 48:7). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa eksistensi imam telah ada di daerah Timur Dekat Kuno. Pertama kalinya dalam Alkitab, kata kohen muncul dalam Kej. 14:18 “Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi.”
Dalam catatan Alkitab Nuh berperan sebagai imam (Kej. 8:20), begitu pula dengan Abraham (Kej. 15), Ishak (Kej. 26:25) dan Yakub (Kej, 35:14). Ayub juga menampakkan perannya sebagai imam dalam Ayub 1.
Sebagai sebuah lembaga resmi sebuah bangsa, yaitu bangsa Israel, sistim keimaman dimulai di Kel. 28 dalam rangkaian perintah Allah kepada bangsa Israel untuk membuat perjanjian denganNya. Allah memerintahkan Musa, “Engkau harus menyuruh abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya datang kepadamu, dari tengah-tengah orang Israel, untuk memegang jabatan imam bagi-Ku Harun dan anak-anak Harun, yakni Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar” (Kel. 28:1). Dikatakan bahwa keimamaman sebagai sebuah lembaga resmi Israel memang ditahbiskan pada Kel. 28. Namun sebelumnya di Kel 19:22-24 muncul kata kohen:
Juga para imam yang datang mendekat kepada TUHAN haruslah menguduskan dirinya, supaya TUHAN jangan melanda mereka." Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Tidak akan mungkin bangsa itu mendaki gunung Sinai ini, sebab Engkau sendiri telah memperingatkan kepada kami, demikian: Pasanglah batas sekeliling gunung itu dan nyatakanlah itu kudus." Lalu TUHAN berfirman kepadanya: "Pergilah, turunlah, kemudian naiklah pula, engkau beserta Harun; tetapi para imam dan rakyat tidak boleh menembus untuk mendaki menghadap TUHAN, supaya mereka jangan dilanda-Nya."
Kemunculan kata ‘para imam’ di ayat-ayat di atas menimbulkan pertanyaan, bukankah lembaga keimaman di Israel baru akan muncul di Kel. 28? Mengapa di Kel. 19:22-24 sudah muncul ‘para imam’?
Perlu dipahami, bahwa dari awal jabatan keimaman yang berlaku di tiap keluarga jatuh kepada anak laki-laki sulung. Tetapi ketika rencana ibadah korban diperkenalkan, yang menuntut adanya sekumpulan orang yang secara khusus memang melayani hal ini, maka jabatan imam yang sebelumnya dipegang oleh anak laki-laki sulung digantikan oleh orang Lewi (Bil 3:11-13):
TUHAN berfirman kepada Musa:
"Sesungguhnya, Aku mengambil orang Lewi dari antara orang Israel ganti semua anak sulung mereka, yang terdahulu lahir dari kandungan, supaya orang Lewi menjadi kepunyaan-Ku, sebab Akulah yang punya semua anak sulung. Pada waktu Aku membunuh semua anak sulung di tanah Mesir, maka Aku menguduskan bagi-Ku semua anak sulung yang ada pada orang Israel, baik dari manusia maupun dari hewan; semuanya itu kepunyaan-Ku; Akulah TUHAN.
Jadi yang dimaksud dengan para imam dalam Kel. 19:22-24 adalah para anak laki-laki sulung dari tiap keluarga orang Israel saat itu.
Bersambung…………