Tersandung Karena Orang Kristen: Bagimana Menjelaskannya?

Posted on 28/07/2013 | In QnA | Ditulis oleh Admin | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/ Tersandung Karena Orang Kristen: Bagimana Menjelaskannya?

                          Salah satu halangan terbesar bagi orang lain untuk menerima kekristenan adalah ketidaksesuaian antara tingkah laku orang Kristen dan ajaran kekristenan. Orang lain menjadi tersandung dengan perbuatan orang Kristen. Bagaimana kita sebaiknya meresponi hal ini?

             Pertama-tama kita perlu menyadari bahwa persoalan ini paling baik direspon dengan keteladan hidup yang nyata. Orang yang sudah tersandung dengan orang Kristen tidak membutuhkan penjelasan rasional yang mendalam atau panjang lebar. Mereka ingin bukti konkrit. Dalam hal ini kita bisa menceritakan beberapa tokoh Kristen yang terkenal karena kesalehan mereka, terutama pada area yang membuat di penanya tersandung. Supaya lebih efektif, kita dapat menjadikan diri kita sendiri atau rekan kita sebagai contoh (khusus untuk area yang dipersoalkan, misalnya berkaitan dengan tuduhan bahwa orang Kristen cenderung materialistik).

Langkah selanjutnya adalah mengklarifikasi ajaran kekristenan. Orang yang tersandung biasanya hanya menfokuskan pada ajaran-ajaran moral kekristenan yang terdengar sangat luar biasa, misalnya memberi pipi kanan pada saat pipi kiri ditampar, dsb. Mereka kurang mengetahui bahwa kekristenan juga menekankan keberdosaan semua manusia. Para rasul pun mengakui keberdosaan mereka (Yak 3:2a “kita semua bersaah dalam banyak hal”; 1 Yoh 1:8 “jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita”).

Berkaitan dengan konsep di atas, kita perlu menjelaskan perbedaan antara kesalahan (dosa) dan kemunafikan. Hal ini sangat diperlukan, karena ketidaksesuaian tindakan Kristiani seringkali dikategorikan sebagai kemunafikan oleh orang lain. Setiap kemunafikan adalah dosa, namun tidak setiap dosa adalah kemunafikan. Seandainya kekristenan mengajarkan bahwa setiap orang percaya adalah sempurna secara moral, apabila tidak melakukan apa yang kita klaim memang merupakan kemunafikan. Persoalannya, kekristenan tidak pernah membuat klaim seperti itu. Sebaliknya, Alkitab mengajarkan keberdosaan semua manusia. Tatkala orang percaya melakukan kesalahan, hal itu adalah dosa, tetapi belum tentu pantas dikategorikan sebagai sebuah kemunafikan.

Kita juga perlu memberitahukan ajaran Tuhan Yesus sendiri bahwa tidak semua pengikut-Nya adalah orang-orang yang sungguh-sungguh percaya. Yesus tidak mau mempercayakan diri kepada sebagian mereka, karena Ia mengenal hati mereka (Yoh 2:23-25). Di antara gandum memang ada dan akan terus ada lalang (Mat 13:24-30). Para rasul bahkan memahami keberdosaan (kemurtadan) orang Kristen sebagai cara Allah untuk menunjukkan bahwa orang itu tidak pernah sungguh-sungguh termasuk dalam bilangan orang percaya (1 Yoh 2:19). Dengan kata lain, orang Kristen tidak pernah kaget dengan fenomena ketidaksungguhan iman atau hidup seseorang. Itu hal yang pasti terjadi, sedang terjadi, dan akan terus terjadi.

Hal lain yang tidak boleh kita lupakan adalah semua pembelaan kita bukan ditujukan pada orang Kristen yang melakukan kesalahan. Kita hanya menerangkan ajaran kekristenan yang benar, bukan membenarkan meringankan kesalahan orang Kristen. Mengakui kesalahan orang Kristen bukan hanya tidak melemahkan kekristenan, namun justru memperkuat apa yang sedang kita kemukakan, yaitu bahwa semua manusia adalah berdosa.     

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Admin

Reformed Exodus Community