Peperangan Rohani (Efesus 6:10-20)

Posted on 30/08/2015 | In Teaching | Leave a comment

Perlawanan antara kekuatan baik dan kekuatan jahat sudah menjadi keyakinan dari berbagai agama kuno. Peperangan itu dianggap dilakukan oleh dua kekuatan yang saling bersaing dan menghancurkan. Ada yang berkeyakinan bahwa dari pertempuran tersebut, kebaikan akan keluar menjadi pemenang dan sebagian berpendapat bahwa tidak ada kekuatan yang menang atau kalah. Peperangan terjadi terus-menerus demikian. Banyak orang Kristen melihat peperangan rohani yang dialami orang Kristen terjadi demikian. Seolah-olah Allah dan iblis menjadi dua pihak yang berseteru tanpa henti, saling menghancurkan dan bersaing. Ketika Paulus mengangkat isu tentang peperangan rohani, dia memiliki pengertian yang sangat berbeda dengan pandangan di atas. Sebab kemenangan ada di pihak Allah, Allah berotoritas atas iblis, dan Kristus sudah mematahkan sengat maut iblis.

Dalam kehidupan beriman orang percaya, peperangan rohani dianggap sederhana. Peperangan rohani seolah-olah hanya sebagai peperangan antara Allah dan iblis, di mana orang Kristen hanya menikmati kemenangan Allah dengan tanpa berperan apa-apa. Perlengkapan senjata Allah juga sering dipandang sebagai slogan kosong dan asesoris hidup spiritual Kristen. Bahkan sebagai sekedar ayat emas indah tanpa hasrat menghidupinya dalam iman yang sesungguhnya. Melalui nasehat Paulus, orang Kristen justru harus menyadarkan diri bahwa peperangan rohani telah menjadi bagian dari panggilan dan konsekuensi karya Kristus yang sudah diterima setiap orang percaya.

Mengapa orang percaya berada dalam peperangan rohani? Pertanyaan ini harus di jawab dari tujuan Paulus menuliskan surat Efesus yang dinyatakan dalam pasal 4:1. Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Secara singkat, Paulus memberikan penjelasan tentang karya Kristus pada orang percaya (ps. 1-3) dan disambung dengan nasehat tentang bagaimana orang percaya hidup dalam Kristus. Paulus menekakan supaya kehidupan orang percaya memiliki kehidupan yang berpadanan dengan panggilan dari karya Kristus. Oleh karena itu secara spesifik dalam ayat 10-20, Paulus menyatakan bahwa hidup berpadanan dengan panggilan tersebut salah satunya dinyatakan dalam peperangan rohani yang wajib dijalani setiap orang percaya. Jadi peperangan rohani ini berlaku bagi semua orang yang mengalami karya Kristus, peperangan ini sedang terjadi dan akan terus berlangsung sampai kesudahan jaman di mana kuasa iblis secara total dihandurkan dalam penghukumannya oleh Allah.

Paulus membahas topik peperangan rohani pada ayat 10-20 dalam tiga pokok pikiran. Pertama, nasehat bagi orang percaya untuk kuat di dalam Tuhan (ay.10-13). Kedua penjelasan tentang perlengkapan senjata Allah supaya setiap orang percaya dapat berdiri tegap dalam peperangan melawan iblis (14-17). Dan ketiga membahas betapa pentingnya berjaga-jaga dalam doa (18-20). Inti dari nasehat Paulus di sini adalah tentang kuat di dalam Tuhan saat peperangan rohani berlangsung melawan tipu daya iblis dengan mengenakan senjata Allah.

Kuat di dalam Tuhan (10-13)

Hal menarik dari nasehat Paulus dalam ayat 10 adalah bentuk imperatif pasif dari istilah ‘endunamouste’ yang seharusnya diterjemahkan ‘hendaklah kalian dikuatkan’. Ini menunjukan bahwa ada faktor eksternal yang membuat orang percaya menjadi kuat yaitu Tuhan dengan segenap kuasa-Nya. Secara spesifik kuasa Allah tersebut disebutkan dalam pasal 1:19-20 yaitu sebagai kuasa yang telah membangkitkan Yesus dari kematian dan menempatkan Yesus pada posisi terhormat, duduk di sebelah kanan Allah. Oleh karena itu, dengan kuasa Allah yang sama, Paulus menasehati dan mengingatkan jemaat supaya memahami dan mengalami kuasa Allah tersebut.

Selanjutnya Paulus menjelaskan dalam ayat 11 tentang bagaimana orang percaya kuat di dalam Tuhan, yaitu dengan mengenakan perlengkapan senjata Allah. Gambaran ini diyakini dikutip Paulus dari Yesaya 11:4-5 dan 5:16-19 yang menjelaskan bahwa Allah akan membela umat-Nya dengan mengenakan perlengkapan senjata perang-Nya. Konsep tentang senjata Allah ini  juga Paulus nyatakan dalam 1 Tesalonika 5:8 supaya orang percaya senantiasa sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. 

Tujuan memakai senjata yang disediakan Allah adalah bertahan melawan siasat licik Iblis. Kata ‘bertahan’ ini memiliki penekanan yang signifikan karena muncul dalam ayat 11, 13 dan 14 yang memakai akar kata sama untuk menekankan nasehat supaya kuat di dalam Tuhan dengan berdiri teguh atau bertahan, khususnya dari serangan secara konstan dan berakibat sangat buruk dari Iblis. Jadi berdiri teguh berarti bertahan sampai akhir dan menang.

Keseriusan alasan dari nasehat mengenakan senjata Allah tersebut karena musuh utama dalam peperangan rohani ini adalah Iblis yang bukan terdiri dari darah dan daging (ay. 12). Mesekipun Paulus menjelaskan bahwa orang percaya melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia, dan melawan roh-roh jahat di udara; tetapi maksud utama Paulus adalah tetap merujuk pada realitas yang sama yaitu Iblis dengan berbagai kekuatan, pengaruh, metode dan kelicikannya. Maka dari itu, dampak yang sangat buruk bagi orang percaya tidak terelakkan jika kalah dalam pertempuran itu seperti yang terlihat dari penyataan ‘hari yang yang jahat’ dalam ayat 13.

Berdiri tegap dan mengenakan perlengkapan senjata Allah (14-17)

Jika melihat kondisi musuh dan dampak serius dari peperangan rohani tersebut maka Paulus menjelaskan lebih detail sekaligus  disertai jaminan dari setiap senjata Allah untuk bisa berdiri tegap. Fase ‘berdirilah tegap’ dalam ayat 14 memiliki penekanan khusus karena ditulis dalam bentuk imperatif sebagai maksud utama Paulus berkaitan dengan peperangan rohani melawan musuh dan diikuti dengan senjata-senjata Allah yang menjelaskan fase ‘berdirilah tegap’ tersebut.

Fase ‘berikatpinggangkan kebenaran’ secara harfiah di terjemahkan dengan ‘ikatlah pinggang kalian’ yang sebenarnya merujuk pada kondisi bersiap sedia melakukan pekerjaan atau kegiatan bertenaga (bdk. Lukas. 12:35, 37; 17:8). Dalam konteks ini berperang. Sedangkan fase ‘kebenaran’ mungkin merujuk kepada kebenaran Allah (4:24; 5:9) yang dinyatakan dalam Injil (1:13; 4:15, 21, 24) sebagai nasehat untuk hidup selalu menurut apa yang benar seperti seorang prajurit yang siap berperang.

Berbaju zirah keadilan merujuk kepada penutup dada tentara Romawi untuk melindugi dari pukulan, pedang dan anak panah. Konsep ini mirip dengan pernyataan dalam Yesaya 59:17 yang menggambarkan Tuhan akan datang melepaskan umat-Nya dengan mengenakan baju zirah keadilan. Banyak ahli kemudian menghubungkan makna keadilan dengan Roma 3:21-26 tentang kedaulatan Allah membebaskan umat-Nya melalui karya kematian Kristus.

Berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil, dimana ini sebagai gambaran umum tentang kesiapsediaan atau keteguhan kesiapan melangkah dengan pasti memberitakan Injil damai sejahtera dari Allah tentang keselamatan. Makna itu juga mirip dengan pernyataan dalam Yesaya 52:7. Kasut di sini merujuk kepada gambaran sepatu  yang melindungi kaki tentara Romawi.

Menggunakan perisai iman sebagai gambaran pelindung sebagian besar tubuh dari setiap serangan semua panah api si jahat dengan iman.  Perjanjian Lama sering memakai perisai sebagai gambaran perlindungan Tuhan atas umat-Nya (Kej. 15:1; Maz. 5:13; 18:3,31,36; 28:7; Ams. 30:5 dst). Iman di sini bisa diartikan keyakinan, kepercayaan, kesetiaan janji setia dan tanggung jawab orang percaya kepada Allah dan Kristus yang akan menjadi pelindung dalam peperangan rohani melawan Iblis.

Terimalah ketopong keselamatan. Ketopong merujuk kepada penutup kepala prajurit Romawi yang memiliki bagian leher untuk memberikan perlindungan  kepala dan bagian pentingnya. Makna ketopong keselamatan ini dikaitkan dengan keselamatan dari Allah sebagai anugerah yang banyak ditekankan dalam kitab Efesus, khususnya pasal 2:5-6 dan 8 atas apa yang telah Allah kerjakan bagi umat-Nya.

Senjata terakhir adalah pedang Roh. Pedang Roh diidentifikasikan dengan Firman Allah yang dalam tulisan Paulus sering disebut dengan Injil. Hal ini menekankan pemberitaan aktual dari berita Injil yang diterima dari Roh Allah sehingga Firman itu menjadi seperti pedang dalam peperangan melawan muslihat Iblis.

Jadi semua perlengkapan senjata Allah di sini adalah perlengkapan senjata untuk berjuang dan menang melawan Iblis yang diambil dari ilustrasi perlengkapan tentara Romawi. Jika melihat kembali pada makna istilah ‘berjuang’ dalam ayat 12, maka kata Yunani secara harfia berarti pergulatan langsung yang melibatkan tangan, kaki dan seluruh anggota badan yang juga berarti bergulat. Ini menunjukan pertempuran jarak dekat, langsung dan konsisten dengan Iblis dalam peperangan rohani.

Berjaga-jaga dan berdoa (18-20)

Dalam perikop ini, Paulus menyatakan bahwa fokus kebutuhan dalam peperangan rohani di sini adalah berdoa setiap waktu dan berjaga-jaga dengan ketekunan dan permohonan. Istilah ‘berdoalah setiap waktu dalam Roh’ sama sekali bukan merujuk pada berdoa selalu dengan menggunakan bahasa Roh. Ini lebih berarti pada suatu konsistensi tindakan berdoa dan memohon kepada Allah sesuai pimpinan atau pertolongan Roh Kudus. Sikap konsisten ini juga nampak dalam pernyataan ‘berjaga-jaga  di dalam doamu itu dengan permohonan yang tidak putus-putusnya’. Kata secara harfia ‘berjaga-jaga’ berarti ‘tetap bangunlah’, dimana ini juga berarti waspada. Sedangkan makna istilah ‘permohonan yang tak putus-putusnya’ secara harfiah diterjemahkan ‘dalam setiap kegigihan dan permohonan’. Kata ’tak putus-putus’ di sini berarti ‘tanpa menyerah atau berhenti’. Ini adalah kebutuhan penting dalam melaksanakan peperangan rohani yaitu dengan berdoa senantiasa, sebab pertahanan terkuat bagi orang beriman adalah doa.

Selanjutnya Paulus juga meminta setiap orang percaya mendoakan dia dan segenap orang percaya  supaya dia secara khusus dimampukan memberitakan rahasia Injil yang belum banyak diketahui orang dengan benar dan dengan berani sebagai utusan Kristus. Dari sini nampak sangat jelas bahwa peperangan rohani juga berkaitan dengan penjangkauan jiwa-jiwa melalui pemberitaan Injil sebagai wujut persaingan aktif memenangkan banyak jiwa untuk Tuhan.

Aplikasi

Orang percaya perlu menyadarkan dirinya tentang panggilan untuk masuk dalam peperangan rohani melawan segala macam pengaruh Iblis sebagai orang yang sudah menerima penebusan dan keselamatan dari Kristus. Di sini setidaknya orang percaya harus hidup sebagaimana hidup sebagai umat Allah sejati dalam kekudusan dan spiritualitas sejati. Proses ini berlangsung terus-menerus dan langsung. Oleh karena itu orang beriman membutuhkan segala kelengkapan rohani dari Allah dan bersama Allah melawan serta mengalahkan Iblis. Jaminan kemenangan sudah ada di dalam Allah, dan bersama anugerah Allah marilah kita memerangi segala macam pengaruh Iblis serta dosa untuk membawa proses pengudusan dari rancangan keselamatan yang sudah kita terima melalui karya penebusan Kristus kepada kehidupan yang berkenan kepada Allah dan memuliakan Allah. Amin.

admin