Mengapa Perlu Doktrin? Apakah Alkitab Saja Tidak Cukup?

Posted on 13/10/2019 | In QnA | Leave a comment

Pertanyaan ini cukup sering ditanyakan kepada saya. Alasan di balik pertanyaan ini sangat beragam. Ada yang cenderung bersikap negatif terhadap doktrin. Doktrin dianggap tidak penting dan, bahkan, sumber perpecahan. Ada pula yang bersikap lebih netral. Mereka memang tidak terlalu memahami arti “doktrin” dan kaitannya dengan Alkitab.

Jika Allah sudah memberikan Alkitab kepada kita, apakah kita masih memerlukan rumusan doktrin-doktrin tertentu? Apakah ajaran-ajaran itu tidak menjadi pesaing bagi Alkitab? Dalam artikel ini saya akan menerangkan bahwa rumusan doktrin sangat diperlukan oleh orang-orang Kristen, walaupun kita sudah memiliki Alkitab.

Pertama, Alkitab lebih bersifat praktis. Alkitab bukanlah buku pegangan doktrin yang khusus dan eksplisit. Sebaliknya, hampir semua kitab dalam Alkitab ditulis dengan tujuan yang sangat praktis. Bahkan Surat Roma yang dikenal sebagai kitab yang paling doktrinal pun mengandung tujuan praktis, yaitu perkenalan Paulus kepada jemaat Roma dan permohonannya untuk mendapatkan bantuan dari mereka (Rm. 15:24, 28).

Sifat praktis ini kadangkala menyusahkan kita apabila kita ingin mengetahui pandangan Alkitab tentang suatu hal. Apakah orang yang mati menuju ke tempat penantian tertentu atau langsung ke surga/neraka? Bagaimana pandangan Alkitab tentang pelayanan para malaikat? Apakah keselamatan bisa hilang? Tidak ada satu kitab pun di Alkitab yang secara khusus ditulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Kita harus melihat seluruh data Alkitab yang terkait dengan suatu pertanyaan dan membangun sebuah pemahaman doktrinal dari sana. Rumusan doktrin akan menolong kita menyediakan bahan-bahan yang lebih siap saji untuk mengerti pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Kedua, nilai praktis Alkitab dilandaskan pada doktrin. Sifat praktis Alkitab tidak meniadakan fakta bahwa Alkitab mengandung elemen-elemen doktrinal. Banyak contoh yang bisa dipaparkan di sini. Ketika menegur beberapa jemaat Korintus yang berzinah dengan pelacur, Paulus mendasarkan teguran itu pada doktrin penebusan Kristus (1Kor. 6:19-20). Ketika menguatkan jemaat Tesalonika yang bersedih karena kehilangan anggota keluarganya, Paulus mengingatkan mereka tentang kepastian kedatangan Kristus yang kedua kali dan pengharapan kita di dalam Dia (1Tes. 4:13-18).

Seseorang yang serius menerima otoritas Alkitab seyogyanya mengakui nilai penting doktrin. Ajaran doktrinal tersebar di berbagai tempat di dalam Alkitab. Tugas kita adalah melakukan akumulasi (pengumpulan), interpetasi (penafsiran), dan sintesa (penyeragaman) data Alkitab tentang satu hal. Dengan melakukan proses ini secara cermat dan tepat, kita akan memperoleh rumusan doktrin yang sehat dan kuat. Jadi, rumusan doktrin dan Alkitab tidak perlu dipertentangkan. Ini dikotomi yang palsu. Soli Deo Gloria.

Yakub Tri Handoko