Pertanyaan ini beberapa kali dimunculkan dalam seminar-seminar apologetika atau doktrin yang saya pimpin. Beberapa orang bahkan menjadikan isu sebagai salah satu alasan untuk menolak klaim Alkitab sebagai firman Allah. Mereka beranggapan bahwa firman Allah seharusnya mudah untuk dipahami. Jika tidak demikian, untuk apa Allah memberikan firman-Nya kepada manusia.
Sekilas sanggahan di atas cukup masuk akal. Jikalau Allah serius untuk menyatakan kehendak-Nya kepada banyak orang, Dia akan menggunakan cara-cara yang mudah diakses oleh banyak orang. Jikalau Alkitab terlalu sukar untuk dipahami, untuk apa Dia memberikan itu kepada manusia?
Untuk memahami persoalan ini kita pertama-tama perlu menandaskan bahwa Alkitab memang awalnya ditulis secara sederhana untuk orang-orang yang sederhana. Para pembaca mula-mula bahkan banyak yang tidak bisa membaca atau menulis. Mereka hanya mendengarkan tatkala bagian-bagian Alkitab dibacakan oleh pelayan ibadah.
Bukan hanya gaya penulisan yang sederhana, isinya juga tidak jauh berbeda. Hampir semua kitab dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ditulis dengan tujuan yang praktis. Para penulis tidak sedang mengajarkan konsep-konsep filosofis yang abstrak dan teoritis seperti – misalnya – para filsuf Yunani-Romawi kuno.
Yang membuat Alkitab terlihat agak sukar bagi pembaca sekarang adalah berbagai jurang yang memisahkan Alkitab kuno dengan pembaca sekarang. Alkitab ditulis dalam bahasa dan konteks geografi, budaya, sejarah, sosial dan politik yang berlainan dengan pembaca sekarang. Hal inilah yang membuat kita kadangkala menemukan kesulitan dalam memahami Alkitab.
Dari sini terlihat bahwa ungkapan “Alkitab sukar untuk dipahami” sebenarnya lebih berkaitan dengan pembacanya daripada isi Alkitab itu sendiri. Kita harus menjembatani semua jurang yang ada. Jika persoalannya terletak pada kita, tidak tepat kalau “kesukaran Alkitab” dijadikan alasan untuk menyanggah otoritasnya.
Jurang di atas bisa dijembatani melalui pembelajaran teologi yang baik. Para hamba Tuhan yang memiliki kapasitas teologi yang baik akan mampu menjelaskan firman Tuhan secara mendalam dan gamblang. Alat bantu lain adalah ketersediaan beragam terjemahan Alkitab: dari yang hurufiah (RSV/NASB), menengah (NIV/ESV) sampai yang agak bebas (NLT). Mereka yang menguasai Bahasa Inggris dengan cukup baik pasti bisa mengakses firman Tuhan secara lebih mendalam.
Poin lain yang perlu disinggung di sini adalah pengaturan kitab-kitab Alkitab yang tidak kronologis. Sebagian kitab memang kronologis, tetapi yang lain tidak. Pengaturan seperti ini menyulitkan pembaca sekarang untuk melihat benang merah sejarah penebusan dalam Alkitab. Seandainya kronologi kisah-kisah Alkitab dipahami dengan baik, hal itu akan sangat menolong dalam upaya kita untuk mengerti isi Alkitab.
Kesulitan ini bisa diatasi dengan pemahaman Alkitab yang memadai. Gereja perlu menyediakan pengajaran Alkitab yang secara khusus ditujukan bagi para petobat baru. Mereka belum mengetahui seluk-beluk Alkitab. Jika mereka dibekali dengan pengetahuan dasar tentang kronologi peristiwa-peristiwa di dalam Alkitab, pokok-pokok keselamatan dan doktrin-doktrin dasar kekristenan, mereka pasti bisa memahami Alkitab dengan lebih baik.
Poin terakhir adalah perbandingan Alkitab dengan kitab-kitab suci yang lain. Mereka yang sudah melakukan perbandingan akan menemukan bahwa kitab jauh lebih mudah dipahami. Kitab-kitab lain seringkali berisi rangkaian perkataan yang tanpa konteks. Bahkan dalam satu bagianpun ada perkataan-perkataan yang tidak saling berkaitan (mirip dengan Kitab Amsal). Banyak bagian Alkitab menyediakan konteks pembicaraan yang cukup jelas. Banyak bagian bahkan berupa kisah (narasi) yang sangat mudah diikuti.
Akhirnya, saya ingin menutup tulisan ini dengan sebuah pepatah populer: Alkitab itu seperti kolam yang bisa menenggelamkan gajah tetapi pada saat yang sama bisa dijadikan tempat bermain untuk anak-anak. Maksudnya, Alkitab bisa menyapa semua orang dari berbagai latar belakang. Orang yang paling pintar tidak mungkin bisa memahami seluruh bagian Alkitab. Orang yang paling sederhana tetap bisa menangkap hal-hal pokok yang ada di dalamnya. Soli Deo Gloria.