Meninggal saat berbuat dosa: masuk surga?

Posted on 09/03/2014 | In QnA | Leave a comment

             Beberapa waktu yang lalu saya menyampaikan ceramah di sebuah gereja. Seusai ceramah salah seorang pemuda yang masih mengikuti kelas katekisasi di gereja itu menanyakan pertanyaan di atas. Seandainya seorang yang sudah percaya Kristus dengan sungguh-sungguh melakukan sebuah dosa dan meninggal dunia sebelum ia sempat meminta ampun kepada Allah, apakah orang itu akan masuk ke surga?

Di balik pertanyaan ini sebenarnya tersimpan sebuah asumsi teologis yang keliru. Orang tersebut mengira bahwa keselamatan rohani ditentukan oleh ketidakberdosaan. Ia berusaha untuk hidup di dalam kekudusan dengan tujuan agar ia tidak gagal pada akhirnya (dalam arti ia menutup hidupnya dalam keadaan berdosa). Ayat Alkitab yang sering digunakan oleh orang-orang yang mempunyai asumsi dasar seperti ini adalah Galatia 3:3 “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?”

Kita perlu mengetahui beberapa kebenaran penting. Pertama, keselamatan kita bukan diperoleh melalui kebenaran kita sendiri, melainkan melalui kebenaran Kristus (Flp 3:9). Keselamatan bukanlah usaha kita (Ef 2:8-9). Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa keselamatan didasarkan pada ketidakberdosaan kita. Kekudusan hidup bukan syarat, melainkan bukti keselamatan. Keselamatan adalah melalui iman kepada penebusan Kristus Yesus di kayu salib (Rom 3:21-22).

Kedua, semua manusia pasti dalam keadaan berdosa pada saat mereka mati. Siapa di antara kita yang dapat menuruti Matius 5:48 “Hendaklah kamu sempurna sama seperti Bapa kita di surga adalah sempurna?” Tuntutan dalam perintah Allah adalah inklusif (mencakup semua detil, Gal 3:10 ‘segala sesuatu yang tertulis’). Kesalahan di salah satu poin membatalkan keberhasilan di poin-poin yang lain (Yak 2:10). Tidak heran, para tokoh iman dalam Alkitab pun mengakui keberdosaan mereka. Yakobus menulis: “kita semua bersalah dalam banyak hal” (Yak 3:2). Yohanes pun berujar: “Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita” (1 Yoh 1:8). Paulus mengatakan bahwa upayanya mereka Kristus belum selesai (Flp 3:12-14).

Kebenaran di atas merupakan penghiburan bagi kita. Tidak seperti penganut agama lain yang tidak pernah yakin seratus persen terhadap keselamatannya, orang-orang yang percaya kepada Kristus diberi jaminan keselamatan. Kita memang harus terus berbuat baik dan menjaga kekudusan hidup kita, tetapi hal ini bukan dilakukan untuk memperoleh keselamatan. Justru karena kita sudah dianugerahi keselamatan yang sedemikian besar dan cuma-cuma, kita sepatutnya meresponi ini dengan hidup yang memperkenankan hati Tuhan. Soli Deo Gloria.

 

admin