Anugerah Buat Kain

Posted on 23/07/2017 | In Do You Know ? | Leave a comment

Dalam Akitab tercatat seorang yang diberi gelar ‘pembunuh pertama’, yaitu Kain. Bukan sekedar pembunuh pertama, namun dialah orang yang pertama-tama tega membunuh saudaranya sendiri, yaitu Habel. Sebagai seorang pembunuh, Allah memberikan hukumanNya kepada Kain (Kej. 4:11-12). Namun yang menarik adalah, selain memberikan hukuman kepada Kain, Allah juga memberikan ‘anugerah’Nya kepada Kain.

Ada dua hal yang dilakukan Allah untuk melindungi Kain. Yang pertama merupakan tindakan Allah seandainya pembunuhan kepada Kain benar-benar terjadi, sedangkan yang kedua lebih merupakan tindakan preventif (pencegahan).

Pertama, Allah akan membalas tujuh kali lipat pada barangsiapa yang membunuh Kain. Angka tujuh di sini bisa diartikan secara beragam: (1) tujuh keturunan akan dihukum oleh Tuhan; (2) satu orang pembunuh Kain akan berakibat tujuh orang dalam keluarganya terbunuh; (3) menyimbolkan hukuman Allah yang genap (Mzm 12:7; 79:12; Ams 6:31). Alternatif terakhir ini tampaknya lebih tepat. Ungkapan arogansi Lamekh di 4:24 yang menyinggung angka 70 dan 7 kali (KJV/ASV “seventy and sevenfold”) lebih terkesan sebagai ungkapan puitis yang menyiratkan keseriusan pembalasan (bdk. Mat 18:21-22). Teks tidak memberi petunjuk jelas bagaimana bentuk keseriusan hukuman ini. Di tempat lain Alkitab menentukan kematian bagi pembunuh manusia (9:5-6; Ul 19:11-12), tetapi tidak diberitahukan bagaimana pembalasan dendam akan dilakukan. Daud yang membunuh Uria juga mendapat hukuman dari Tuhan berupa pedang yang tidak akan pergi dari keluarga (2 Sam 12:10), namun ini bukan berarti keturunannya akan dibunuh orang. Sebaliknya, mereka akan saling bunuh dengan berbagai macam alasan. Mengingat data yang ada di Alkitab sangat terbatas, kita harus mengakui bahwa bentuk keseriusan hukuman bagi pembunuh Kain tidak bisa dipastikan.  

Kita tidak tahu persis bagaimana perlindungan pertama ini akan dilakukan oleh Allah (melalui manusia atau Allah sendiri yang melakukan pembalasan). Beberapa teks mengajarkan bahwa pembalasan dendam adalah dilarang (Im 19:18) dan menjadi hak Allah (Ul 32:35). Di tempat lain Allah mengatur pembalasan bagi para pembunuh secara legal (Bil 35:16, 19). Kita sebaiknya memahami hal ini dalam konteks keagamaan Yahudi yang mengaitkan segala sesuatu dengan Allah (Kel 21:13). Apa pun cara yang digunakan, Allah tetap mengontrol semuanya itu.

Bentuk perlindungan kedua yang diberikan Allah kepada Kain adalah tanda tertentu. Tanda diperlukan sebagai peneguhan terhadap janji Allah kepada manusia, misalnya pelangi (9:12), sunat (17:11), atau tanda lainnya (Yes 7:11). Teks tidak memberikan keterangan apa pun tentang bentuk tanda yang dimaksud, sehingga menimbulkan spekulasi yang tanpa henti di kalangan para penafsir. Beberapa yang sudah diusulkan antara lain: tato di wajah/lengan/tubuh, tanda tertentu di dahi (Yeh 9:4) atau gaya rambut tertentu yang khas. Sebuah tradisi Yahudi bahkan menafsirkan tanda ini dengan seekor anjing yang bertugas menjaga Kain. Yang lain meyakini bahwa tanda ini adalah nama Kain sendiri, karena qayin memiliki bunyi yang mirip dengan yuqqam yang berarti “akan dihukum”.

Pilihan yang paling bijaksana adalah tidak melangkah melebihi petunjuk yang disediakan dalam teks. Kita harus berpuas diri bahwa yang dipentingkan bukanlah bentuk tanda, tetapi fungsinya. Yang penting tanda ini pasti dapat dilihat dan dipahami oleh orang lain, sehingga mereka takut untuk membunuh Kain. Sama seperti Adam dan Hawa diberi pakaian sebagai bentuk perlindungan (3:21), demikian pula Kain diberi tanda sebagai perlindungan.

Ada beberapa alasan mengapa Allah member perlindungan bagi seorang pembunuh. Yang terutama jelas bersumber dari natur Allah yang penuh kasih. Dalam hukuman selalu terdapat anugerah. Alasan lain adalah membatasi siklus pembalasan dendam. Ketika seseorang membalas dendam kepada sesamanya, seringkali balasan itu justru melebihi daripada yang ia terima (bdk. 4:23-24). Hal ini perlu dicegah dengan cara memberikan peringatan hukuman yang sangat serius. Yang terakhir, Allah memastikan bahwa rencana ilahi bagi perkembangbiakan manusia (1:28; 3:15, 20) tidak boleh dihalangi oleh pembunuhan manusia. Pembalasan dendam tanpa henti jika dibiarkan akan berpotensi mengancam keberlangsungan umat manusia di bumi. Secara khusus pada waktu itu jumlah manusia memang terbilang sedikit, hanya Adam, Hawa dan anak-anaknya (4:25-26; 5:3-5). NK_P

Nike Pamela