Versi Alkitab Bahasa Inggris Mana Yang Paling Baik?

Posted on 26/07/2015 | In QnA | Leave a comment

Pertanyaan ini sangat wajar untuk diajukan. Ada begitu banyak versi yang tersedia. Memiliki semua versi itu dan membandingkannya setiap hari jelas akan menjadi sebuah tugas yang berat bagi orang-orang Kristen, kecuali bagi para penafsir Alkitab dan pengkhotbah.

Pertanyaan ini juga cukup rumit untuk dijawab. “Paling baik” dalam arti apa? Setiap versi dibuat dengan tujuan khusus dan ditujukan pada kelompok pembaca yang khusus pula. “Baik” untuk satu kelompok, belum tentu baik untuk kelompok yang lain. Di samping itu, “baik” dalam hal tertentu (misalnya menafsirkan Alkitab) belum tentu baik untuk hal yang lain (misalnya menghafalkan ayat Alkitab).

Jadi, versi mana yang kita pilih? Saya akan memberikan dua macam jawaban untuk pertanyaan ini: jawaban ideal dan jawaban realistis. Jenis yang pertama untuk mereka yang benar-benar serius membaca dan menyelidiki Alkitab. Jawaban kedua bagi mereka yang ingin memiliki satu versi kesayangan dalam saat teduh mereka.

Jawaban ideal: kita sebaiknya memiliki dan membaca beberapa versi sekaligus. Tidak perlu semua, tetapi yang benar-benar berbeda karakteristik dan tujuan penerjemahannya. Dalam hal ini kita perlu memahami dua macam terjemahan Alkitab: hurufiah dan bebas. Kelompok pertama berusaha menyediakan terjemahan yang sama secara formal (formal equivalence), yaitu kata per kata yang sedekat mungkin dengan teks asli, baik dalam hal tata bahasa maupun arti tiap kosa kata. Kelompok kedua menawarkan kesamaan terjemahan yang lebih dinamis (dynamic equivalence), yaitu ide per ide yang lebih akrab di telinga pembaca. Jadi, kelompok pertama lebih obyektif (walaupun subyektivitas dalam taraf tertentu pasti tidak terhindarkan), sedangkan kelompok kedua cenderung lebih subyektif (walaupun subyektivitas ini dalam taraf tertentu tetap dilandaskan pada obyektivitas).

Berdasarkan penjelasan di atas, saya merekomendasikan untuk membaca paling sedikit satu versi yang mewakili tiap kategori. Untuk terjemahan hurufiah, saya biasanya mengusulkan Revised Standard Version (RSV) dan New American Standard Bible (NASB). Versi-versi yang lebih hurufiah ini sangat bermanfaat untuk mendekatkan kita pada maksud asli para penulis Alkitab. Walaupun kosa kata dan tata bahasa yang digunakan mungkin terkesan agak pendek, kaku dan janggal, tetapi arti di dalamnya justru mampu mengekspresikan dengan setia kata-kata pada teks aslinya.

Untuk terjemahan bebas, saya cenderung pada Good News Bible (GNB) dan New International Version (NIV) edisi yang lama. Versi-versi yang lebih dinamis ini berguna untuk menjelaskan makna di balik beberapa frase yang mungkin janggal atau kurang jelas di telinga kita. Sebagai contoh: “ketaatan iman” di Roma 1:5 (ASV/RSV/NASB/NRSV/ESV) diterjemahkan “ketaatan yang bersumber pada iman” oleh penerjemah NIV. Walaupun tidak semua penjelasan semacam ini tepat dan bermanfaat, namun dalam sebagian kasus hal itu sangat membantu orang Kristen awam dalam memahami Alkitab.

Sekarang saya akan menerangkan jawaban yang realistis. Tidak semua orang memiliki hasrat, waktu, dan kemampuan yang memadai untuk membaca dan membandingkan versi-versi terpilih di atas. Mereka hanya menginginkan satu versi saja yang akan dijadikan sahabat karib dalam pertumbuhan rohani. Versi mana yang merupakan pilihan terbaik dalam hal ini?

Jawaban saya adalah English Standard Version (ESV). Ada beberapa alasan mengapa pilihan saya jatuh pada ESV. Pertama, versi ini tergolong hurufiah tetapi dengan bahasa yang mudah untuk dibaca. Dengan kata lain, versi ini menawarkan kemudahan baca (readability) dan terjemahan kata per kata (literalness) yang seimbang. Kedua, versi ini termasuk yang paling baru dibuat dan dipublikasikan (tahun 2001 dan 2008), sehingga pencerahan-pencerahan dari hasil studi biblika terkini sudah diperhitungkan dalam terjemahannya. Sebagai contoh, edisi teks Ibrani dan Yunani yang dijadikan dasar terjemahan sudah sangat memadai (BHS 1983 untuk Perjanjian Lama dan UBS4 dan NA27 untuk Perjanjian Baru). Ketiga, versi ini berusaha mempertahankan aspek keindahan dalam terjemahannya. Dari sisi estetika kata, banyak teolog menyetarakan ESV dengan KJV.

Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak. Begitu pula tidak ada versi yang tanpa cacat. Tidak ada satu versi mana pun yang begitu sempurna dan mampu memenuhi semua kebutuhan serta memuaskan semua orang. Walaupun demikian, kita tetap bisa menjadikan ESV sebagai salah satu pilihan terbaik dalam saat teduh maupun penyelidikan Alkitab kita setiap hari. Soli Deo Gloria.

Yakub Tri Handoko