Pilihan dan bukan: bagaimana mengetahuinya?

Posted on 04/05/2014 | In QnA | Leave a comment

             Doktrin predestinasi sering menimbulkan beragam pertanyaan. Salah satu yang sering muncul adalah “bagaimana mengetahui kalau seseorang adalah orang pilihan atau bukan?”. Apakah Alkitab memberikan petunjuk tentang hal ini?

             Pertama-tama kita perlu bahwa tindakan Allah dalam memilih sebagian orang untuk diselamatkan bukan berdiri sendiri. Roma 8:29-30 mencatat lima tindakan ilahi yang saling berkaitan: memilih, menentukan, memanggil, membenarkan, dan memuliakan. Semua kata kerja ini berbentuk lampau, untuk menegaskan kepastian dari semuanya itu, walaupun untuk beberapa orang fase pemanggilan – pemuliaan belum menjadi realisasi dan bagi semua orang percaya fase pemuliaan baru akan dinikmati di akhir zaman nanti. Dengan kata lain, walaupun pilihan dan penentuan Allah sejak kekekalan jelas misterius bagi kita, tetapi realisasi dari tindakan itu tetap dapat dilihat. Siapa saja yang sudah berada pada fase pemanggilan atau pembenaran (yang diwujudkan dalam bentuk pertobatan dan iman yang sungguh-sungguh), orang itu pasti sudah dipilih sejak kekekalan. Tanpa panggilan internal dari Roh Kudus dalam hati orang berdosa, tidak mungkin mereka bisa bertobat dan dibenarkan. Begitu pula tanpa pilihan dan penentuan kekal, orang tidak akan dipanggil secara internal.

Ada dua teks yang mendukung poin di atas. Pertama, Roma 8:28-30. Kita perlu mengerti bahwa ayat 29-30 menerangkan ayat 28 dalam beberapa cara. Salah satunya adalah menjelaskan identitas orang yang akan menerima kebaikan Allah di ayat 28. Kebaikan hanya diberikan pada mereka yang mengasihi Allah. Siapakah orang-orang yang mengasihi Allah ini? Mereka adalah orang-orang yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Siapakah orang-orang yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah ini? Mereka adalah orang-orang yang dipilih dan ditentukan sejak semula. Jadi, kasih kepada Allah membuktikan panggilan Allah kepada seseorang, dan panggilan ilahi kepada seseorang membuktikan bahwa ia sudah dipilih dan ditentukan.

Teks yang lain adalah 1 Tesalonika 1:4-5a: “Dan kami tahu, hai saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu. Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh”. Kata sambung ‘sebab’ di awal ayat 5 menerangkan alasan mengapa Paulus mengetahui bahwa Allah sudah memilih jemaat di Tesalonika, yaitu karena injil sudah berkuasa mempertobatkan mereka melalui kuasa Roh. Mereka bahkan terus dikuatkan di dalamnya dengan keyakinan yang kokoh. Penerimaan jemaat terhadap injil dan keyakinan mereka di dalamnya merupakan bukti yang teguh bahwa mereka adalah orang-orang pilihan.

Dengan cara yang sama kita dapat mengenali orang-orang yang tidak terpilih, yaitu melalui penolakan mereka terhadap injil. Walaupun demikian, kita harus berhati-hati untuk tidak menilai orang secara terburu-buru. Orang yang menolak injil sekarang belum tentu akan terus-menerus menolaknya. Siapa tahu Allah membuka hati orang itu pada masa tua atau bahkan sesaat sebelum ia meninggal dunia. Maksudnya, kita perlu menunggu sampai saat terakhir dari hidup seseorang. Tidak boleh ada penilaian yang gegabah dalam hal ini. Persoalannya, kita seringkali tetap tidak tahu bagaimana akhir hidup seseorang. Misalnya, pada saat seorang non-Kristen mengalami koma, kita tidak tahu secara pasti apakah Allah tidak memberikan anugerah-Nya kepada dia dan berbicara dengan cara yang khusus dengan dia. Pada momen kritis sebelum mati, seseorang bisa saja mencari arti hidupnya dan mengingat berita injil yang ia sudah pernah dengar. Siapa tahu pada momen seperti itu, Allah memberikan anugerah keselamatan. Pendeknya, kita tidak boleh terlalu yakin dengan penilaian kita sehubungan dengan orang-orang yang tidak dipilih. Kita bukan Allah yang tahu secara pasti bagaimana seseorang menghadapi momen terakhir dalam hidupnya.

admin