Secara harfiah, antikristus berarti “pengganti Kristus,” atau lawan Kristus. Meskipun istilah ini sebagian besar muncul di surat-surat Yohanes, ide dasarnya tersebar luas. Kata ini berarti seseorang yang dengan bebas menentang Kristus, bukan hanya nabi palsu yang mengklaim adalah Kristus. Jadi, kata ini merujuk pada perlawanan kuat oleh kekuatan jahat, seperti yang disebutkan dalam Daniel 7:7 dan biasanya dikaitkan dengan Hari Kiamat, yang muncul di dalam referensi kitab Wahyu. Antikristus adalah seseorang yang, menurut Yohanes, “menyangkal Bapa dan Anak” (1Yoh. 2:22). Orang demikian sedang melakukan pekerjaan setan, melawan hal-hal yang dari Allah. Referensi di Tesalonika merujuk pada “manusia durhaka” (2Tes. 2:3), seseorang yang “meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah,” meninggikan dirinya sebagai Allah. Meskipun Antikristus bukan Setan, kedatangannya adalah bayangan dari Setan itu sendiri. Dalam kitab lain, ia disebut “manusia dosa”, “anak neraka”, “yang jahat”, atau “binatang buas.” Di dalam pertempuran apokaliptik yang besar antara baik dan jahat di akhir zaman nanti, Antikristus akan membuat tantangan terakhirnya kepada Allah. Hal ini menjelaskan penggunaan gambaran “binatang buas” di kitab Wahyu. Di sini, pertempuran besar Harmagedon menyentuh sentakan terakhir kekuatan jahat melawan kekuatan baik. Karena kepercayaan kuat dalam Gereja mula-mula bahwa Kedatangan Kristus Kedua kali telah dekat, banyak orang berusaha mengidentifikasi Antikristus dengan tokoh-tokoh kontemporer, seperti yang banyak orang lakukan di masa modern. Selama Reformasi Protestan, referensi Antikristus dalam literatur yang polemik dan populer merujuk pada Paus. Istilah ini juga digunakan pada banyak pemimpin politis dari Nero hingga Cromwell. Pada abad XX, Hitler, Mussolini, dan orang-orang lain mendapat julukan ini. Dalam literatur apokaliptik kontemporer, usaha terus berlanjut untuk mengidentifikasi Antikristus.
Sumber:
Tischler, Nancy Marie Patterson. All Things in the Bible.Westport: Greenwood Press, 2006
Refleksi:
Banyak orang menafsikan Antikristus di kitab Wahyu sebagai pribadi tertentu yang dianggap melawan Kristus mulai dari Paus, Hitler, dll. Penafsiran demikian terlalu berlebihan, karena konteks Yohanes ketika menulis Wahyu tidak sedang membicarakan Paus, dll. Terlepas dari pribadi khusus yang mewakiliki Antikristus, intinya adalah Antikristus meliputi orang-orang yang melawan Kristus. Antikristus tidak hanya merujuk pada pribadi khusus tertentu, tetapi mereka meskipun mengaku diri “Kristen” tetapi menyangkal Kristus dengan menganggap diri sendiri sebagai Kristus yang harus dijunjung tinggi dan ditakuti.
Tugas kita bukan mencari tahu siapa saja Antikristus yang dimaksud Yohanes, tetapi kita harus berwaspada akan bahaya orang-orang yang melawan Kristus meskipun mereka mengaku diri “Kristen” bahkan “pemimpin gereja” sekalipun. Demi mengantipasi bahaya ini, tugas orang Kristen bukan paranoid dengan Antikristus, tetapi makin bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus yang diberitakan oleh Alkitab, sehingga kita tidak terombang-ambing oleh berbagai ajaran yang menyesatkan (Ef. 4:13-15). Sudah siapkah kita untuk makin mengenal Kristus dan bertumbuh di dalam-Nya? Amin. Soli Deo Gloria.
DTS