Istilah “antikristus” bukanlah sesuatu yang asing di telinga orang Kristen. Hampir semua orang Kristen mengetahui bahwa keberadaan antikristus sering dikaitkan dengan konteks eskhatologi (doktrin tentang akhir zaman). Hal ini memang bisa dipahami, karena diskusi seputar identitas antikristus selalu menarik perhatian orang Kristen dari abad permulaan sampai sekarang.
Beragam dugaan tentang identitas antikristus sudah pernah dimunculkan. Kecenderungan umum yang terlihat mengarah pada para kaisar Romawi1 atau paus (pimpinan tertinggi Gereja Roma Katholik)2. Di luar dua pandangan ini, sebagian orang pernah menganggap semua penduduk Amerika yang pergi ke Inggris sebagai antikristus. Yang lain meyakini bahwa antikristus berada di balik peristiwa historis tertentu, misalnya Revolusi Prancis3. Sampai sekarang pun masih dijumpai orang atau tokoh Kristen tertentu yang percaya bahwa figur antikristus akan muncul di masa yang akan datang dan mereka juga tanpa lelah terus meluncurkan spekulasi tentang identitas antikristus.
Berdasarkan keberagaman pendapat tersebut terlihat bahwa topik ini bukanlah sesuatu yang mudah. Walaupun topik ini relatif sudah sangat umum, tetapi masih ada beberapa aspek yang belum jelas. Ketidakjelasan ini berhubungan dengan dua pertanyaan mendasar: (1) apakah antikristus merujuk pada seorang pribadi tertentu (tunggal, personal) atau sistem/paham yang menentang Kristus (jamak, impersonal)?; (2) apakah antikristus yang dibicarakan dalam surat-surat Yohanes (istilah ini memang hanya muncul di 1 dan 2 Yohanes) memiliki keterkaitan dengan bagian lain di Alkitab, misalnya pembinasa keji (Mar 13:14; bdk. Dan 9:27; 12:11), manusia durhaka (2Tes 2:3), 666 (Why 13:18)? Dua pertanyaan ini sangat berkaitan dan jawaban terhadap keduanya akan memberi pencerahan bagi kesimpangsiuran opini tentang antikristus.
Note:
1. Kaisar Romawi yang sering dianggap sebagai penggenapan antikristus adalah Nero. Hal ini – selain dihubungkan dengan kekejaman Nero atas orang-orang Kristen – terutama berkaitan dengan tafsiran bahwa angka 666 (Why 13:18) merujuk pada Nero. Banyak penafsir modern menganggap teori ini sebagai opsi terbaik dalam memahami makna simbolis 666. Lihat Grant R. Osborne, Revelation, BECNT (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2002), 521; David E. Aune, Revelation 6-16, Word Biblical Commentary Vol. 52B, electronic ed., Logos Library System (Dallas: Word, Incorporated, 1998), 770.
2. Salah satu judul buku yang paling eksplisit dan provokatif tentang pengidentifikasian paus sebagai antikristus ditulis oleh tokoh Kristen Protestan terkenal di Eropa bernama Rev. J. A. Wylie, The Papacy Is the Antichrist. A Demonstration (Edinburgh: George M’Gibbon, 1888). Anggapan bahwa paus adalah antikristus memang populer sejak zaman Martin Luther (abad ke-16), bahkan beberapa tokoh yang disebut “para pendahulu reformasi” (John Wycliffe, John Hus) juga sudah lebih dahulu mengadopsi pandangan ini. Begitu populernya pandangan ini sampai-sampai para tokoh yang berbeda prinsip hermeneutik maupun posisi teologi pun memegang pandangan yang sama. Stephen J. Nichols menulis, “Such different eschatologies, nonetheless, yield a rather surprising connection. All of these, as well as a host of others, identify the Pope as the antichrist. Not only is this commonality strange given the different theological perspectives and hermeneutics of these figures, it also confounds understanding given the distance – chronological, geographical, and sociological – between them.” “Prophecy Makes Strange Bedfellows: On the History of Identifying the Antichrist,” JETS 44/1 (March 2001) : 75
3. Untuk identifikasi antikristus pada masa awal koloni Amerika sampai modern, lihat Robert Fuller, Naming the Antichrist: the History of an American Obsession (Oxford, USA: Oxford University Press, 1996).