Path to The Cross 1: His Conflict (Mark 11:15 – 19)

Posted on 23/03/2014 | In Teaching | Leave a comment

Ada sebuah pertanyaan sederhana yang perlu kita pikirkan di awal kotbah yang sebenarnya sungguh tidak sederhana untuk dijawab yaitu: mengapa Yesus menyucikan Bait Allah? Bukankah Bait Allah merupakan tempat suci yang seharusnya tidak perlu disucikan? Namun itulah kenyataannya,Bait Allah disucikan. Dalam Alkitab, peristiwa itu jelas sekali dicata. Selain dalam kitab Markus 11:15-19, tindakan Yesus menyucikan bait Allah dapat juga kita lihat dalam ketiga Injil Sinoptik yang lain yaitu dalam Matius 21:12-17, Lukas 18:45-48 dan Yoh 2:13-22. Dalam Matius, Markus dan Lukas, hal itu dituliskan berkaitan dengan kedatangan Yesus ke kota Yerusalem menjelang penderitaanNya. Namun, dalam Injil Yohanes dituliskan pada awal pelayanan Yesus di dunia. Namun, sebenarnya semuanya itu tetap mengarah kepada penderitaan yang akan dialami Yesus sendiri di atas kayu salib. Para ahli menyimpulkan bahwa peristiwa ini sangat penting dan merupakan salah satu penyebab utama penangkapan Yesus. Ada dua pandangan umum tentang tindakan Yesus menyucikan bait Allah:

Ada yang menafsirkan tindakan Yesus ini sebagai suatu upaya reformasi  terhadap bait suci di Yerusalem

Ada yang menafsirkan tindakan Yesus ini sebagai suatu kecaman dan nubuatan terhadap bait suci.

Terlebih dari itu semua, Yesus menyucikan Bait Allah adalah untuk sebuah misi, yaitu misi penyelamatan.Penyelamatan tidak hanya bagi bangsa Israel saja tetapi bagi seluruh bangsa, suku dan bahasa. Dan jantung dari misi penyelamatan itu adalah janji bahwa Allah Israel adalah Allah bagi semua bangsa, dan bahwa orang – orang yang telah mengenalNya tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri tapi bagi orang lain. Inilah inti dari Yesus menyucikan Bait Allah yaitu sebuah adegan yang membawa Yesus ke dalam jalan salib.

Jika kita membandingkan Markus 11:15-19 dengan ketiga Injil sinoptik yang lain, kita akan menemukan suatu perbedaan yaitu dalam catatan Markus, ia mengutip Yesaya 56:7 secara utuh sedangkan dalam ketiga Injil Sinoptik lainnya tidak. Hal ini memang sengaja dilakukan karena Injil Markus memang ditujukan bagi para pembaca orang non-Yahudi, sehingga misi penyelamatan bagi semua bangsa melalui salib bisa tercapai. Markus menganggap bahwa salib sebagai akhir dari Hukum Taurat dan awal mula dari kehidupan yang berdasarkan anugerah dan diberikan kepada semua bangsa. Yesus telah menunjukkan sebuah perubahan yang  besar dan sangat penting dari Bait Allah yang tadinya hanya terbuka bagi orang Israel, menjadi Bait Allah yang terbuka bagi setiap bangsa. Berbicara mengenai penyucian Bait Allah ini ada beberapa hal yang dapat kita pelajari:

Yesus memberantas degradasi baik moral maupun degradasi keagamaan yang terjadi di Bait Allah, dan dengan tegas meminta supaya Bait Allah berfungsi sesuai hakikatnya.

Kisah ini diawali dengan kembalinya

Yesus ke Yerusalem setelah dari Betania dan masuk ke bait Allah (Markus 11:15-16)

Bait Allah ternyata telah hiruk pikuk dengan aneka kegiatan dagang, salah satunya yang tercatat dalam kitab Markus adalah jual beli merpati. Di sebelah lain, tak kalah sibuknya ada para penukar uang, bagaikan money changer di era modern yang siap menanti pembeli

Yesus mengusir orang – orang yang berjualan di Bait Allah, selain itu Ia juga membalikkan meja – meja penukaran uang.

Bagi umat Yahudi, pada zaman Yesus hadir di dunia, bait Allah merupakan pusat kehidupan orang Yahudi, yaitu dari sisi keagamaan, sosial, politik dan ekonomi. Dari sisi keagamaan, bait Allah merupakan tempat kehadiran Allah. Bait Allah merupakan tempat dilakukannya kurban pengampunan dosa dan untuk penyucian dari kenajisan. Dari sisi politik, bait Allah memiliki lambang politik yang sangat besar. Karena kerajaan yang bisa menguasai bait Allah dianggap memiliki legitimasi kuat. Pada zaman Yesus, komplek bait Allah sangat luas yakni skitar 14 hektar atau skitar 25% luas wilayah Yerusalem. Bagian terluar dan terluas yaitu bagian pelataran / halaman dan biasanya diperuntukan bagi orang non Yahudi.

Jika kita sedikit membandingkan kisah yang sama di dalam injil sinoptik yang lain yaitu Injil Yohanes, kita ketahui bahwa peristiwa Yesus menyucikan bait Allah ini berlangsung ketika hari menjelang Paskah. Mendekati Paskah, para penukar uang telah bermunculan dan biasanya berpusat di pelataran / halaman kompleks bait Allah. Di tempat itu pula diperjual belikan hewan – hewan untuk kurban persembahan untuk memudahkan orang – orang yang datang ke bait Allah untuk mendapatkan hewan yang sesuai dan dapat diterima untuk kurban.

Lalu, apa yang salah di sana? Apa sebenarnya yang menjadi alasan Yesus mengusir orang – orang yang berjual beli di halaman Bait Allah? Praktek dagangnya atau yang lain? Dalam prakteknya, para pedagang di halaman Bait Allah ternyata menjual dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar. Istilah kerennya, harganya dimark up. Meskipun para pedagang itu bukanlah para iman dan pimpinan di Bait Allah, keberadaan mereka diatur oleh para pimpinan bait Allah dan terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara mereka. Kebanyakan imam sangat bergairah ke Bait Allah, bukan untuk pelayanan melainkan pemerasan, bukan untuk menjaga kekudusan tapi kolusi dengan pedagang. Dengan topeng pelayanan, mereka meraup keuntungan, sehingga transaksi dagang di Bait Allah jauh lebih kental dibandingkan dengan ibadah suci yang menyenangkan hati Tuhan. Praktek – praktek keagamaan yang tidak benar dan dimanipulasi dengan kepentingan untuk mengeruk keuntungan pribadi bertumbuh subur di Bait Allah. Karena itu para pemimpin agama di Bait Allah sering dipandang sebagai kelompok yang senang melakukan korupsi.

Dari bagian ini dapat disimpulkan bahwa Yesus dengan tegas meminta supaya Bait Allah dapat berfungsi sesuai hakikatnya sebagai tempat beribadah, karena kegiatan religius seperti apapun dan dimanapun jika dilakukan tidak dengan motivasi dan tujuan yang benar tidak akan pernah berkenan di hadapan Allah, apalagi jika kegiatan religius yang dilakukan dengan motivasi dan tujuan yang tidak benar itu dilakukan di tempat kediaman Allah yaitu Bait Allah.

Yesus menginginkan supaya Bait Allah harus menjadi rumah doa bagi semua bangsa, Yesus sekaligus juga mengesahkan Misi Kristen yang sebenarnya yaitu misi penyelamatan di dalam Yesus Kristus serta menuntut kejujuran di dalam beribadah.

 Setelah melakukan tindakan pengusiran, Yesus mengajar di Bait Allah (Mark 11:17) di dalam pengajarannya Ia mengatakan "Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!"

Pada ayat 17 Yesus mengutip dua ayat perjanjian lama yang terambil dari Yesaya 56:7 (rumahKu akan disebut Rumah Doa bagi segala bangsa) dan Yeremia 7:11 (kamu telah menjadikannya sarang penyamun). Yesus mengutip kitab Yesaya mungkin karena keberadaan para pedagang di pelataran Bait Allah mengganggu para orang – orang non Yahudi yang telah percaya Yahweh untuk berdoa di bait Allah dengan khidmat, karena memang pada masa itu orang – orang Non Yahudi yang telah percaya Yahweh diperbolehkan untuk beribadah yaitu hingga batas halaman bait Allah. Yesus mengambil ucapan dari Yesaya ini mungkin karena keberadaan pedagang di halaman bait Allah mengganggu orang – orang non Yahudi yang tidak mampu yang telah percaya Yahweh untuk berdoa di Bait Allah dengan hikmat atau mungkin juga untuk menyatakan bahwa adanya pedagang di dalam kompleks itu dapat menyebabkan urusan jual beli menjadi lebih diperhatikan daripada urusan ibadah. Jadi jika kita lihat sepintas bahwa Yesus ingin mengembalikan bait Allah pada fungsi yang sebenarnya. Namun, maksud pernyataan Yesus tampaknya tidak sebatas itu saja, karena Markus kemudian mengutip kitab Yeremia 7:11. Ungkapan Yesus dari Yeremia 11:7 untuk menyatakan bahwa imam – imam Yahudi sudah tidak lagi memperhatikan keadilan dan kebenaran. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap para imam yang membiarkan para pedagang berjualan di bait Allah dengan harga yang dapat mencekik pembeli.

Dari kedua ayat yang Yesus kutip tersebut, Ia mengontraskan satu dengan yang lain yaitu Bait Allah yang seharusnya menjadi Rumah Doa tetapi telah menjadi sarang kriminalitas, tempat dimana orang – orang tidak melakukan kehendak Tuhan, tetapi justru melakukan dosa. Berdasarkan kutipan kedua ayat tersebut maka kesan yang didapat dari ucapan Yesus adalah adanya suatu nubuatan tentang penghukuman yang akan diterima oleh para imam dan ahli Taurat atas atas ketidakbenaran yang mereka lakukan. Terjadi ketidakbenaran dan ketidakjujuran di dalam kegiatan peribadahan di Bait Allah itulah yang menghambat Bait Allah dapat menjadi Rumah Doa bagi seluruh bangsa. Apabila hal tersebut berlangsung terus menerus maka misi penyelamatan bagi seluruh bangsa menjadi terhambat. Oleh karena itu melalui ayat ini Yesus mengingatkan gereja supaya gereja dapat benar – benar menjadi rumah doa bagi semua orang. Tidak ada agenda – agenda tersembunyi lainnya yang dilaksanakan oleh gereja. Selain itu, melalui ayat ini Yesus mengajak kita untuk menjaga kekudusan hidup kita. Yesus mengingatkan melalui ayat ini agar kita membersihkan diri dari kecenderungan – kecenderungan jahat yang mengotori dan membusukkan diri kita. Yesus mau agar kita meninggalkan perilaku hidup yang penuh ketamakan, ketidakadilan dan kemunafikan. Yesus menginginkan supaya kita dan gerejanya betul – betul hidup jujur di hadapanNya.

Yesus ingin mengajarkan sifat takut akan Allah (ayat 18)

Mendengar dan melihat apa yang sudah Yesus lakukan, tentu  imam – imam kepala dan ahli – ahli Taurat merasa terganggu. “Korban persembahan” yang selama ini lancar dan “suci” karena “disucikan” lewat pelayanan berkedok mulai terbongkar. Ibadah yang penuh kepalsuan sudah diberantas. Selain itu pengajaran yang benar dari Yesus, membuat orang semakin banyak percaya kepadaNya dan membuat para imam kepala dan ahli Taurat kehilangan kuasa atas umat yang percaya kepada Yahwe. Itu yang akhirnya membuat para imam kepala dan ahli Taurat ketakutan dan berusaha untuk membunuh Yesus.

Dari ayat ini,Injil Markus jelas sekali mencatat sikap para imam kepala dan ahli Taurat menunjukkan tidak lagi takut kepada Allah tetapi kepada “manusia”. Fakta ini menunjukkan kepada kita bahwa siapapun kita, baik hamba Tuhan, majelis, penatua, maupun jemaat, seharusnya mengembangkan sikap takut kepada Allah daripada takut kepada manusia. Karena sikap takut akan manusia akan membawa seseorang ataupun segerombolan orang ke arah yang negatif seperti yang dicontohkan di ayat 18.

Aplikasi:

*  Selaku pribadi, ketika kita memasuki minggu – minggu sengsara ini, mari kita mengingat pengorbanan Kristus yang rela mati untuk menebus dosa kita. Mari kita memusatkan diri kita untuk membersihkan diri dari segala kemunafikan hidup dan menjaga kekudusan hidup kita. Mari kita memurnikan diri kita supaya kita dapat menjadi “rumah doa” bagi segala bangsa. Hidup kita dapat menjadi kitab yang terbuka bagi banyak orang dan kita menjadi salah satu sarana supaya karya penyelamatan Allah tergenapi. Dan terlebih dari semua, mari kita hidup untuk memuliakan Tuhan dan hidup takut akan Tuhan di dalam seluruh aspek kehidupan kita.

* Selaku gereja, mari kita menginstropeksi diri, apakah gereja kita menunjukkan gejala menjadi gereja yang perlahan namun pasti menjadi gereja yang beralih fungsi bukan lagi sebagai rumah Tuhan untuk beribadah dan berdoa, namun ada agenda – agenda terselubung sehingga menjadikan rumah Tuhan menjadi “kotor seperti pasar”? Mari kita memohon kepada Tuhan supaya gereja kita tetap “on the track” dan melalui moto gereja kita “A church where care, teaching and mission meet together” mewujudkan gereja kita menjadi “rumah doa bagi segala bangsa”. Soli Deo Gloria.

admin