Kata “amin” berasal dari kata Ibrani ‘amen yang berarti ‘pasti’, akar katanya berarti ‘untuk menjadi teguh, tetap, dapat dipercaya’; bnd ‘emuna ‘kesetiaan’, ‘emet ‘kebenaran’. Diterjemahkan juga dengan ‘setia’ (Yes. 65:16 dua kali, secara harfiah ‘Allah yg setia’) dan ‘begitulah hendaknya’ (Yer. 11:5). Kata Yunaninya adalah transliterasi dari kata Ibrani dan diterjemahkan dengan ‘sungguh’ dalam rumusan yg berulang-ulang, ‘Sungguh, sungguh Aku berkata kepadamu.’
Digunakan: (a) sebagai rumusan yg mengandung jawaban, dengan mana si pendengar mengakui sahnya suatu sumpah atau kutuk dan menyatakan dirinya bersedia menerima akibat-akibatnya (Bil. 5:22; Ul. 27:15, dab; Neh. 5:13; Yer. 11:5). (b) untuk menyambut suatu pengumuman atau suatu nubuat tentang hal yg baik (1Raj. 1:36; Yer. 28:6); (c) sebagai ungkapan persetujuan melalui satu nyanyian puji-pujian atau berkat, dan sering diulangi untuk memberi tekanan (1Taw. 16:36; Mzm. 41:12, dll). Dalam penggunaannya menurut cara terakhir, hal ini menjadi bagian yg lazim dalam kebaktian di sinagoge, dan dari sana dimasukkan dalam kehidupan gereja purba (lih. 1Kor. 14:16).
Dalam PB kata ‘amin’ sering dipakai untuk menutup (menguatkan) pujian kepada Allah. Dalam Wahyu 1:7; 22:20, kata itu mengungkapkan teguhnya harapan penulis dalam kehidupan. Pemakaian kata itu oleh Kristus pada permulaan ucapan, sering diterjemahkan ‘sesungguhnya’ (mis. Yoh. 3:3), adalah unik dan rupanya berarti bahwa Ia berfirman dengan kekuasaan sebagai Mesias, sesuatu yang tak pernah dapat dilakukan oleh ahli-ahli Taurat maupun rabi. Itulah sebabnya mengapa dalam Dia janji-janji Allah dapat dipercayai dan pasti akan dipenuhi (2Kor. 1:20); karena itu Ia dapat disebut ‘Amin’ (Why. 3:14), dan bila MT benar maka arti yg sama pasti menjadi dasar bagi gambaran tentang Allah dalam Yesaya 65:16.
Sumber: Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Software Sabda 4)
APLIKASI
Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah kata “amin” merujuk pada persetujuan akan sesuatu dan menutup pujian kepada Allah. Karena begitu pentingnya kata “amin” ini, maka ini menjadi pelajaran berharga bagi orang Kristen agar tidak sembarangan mengucapkan kata “amin” terhadap suatu pengajaran yang jelas tidak berdasarkan Alkitab, apalagi menjadikan kata “amin” sebagai mantra dalam doa Kristen.
DTS