Sewaktu Paulus pergi meninggalkan Korintus untuk melayani di kota lain, ada guru-guru palsu yang diinspirasi oleh setan di dalam gereja di Korintus, mereka sangat agresif, mencoba untuk mengangkat diri mereka sendiri, mengagungkan identitas mereka, mengagungkan mujisat, tanda-tanda yang bisa mereka lakukan, mendiskriminasi Paulus karena latar belakang serta ajarannya. Guru-guru palsu itu mempengaruhi orang-orang Korintus untuk meragukan kerasulannya, juga ajarannya. Paulus dalam pergumulan yang tidak mudah, dia telah memberikan waktunya, tenaganya, bahkan hidupnya bagi orang Korintus, namun mereka dengan mudahnya terhanyut dalam pengajaran yang palsu. Di dalam situasi tersebut tidak semua orang memilih mundur dari pelayanannya, namun berbeda dengan Paulus. Dalam situasi yang demikian Paulus dengan menggunakan gaya bahasa retorika dan ungkapan-ungkapan sarkastis (Tajam/menyindir) untuk mengajarkan jemaat beberapa prinsip yang penting dalam pelayanan.
Tekanan tidak boleh mengubah prinsip hidup kita
Sungguh aku telah menjadi bodoh;
Di dalam suratnya Paulus mengajarkan bahwa Orang yang mencari suka mencari keuntungan diri sendiri dari Firman Allah/ Tidak murni di hadapan Allah adalah orang yang bodoh. Orang yang tidak melihat salib sebagai pusat pemberitaan, mereka adalah orang bodoh. Orang yang mengagungkan hikmat dunia ini, lebih mementingkan kuasa, ketenaran, reputasi, Kenyamanan adalah kebodohan bagi Allah.
Namun dalam frasa ini (ayat 11) Paulus mengatakan bahwa sungguh aku telah menjadi bodoh. Apakah Paulus sudah berubah? Mengadopsi konsep duniawi dalam pelayanan? Tentu tidak. Membual adalah karakteristik dari orang-orang bodoh. Paulus “dipaksa” untuk harus “membual” untuk berbicara tentang keunggulan dari rasul-rasul palsu dan dia benar-benar tidak menyukainya, ia lebih suka berbicara tentang kegagalan dan kelemahan dan penderitaan-Nya, ketimbang mengagungkan dirinya. Namun karena jemaat Korintus berada dalam keadaan kebingungan. Akibatnya, Paulus terpaksa membandingkan dirinya dengan para rasul palsu dan menunjukkan keunggulannya dalam rangka untuk menarik orang-orang kembali kepadanya dan jauh dari pembohong dan kembali ke kebenaran.
Tetapi kamu yang memaksa aku.
Kata kerja "drive" (anankazo) berarti "menyebabkan" atau "memaksa", dengan kata lain Paulus ingin mengatakan Saya terpaksa berlaku seperti orang bodoh, karena kesalahanmu." Kesalahanmu dalam pengertian: Mereka mempercayai guru-guru palsu dan mengagungkan budaya dan adat Romawi tradisional, retorika Yunani , budaya dan kebiasaan Yahudi tradisional. Kesalahan ini fatal, karena mengakibatkan 3 hal Ada orang percaya yang akhirnya merasa tidak berdaya dan lemah di dalam komunitas karena mereka tidak memiliki kebanggaan-kebanggaan yang dimiliki orang lain. Kedua, meracuni konsep orang Korintus bahwa budaya, adat, kemampuan beretorika, bahkan mujisat lebih penting dari pada salib Kristus. Dan yang ketiga menghambat pelayanan Paulus dengan cara menyerang integritas diri Paulus.
Di tengah-tengah komunitas yang memiliki konsep duniawi, Paulus tidak ikut arus dan menganggap semuanya sesuatu yang normal. Dia tidak mengadopsi pemikiran duniawi dalam pelayanannya supaya tekanan hidupnya berkurang, sebaliknya dia dengan tegas menggunakan bahasa sarkastik menunjukkan identitasnya sebagai hamba Tuhan yang murni. Bukan hanya menjaga kemurnian diri, tetapi juga berani menyuarakan kebenaran dan menghidupinya dan menolak untuk tenggelam dalam arus dunia.
Bagaimana dengan kita? Apakah tekanan dalam pelayanan membuat kita kehilangan prinsip yang Alkitab ajarkan? Kita hanya mampu memegang prinsip Alkitab sebagai prinsip kita, jika tidak ada tekanan dan semuanya berjalan sesuai rencana kita. Hari ini Firman Tuhan mengajar kita untuk tidak membiarkan tekanan hidup mengubah prinsip dalam pelayanan kita.
Kita adalah manusia yang tidak berarti, yang mendapat anugerah. (ay.11b-12)
Sebenarnya aku harus kamu puji/hargai : sebenarnya aku harus kamu bela
Dalam kunjungan pertamanya ia tinggal delapan belas bulan. Saat itulah gereja di Korintus berdiri Kunjungan keduanya adalah satu menyakitkan bagi Paulus. Ketika ia berada di sana, seseorang di sidang umum menghinanya dan menantang otoritasnya, menuntut bukti bahwa Kristus berbicara melalui dia (13:03). Sementara itu jemaat di Korintus hanya duduk dan tidak melakukan apapun untuk membelanya. Padahal mereka adalah saksi yang melihat bagaimana Paulus mengorbankan banyak hal melayani mereka. Mereka telah mendengar Injil melalui Paulus. Mereka percaya karena pemberitaannya. Akhirnya mereka bisa membentuk sebuah gereja. Paulus adalah alat Tuhan dalam keselamatan mereka. Namun mereka tidak melakukan apapun untuk Paulus (tidak mendukung pelayanan Paulus) seharusnya mereka bergegas membela Paulus melawan kebohongan para rasul palsu. Namun tidak mereka lakukan.
Alasan Paulus harus dibela (mengatakan yang sebenarnya mereka tahu) adalah
Satu, Ia bukan siapa-siapa (menyadari naturenya sebagai manusia berdosa) ini tipe orang yang rendah hati. Kedua, dia meninggikan Allah dan karya-Nya dalam hidupnya. Ia memiliki semua syarat untuk pengakuan sebagai rasul semata-mata adalah anugerah bagi seorang pendosa. Ia bukan siapa-siapa, Ia bisa melakukan semua tanda-tanda dan mujisat karena Allahlah yang berkarya. Inilah rasul sejati, Orang seperti ini yang harus dipuji/dihargai/didukung pelayananya. Bukan seperti rasul palsu yang sombong dan mengecilkan karya Allah.
"Aku tidak berarti sedikitpun"
Paulus tahu dan memahami posisinya dalam anugerah bahwa dia bukanlah siapa-siapa, dia juga tahu posisinya sebagai Rasul, yang dipanggil dan dikaruniai (lih. Kis 8,22,26)! Seorang pemimpin harus menyadari kebenaran ini, bahwa di dalam anugerah Allah, kita ini bukan siapa-siapa. Kita harus betul-betul menyadari bahwa di dalam anugerah Allah, we are nothing. Jika kita tahu kita ini bukan siapa-siapa, maka kita bisa melihat anugerah Allah dengan lebih terang. Kesadaran ini juga akan menolong kita menerima, memahami dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang berbeda.
“Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul”
Hampir semua terjemahan menyisipkan kata benar, karena konteksnya menunjukkan bahwa Paulus sedang membedakan karya rasul sejati dengan pekerjaan mereka yang hanya "nabi palsu”.
ASV: “Truly the signs of an apostle” (12)
ITB: “Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul
RSV: The signs of a true apostle
Paulus melalui frasa ini bermaksud menjelaskan tentang tanda-tanda seorang rasul sejati adalah:
“Dengan segala kesabaran” Memberikan pembedaan antara Paulus dan rasul-rasul palsu.
Apa kesan saudara jika saudara menemukan seorang Hamba Tuhan: pintar khotbah, bisa bernubuat, bisa mujisat? Pasti banyak pengikut, terkenal. Namun Paulus menambahkan hal yang jarang dinilai oleh kebanyakan orang: “Kesabaran”/ Ketekunan dalam melayani/ kekuatan berada di bawah tekanan.
Dari semua masalah Korintus yang dihadapi Paulus mungkin membuat Anda berpikir dia hanya akan mengebas debu sandalnya & pindah ke kota berikutnya. Tetapi Paulus tidak marah atau kesal tetapi menunjukkan kerendahan hati yang sehat! Duri dalam dagingnya membantunya untuk merontokkan kebanggaan & menggantinya dengan kerendahan hati. Ketekunan dalam pelayanan yang berat, dipenjara, difitnah, didiskriminasi, diragukan, sampai pada akhirnya mati martir menunjukkan bahwa ia adalah rasul sejati. Hamba Tuhan sejati akan mengutamakan kepentingan kerajaan Allah dari kepentingan pribadi, bahkan berani mengorbankan dirinya demi pekerjaan Tuhan. Orang yang tidak tekun di dalam melayani, mengutamakan kepentingan diri sendiri melampaui kepentingan Tuhan, tidak layak di sebut hamba Tuhan.
“oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa”.
Tanda-tanda, keajaiban dan mukjizat. Semua mengacu pada hal yang sama, mukjizat. Tanda pada dasarnya mengacu pada tujuan ... untuk tujuan. Ini bukan untuk tontonan, mukjizat itu bukan hanya untuk tontonan, itu bukan hiburan bagi orang banyak.
Apa itu tanda? Ini pertanda bahwa Paulus adalah rasul. Di jaman itu, bagaimana kita tahu bahwa seseorang adalah seorang rasul? Karena tanda-tanda rasul sejati yang terjadi dalam kehidupan orang itu. Jika banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai rasul, maka kita harus mencari orang-orang yang memiliki tanda seorang rasul. Paulus tidak mengklaim diri sendiri sebagai rasul, tetapi Allah yang menandai dia sebagai rasul melalui mujisat yg Allah lakukan melalui dia.
Keajaiban hanya efek dari mujisat. Efeknya adalah untuk menciptakan takjub dan heran dan shock. Karena heran dan takjub luar biasa membangkitkan orang, mereka ditarik kepada pembicara yang benar untuk mendengar apa yang dia katakan. Jadi ketika para rasul melakukan mukjizat, sumber itu jelas, itu adalah Allah. Tanda jelas, tujuannya jelas untuk menunjuk ke rasul sebagai juru bicara bagi Allah.
Tujuan dari mujizat adalah untuk mengotentikasi para rasul dalam masa ketika belum ada penulisan Perjanjian Baru. Untuk mengotentikasi mereka bukan sebagai pekerja keajaiban tetapi sebagai rasul yang memberitakan Injil yang benar dan menulis Firman Allah yang benar. Jika demikian apakah masih butuh tanda-tanda-keajaiban-keajaiban, dan mujizat-mujizat? Tidak perlu lagi karena Alkitab cukup membawa kita mengerti kehendak Tuhan. Jika saya ingin mengotentikasi pengkhotbah hari ini, kita tidak perlu mencari keajaiban, kita hanya perlu melihat apakah dia konsisten dengan Kitab Suci.
Mujizat bertindak sebagai tanda menciptakan keajaiban yang menarik orang untuk keyakinan bahwa ini adalah pribadi Tuhan berbicara bagi Allah. Penyembuhan bukan tujuan. Tujuan mujisat pada waktu itu adalah tanda, keajaiban itu hanya tanda menunjuk kepada rasul sejati. Akhir dari mujisat bukan supaya membuat orang “merasa” lebih baik. Apakah Tuhan masih bisa melakukan mujisat melalui hamba-hamba Tuhan hari ini? Jika Tuhan ingin menyembuhkan orang sakit, Dia bisa melakukan itu. Dia bisa melakukan itu, tapi ini bukan dalam kerangka Allah memberi otentikasi rasul karena Alkitab selesai.
Dengan kata lain, Paulus ingin mengatakan bahwa semua yang telah Allah lakukan melaluinya menunjuk bahwa ia adalah rasul Kristus dan harus didengarkan.
Hal-hal jasmani tidak boleh menghalangi Tuhan dimuliakan, hal-hal jasmani haruslah dipakai untuk melayani Tuhan (ay.13)
Tampaknya jemaat di Korintus telah mengalami rasa rendah diri sebab Paulus tidak membebankan kewajiban keuangan kepada mereka. 12:13 Sebab dalam hal manakah kamu dikebelakangkan dibandingkan dengan jemaat-jemaat lain, selain dari pada dalam hal ini, yaitu bahwa aku sendiri tidak menjadi suatu beban kepada kamu? Maafkanlah ketidakadilanku ini . Dalam terjemahan yang lebih sederhana: "Dalam hal apa aku memperlakukan kamu lebih buruk daripada gereja-gereja lain?" atau "Apa yang saya lakukan untuk gereja-gereja lain yang belum saya lakukan untuk Anda?" Jemaat lain: jemaat di kota-kota lain di mana Paulus telah menerima dukungan keuangan.
Satu isu yang beredar di Korintus adalah Paulus mengeksploitasi jemaat untuk mendapatkan keuntungan. Itu sebabnya Paulus harus menolak haknya untuk mendapatkan dukungan dari Korintus, supaya pelayanan Paulus tidak terhambat karena materi. Mendapat upah dari pelayanannya adalah hak Paulus, namun ia menolaknya bukan karena tidak butuh uang, tapi karena menurut Paulus, pekerjaan Tuhan lebih penting dari uang. Paulus peka dengan keadaan, Ia memikirkan dengan matang bagaimana mendidik jemaat Korintus. Dengan demikian mereka paham bahwa di dalam pelayanan “jiwa” lebih penting dari “uang”.
“Maafkanlah ketidakadilanku ini”
Paulus menggunakan sarkasme dalam ayat ini. Ini bukan suatu permohonan pengampunan tetapi sarkasme yang akan membuat pendengar merasakan sebaliknya. RSV dan TEV berupaya untuk berkomunikasi sarkasme ini dengan menggunakan tanda seru. cara untuk menunjukkan bahwa Paulus mengatakan hanya kebalikan dari apa yang sebenarnya ia maksudkan.
Kasih Paulus lebih terlihat ketika ia dengan jelas menjelaskan bahwa ia bukan mencari apa yang dimiliki orang Korintus, tetapi ia mencari mereka. Paulus tahu bahwa jemaat lebih penting dari pada uang. Dia berusaha untuk tidak memperkaya diri, tetapi untuk menyelamatkan jiwa mereka. Paulus bahkan dengan senang hati menghabiskan dan dihabiskan untuk mereka (ayat 15), yaitu, ia rela bersusah payah dan menderita kerugian untuk kebaikan orang Korintus. Dia akan menghabiskan waktunya, bagian tubuhnya, kekuatannya, minatnya, semuanya, untuk melakukannya pelayanan, menjadi seperti lilin, yang rela melelehkan diri untuk memberikan cahaya untuk orang lain. Kasihnya kepada orang Korintus tidak semakin berkurang kepada mereka, meskipun ia diperlakukan dengan kurang baik, sekalipun jemaat tidak tahu berterima kasih mereka kepada-Nya, namun ia mengatakan bahwa ia puas dan senang bersusah payah demi mereka, meskipun ia kurang dicintai, ay 15. Dari hal ini kita belajar bahwa hak tidak harus dipakai, jika tidak membuat nama Tuhan lebih dimuliakan.
Kiranya prinsip-prinsip pelayanan Paulus yang ia pegang hingga kematiannya menjadi prinsip pelayanan kita :
Tekanan tidak boleh mengubah prinsip hidup kita
Kita adalah manusia yang tidak berarti, yang hanya mendapat anugerah
Hal-hal jasmani tidak boleh menghalangi Tuhan dimuliakan, hal-hal jasmani haruslah dipakai untuk melayani Tuhan (ay.13)
Sehingga pada akhirnya kita bisa berkata sebagaimana Paulus “Kiranya Tuhan dimuliakan baik dalam hidupku maupun dalam matiku” Amin!