Kristus Penanggung Taurat (Roma 8:1-4)

Posted on 17/07/2016 | In Teaching | Leave a comment

Bagian firman Tuhan ini menyatakan dengan jelas bahwa orang yang sudah hidup di dalam Yesus Kristus, mengambil bagian di dalam kematian dan kebangkitan-Nya, tidak akan lagi mendapatkan hukuman. Berita semacam ini tentu menjadi berita sukacita bagi orang-orang berdosa, yang tidak lagi memiliki jalan keluar untuk dapat lepas dari hukuman Tuhan. Dan, kitalah orang-orang berdosa yang bersukacita tersebut.

Tetapi, jika kita mencoba memikirkan secara lebih serius kebenaran pengajaran ini, maka sebenarnya kita akan menjumpai bahwa doktrin keselamatan dan jaminan keselamatan yang demikian bukanlah doktrin yang membahagiakan, tetapi justru doktrin yang terlihat berbahaya dan merupakan sebuah pengajaran yang jahat. Setidaknya ada dua alasan yang bisa dipelajari di dalam kesempatan ini.

TUDUHAN 1#

Bukankah jahat jika kita menimpakan hukuman - apalagi sampai berupa kematian - kepada seseorang yang tidak bersalah, sementara seorang yang berbuat salah bisa dengan mudahnya lepas dari hukuman yang harusnya diterima?!

Hal inilah yang diajarkan oleh Paulus di dalam bagian kitab Roma ini. Beberapa contoh ayat yang menjelaskan hal ini: Roma 1:18-19, 3:9, 23. Ketiga bagian firman Tuhan ini dengan tegas menyatakan bahwa manusia itu berdosa merupakan keputusan pribadi manusia berdasarkan kehendak bebas yang diberikan Tuhan. Dosa bukanlah disebabkan oleh Tuhan, tetapi keputusan bebas manusia - tanpa adanya pihak lain yang bisa dikambing hitamkan.

Namun Roma 8:1 menyatakan bahwa manusia yang berdosa ini tidak lagi akan mendapat hukuman karena sudah hidup di dalam Yesus Kristus. Kata “tidak ada” dalam ayat pertama ini merupakan terjemahan dari kata Yunani “ouden” yang memiliki pengertian “tidak ada sama sekali.” Kata ini merupakan sebuah bentuk kata negasi yang sangat kuat, sehingga pengertian dari kata ini adalah “benar-benar tidak ada [dan tidak mungkin ada].” Penghukuman bagi manusia itu tidak lagi ada dikarenakan ada Yesus yang sudah menanggung hukuman tersebut. Orang yang percaya kepada Yesus adalah orang yang sudah mati bersama-sama dengan Yesus Kristus dan kemudian dibangkitkan bersama-sama dengan Yesus Kristus (bdk. Roma 6:4).

Sepanjang pemaparan Alkitab, termasuk kitab Roma, dipaparkan bagaimana Yesus - Allah yang menjadi manusia itu hidup tanpa dosa. Ayat 3 menyatakan bahwa “Allah mengutus Anak-Nya ke dalam daging, yang serupa dengan daging karena dosa.” Di dalam tafsirannya The Epistle to the Romans, Douglas Moo menjelaskan bahwa “keserupaan” Yesus dengan manusia itu bukanlah bersifat tampilan luar, tetapi meliputi keseluruhan bagian kehidupan manusia berdosa. Meskipun demikian, Yesus tidak terpenjara di dalam daging. Ia ada di dalam tubuh berdosa, tetapi Ia tidak berbuat dosa (bdk. Ibr. 4:15).

Dengan dua pemaparan ini terlihat jelas perbedaan antara manusia dan Yesus: manusia berdosa dengan kehendak dan di dalam hidupnya sendiri, sementara Yesus yang adalah Allah berinkarnasi di dalam tubuh berdosa tetapi tetap menang dari dosa dan tidak melakukan dosa. Maka, ketika manusia yang harusnya layak dan patut dihukum karena memilih untuk memberontak tetapi tidak dihukum, justru Yesus yang benarlah yang dihukum, menjadikan konsep ini sebuah konsep yang jahat.

TUDUHAN 2#

Dengan mempercayai konsep keselamatan karena karya penebusan ini seharusnya mendorong seseorang hidup lebih jahat ketimbang hidup baik.

Jika seseorang diminta untuk memilih: apakah ia mau menjadi orang yang baik (taat hukum dan hidup susah melakukan kebenaran) atau menjadi orang jahat (hidup sebebas dan sekehendak diri sendiri tanpa ada batasan apapun) dengan satu jaminan bahwa pilihan manapun ia akan tetap menerima berkat Tuhan, manakah yang lebih akan dipilih? Sudah tentu mayoritas orang akan memilih untuk hidup bebas tanpa harus susah mengikuti aturan, bukan?! Untuk apa hidup bersusah-susah jika tanpa hal tersebut jaminan kenyamanan dan kenikmatan sudah diberikan.

Bukankah konsep semacam ini merupakan konsep yang berbahaya dan jahat?! Tidak heran ada begitu banyak orang Kristen yang hidup dengan konsep semacam ini hidupnya tidak memiliki daya juang untuk berbuat baik dan menjadi berkat.

Pertanyaannya, benarkah konsep penebusan dan pengampunan dalam karya penebusan Yesus Kristus adalah sebuah konsep yang salah dan jahat?

TANGGAPAN 1#

Konsep penebusan Yesus Kristus adalah pengajaran tentang kasih yang luar biasa, bukan pengajaran yang jahat.

Di dalam menjelaskan mengenai kondisi manusia yang sudah berdosa dengan pilihannya sendiri, Paulus menyatakan satu keterangan tambahan, yakni kondisi itu adalah kondisi yang tidak memiliki pengharapan. Hukum Taurat yang harusnya adalah hukum Tuhan yang benar dan membawa kepada kebahagiaan dan kepenuhan hidup, justru tidak berdaya apa-apa untuk menolong manusia (ay. 3). Justru dengan adanya keberdosaan manusia, hukum Taurat menjadi hukum yang mematikan dan menghukum (menjadi hukum dosa dan maut; ay. 2b). Hal ini dapat digambarkan dengan ilustrasi oksigen dan api. Keberadaan oksigen merupakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia. Tetapi ketika oksigen itu berada di sekitar kobaran api, maka oksigen justru membarakan bukan meredakannya. Dengan demikian, maka pilihan manusia berdosa itu telah menjebak manusia dalam jalan buntu yang berujung pada kebinasaan. Tidak ada jalan alternatif untuk keluar.

Tetapi, ini semua bukanlah akhir cerita. Memang manusia masuk ke dalam jalan buntu tanpa adanya jalan keluar yang bisa ditempuh. Namun karena kasih-Nya, Tuhan membuka satu jalan keluar, yakni dengan mengutus Yesus Kristus hidup dan menang atas dosa meskipun hidup di dalam daging keberdosaan. Kemenangan Yesus adalah kemenangan yang mematahkan dan mengalahkan dosa secara final, karena Yesus tetap hidup suci meski hidup dalam “keharusan” dosa (natur daging). Kehidupan Yesus yang suci sampai mati menjadi tanda bahwa dosa (di dalam kondisi paling kuat-pun, yakni dalam daging) tidak sanggup mengalahkan Yesus. Di dalam kematian Yesus, dosa juga mati dan kalah.

Maka inilah jalan keluar dari Allah bagi manusia. Seseorang yang hidup di dalam Yesus (en christo), maka ia tidak akan lagi dikalahkan oleh dosa dan maut. Sama seperti semua benda yang masuk ke dalam air pasti basah, tetapi tidak dengan benda yang dibungkus di dalam plastik kedap udara. Demikian juga semua orang yang berdosa harusnya binasa, tetapi tidak dengan mereka yang hidup di dalam Kristus. Kehidupan di dalam Kristus membawa sebuah perubahan status yang memberikan akses bebas dari hukuman dosa.

Namun semua penjabaran ini belum menjawab tuntas persoalan diatas. Bagaimana orang yang tidak salah bisa dilepaskan begitu mudah dan orang yang benar justru dihukum? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang valid dan benar jika Yesus tidak rela menyerahkan diri. Tentu saja pengorbanan Yesus menjadi sebuah tindakan yang keji kalau Yesus tidak dengan penuh kasih menyerahkan diri-Nya sendiri. Namun karena pengorbanan putra tunggal Allah itu juga merupakan penyerahan diri sang Anak, maka kisah ini bukan menjadi sebuah kisah tragis, tetapi kisah kasih.

TANGGAPAN 2#

Konsep penebusan Yesus Kristus secara aktif mendorong seseorang untuk hidup berdasarkan hukum Taurat (Kasih) bukannya hidup sembarangan.

Kebenaran ini bisa dilihat dari ayat ke-4, dimana semua karya penebusan Yesus Kristus itu diberikan supaya orang yang telah dihidupkan bisa hidup memenuhi tuntutan hukum Taurat. Apa maksudnya hidup berdasarkan hukum Taurat? Apakah berarti kehidupan legalis di dalam menjalankah aturan belaka?

Kata “tuntutan” yang digunakan di dalam bagian ini berasal dari kata “dikaioma,” yang lebih tepat diartikan dengan “righteous requirement”, atau syarat yang benar. Dengan sengaja Paulus menggunakan kata ini untuk menunjukkan bahwa kehidupan benar yang dijalani oleh orang yang sudah ditebus bukan sekadar mengikuti aturan atau perintah atau batasan. Ini bukanlah syarat yang benar dari hukum Taurat. Sebaliknya, kehidupan yang benar menurut hukum Taurat adalah kehidupan di dalam kasih, karena kasih itu adalah kegenapan dari hukum Taurat (13:10).

Kesimpulannya, seorang yang sudah merasakan kasih pengampunan dan pengorbanan Yesus Kristus yang demikian besar, pasti akan mengarahkan diri untuk hidup di dalam kasih dan belajar mengasihi.

PENUTUP

Pertanyaan paling akhir, apakah seorang yang sudah merasakan kasih pengampunan pasti bisa sukses hidup selalui dalam kasih dan mengasihi? Tentu saja tidak. Di dalam natur keberdosaan, manusia bergumul dan masih bisa jatuh ke dalam kegagalan. Tetapi, sebagaimana ayat 1, di dalam Kristus kegagalan itu tidak akan membawa kepada penghukuman, tetapi pengampunan yang akan mendorong seseorang untuk bangkit dan kembali belajar hidup mengasihi di dalam Kristus (en Christos).

admin