Kata “Abigail” berasal dari kata Ibrani ’avigayil yang berarti “bapakku adalah kebahagiaan”.
Istri Nabal orang Karmel. Nabal tinggal di Maon, kaya tapi buta sopan santun, berbeda sekali dari Abigail. Ia sadar bahwa penghinaan terselubung dalam penolakan suaminya untuk memberikan hadiah imbalan kepada tentara Daud, pada waktu musim pencukuran bulu domba, akan membahayakan seluruh rumah tangganya; justru atas kebijaksanaannya sendiri ia membawa pemberian-pemberian berupa roti, anggur, domba, gandum, kismis, dan kue ara.
Ia bertemu Daud pada saat pasukan Daud bergerak untuk menyerang Nabal. Dengan demikian pertumpahan darah dapat dihindarkan. Kebijaksanaannya, kecantikannya, dan keanggunannya sangat berkesan bagi Daud dan ia bersyukur kepada Allah. Sewaktu Abigail memberitahu suaminya mengenai, tindakannya itu, sang suami sadar akan kecelakaan yang nyaris menimpa mereka. Karena ketakutan, jantung Nabal terhenti dan ia meninggal — oleh tangan Allah. Daud kemudian menikah dengan Abigail. Bersama Ahinoam, orang Yizreel, ia mendampingi Daud di Gat. Mereka ditangkap oleh pasukan Amalek dekat Ziklag dan dibebaskan (1Sam.30:18). Ia adalah ibu Kileab (2Sam. 3:3), atau Daniel (1Taw. 3:1), putra Daud yg kedua.
2. Istri Yitra (2Sam. 17:25) atau Yeter (1Taw. 2:17; 1Raj. 2:5) orang Ismael — istilahnya dalam bahasa Ibrani mudah dikacaukan dan ibu Amasa. Ia adalah putri Nahas (2Sam. 17:25) atau Isai (1Taw. 2:13-16). Kritik modern menghapus Nahas, dianggap salah tulis.
Sumber:
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (program SABDA 4).
DTS