Orang Yang Penuh Roh Kudus Tidak Perlu Belajar?

Posted on 11/05/2014 | In QnA | Leave a comment

Minggu lalu saya berkhotbah di sebuah gereja. Sesudah kebaktian usai, seseorang meminta waktu untuk menanyakan beberapa hal. Hampir semua poin teologis yang ia utarakan berbeda dengan keyakinan saya. Di akhir pembicaraan saya menemukan akar persoalannya. Orang tersebut menganggap bahwa Alkitab tidak perlu ditafsirkan dengan ilmu tertentu. Yang paling penting adalah pimpinan Roh Kudus.

Beberapa tahun yang lalu saya mendapati situasi yang sama. Dengan bekal 1 Yohanes 2:27 seseorang mengatakan bahwa pengurapan Roh Kudus dalam diri kita membuat kita tidak perlu diajar oleh orang lain. Roh Kudus adalah Guru Agung kita.

Menghadapi orang-orang seperti di atas tidaklah mudah. Semakin solid dan rumit argumen kita untuk menyalahkan mereka, semakin sulit mereka menerima argumen tersebut. Kita perlu mengerti cara berpikir mereka dan berusaha menggunakan contoh-contoh yang sederhana.

Saya sendiri waktu itu menanyakan apakah orang-orang itu tahu bahwa Alkitab yang diilhamkan oleh Roh Kudus (ini penting untuk ditekankan!) ditulis dalam bahasa Ibrani, Aramik, dan Yunani. Sesudah itu saya menanyakan apakah pengurapan Roh Kudus dalam diri orang percaya juga secara otomatis membuat orang-orang Kristen bisa menguasai tiga bahasa itu. Mereka pasti akan menjawab ‘tidak’, karena mereka sendiri yang mengaku dipenuhi Roh Kudus tetap tidak bisa tata bahasa Ibrani dan Yunani. Saya lalu menanyakan bagaimana caranya agar supaya kita bisa mengerti Alkitab sesuai bahasa aslinya. Tentu saja dengan belajar bahasa-bahasa itu!

Kita juga perlu menunjukkan bahwa sesudah pencurahan Roh Kudus yang luar biasa pada Hari Pentakosta, jemaat mula-mula tetap bertekun dalam pengajaran para rasul (Kis 2:42). Mereka tetap perlu diajar! Nah, karena ajaran para rasul sekarang sudah dituliskan di dalam Alkitab, kita perlu membaca dan menafsirkannya dengan tepat. Senada dengan hal di atas, kita perlu menunjukkan bahwa Roh Kudus diutus untuk mengingatkan kita tentang apa yang sudah diajarkan oleh Tuhan Yesus (Yoh 14:26). Karena ajaran Tuhan Yesus sudah dituliskan dalam kitab-kitab injil, kita pun wajib mempelajarinya dengan serius. Kita tidak boleh terobsesi dengan ‘wahyu-wahyu baru’ yang dikatakan dari Roh Kudus.

Jika demikian, apakah maksud “tidak perlu diajar oleh orang lain” di 1 Yohanes 2:27? Kita perlu tahu bahwa Yohanes berusaha menasihati jemaat yang sedang diancam bahaya kesesatan (1 Yoh 2:26). Guru-guru palsu mengklaim memiliki wahyu-wahyu baru. Mereka bahkan berani mengatasnamakan ‘Roh Kudus’ (1 Yoh 4:1-5). Dalam konteks seperti ini, Yohanes meyakinkan penerima surat bahwa mereka tidak perlu diajar oleh guru-guru semacam itu. Mengapa? Karena mereka sudah memiliki pengurapan ilahi (1 Yoh 2:27). Pengurapan ini berhubungan dengan ajaran Tuhan Yesus (1 Yoh 2:27b). Justru ajaran-ajaran yang mengatasnamakan “Roh” dan mengklaim sebagai “wahyu baru” yang harus kita waspadai dan tolak.

admin