Pertanyaan seperti ini muncul beberapa kali dalam webinar saya selama pandemi. Sebuah pertanyaan yang baik sekali. Pertanyaan ini dimunculkan karena mereka sehubungan dengan ketidakadaan informasi yang jelas tentang kehidupan Yesus. Sebagai contoh, kita tidak tahu apa yang terjadi dengan Yesus pada usia 12-3 tahun. Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan Yusuf, ayah legalnya, selama pelayanan Yesus. Mengapa dia tidak pernah muncul dalam pelayanan Yesus? Contoh-contoh ketidakjelasan ini tentu saja masih bisa diperpanjang tanpa atas.
Apakah ketidakadaan informasi-informasi seperti ini menunjukkan bahwa Alkitab sudah dihilangkan? Itulah yang akan dibahas dalam artikel kali ini.
Hal pertama yang perlu kita cermati adalah asumsi di balik pertanyaan seperti ini. Banyak orang secara keliru menganggap bahwa catatan Alkitab bersifat lengkap. Maksudnya, mereka mengasumsikan bahwa penulis Alkitab mencatat segala sesuatu. Sebagai contoh, mereka beranggapan bahwa para penulis kitab Injil menuliskan kehidupan Yesus secara lengkap dari awal sampai akhir. Ketika ada bagian-bagian tertentu yang tidak disebutkan, mereka berpikiran bahwa bagian-bagian itu telah dihilangkan.
Asumsi semacam ini jelas keliru. Para penulis Alkitab sendiri sudah mengungkapkan secara eksplisit bahwa mereka tidak menuliskan segala sesuatu yang Yesus katakan atau lakukan (Yoh. 20:30-31). Jika semua detil kehidupan dan pelayanan Yesus dituliskan, “maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu” (21:25). Paulus sendiri pernah mengutip perkataan Yesus yang dia terima dari tradisi lisan tetapi perkataan itu tidak tercantum dalam kitab Injil (Kis. 20:35 “Adalah terlebih berkat memberi daripada menerima”). Jadi, Alkitab memang tidak mencatat segala sesuatu. Alkitab bersifat cukup, bukan lengkap. Cukup memadai sebagai pedoman untuk menghidupi keselamatan kita (2Tim. 3:15-16).
Sifat Alkitab ini seharusnya tidak usah dipersoalkan. Semua tulisan biografi kuno maupun sejarah kuno juga tidak ada yang lengkap. Setiap tulisan memiliki tujuan tertentu. Informasi mana yang perlu dimasukkan ditentukan oleh tujuan ini. Tidak semua informasi perlu dimasukkan. Ini hal yang sangat wajar. Jika hal ini dijadikan alasan untuk meragukan Alkitab, semua tulisan kuno juga harus diragukan. Ini jelas konyol jika dilakukan.
Jika dibandingkan dengan kitab suci yang lain yang menyinggung tentang tokoh atau pendiri agama mereka, informasi tentang Yesus dalam Alkitab justru terlihat jauh lebih banyak. Kita dapat mengetahui kapan, bagaimana dan di mana Dia lahir. Kita mengetahui beberapa peristiwa yang terjadi ketika Dia masih kecil. Ada begitu banyak mujizat Yesus dituliskan di dalam Alkitab. Yang menarik, banyak informasi ini diberi rujukan historis dan keterangan detil yang sangat melimpah. Semua ini menyiratkan bahwa penulisnya adalah para saksi mata atau mendapatkan informasi dari para saksi mata.
Apakah cara penulisan Alkitab yang terkesan tidak lengkap dari perspektif biografi modern seperti itu berarti ada bagian-bagian Alkitab yang dihilangkan? Jawabannya mudah: tidak. Istilah ‘dihilangkan” baru boleh digunakan jika sebelumnya bagian-bagian itu sudah ada dalam Alkitab. Dalam kenyataannya, apa yang tidak dicatat oleh Alkitab memang sebelumnya tidak pernah ada di dalamnya. Yang tidak dimasukkan ke dalam Alkitab adalah tradisi-tradisi tentang Yesus yang beredar secara lisan. Dari awal para penulis Alkitab sudah mengadakan riset untuk meneliti semuanya itu (Luk. 1:1-4) dan memutuskan untuk tidak memasukkan semuanya ke dalam satu tulisan. Jadi, tidak ada yang dihilangkan dalam Alkitab. Soli Deo Gloria.