Oleh: Denny Teguh Sutandio (mahasiswa M.Th. Praktika di STT-SAAT Malang)
Anda pasti sering mendengar kata “viral.” “Viral” berarti penyebaran secara cepat suatu informasi di media online. Misalnya, banjir di Jakarta yang terjadi 1 Januari. Selain itu, tahun lalu, tokoh yang “viral” di Indonesia adalah presiden Jokowi. Akun Instagram Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M. cukup viral. Ngomong-ngomong soal viral, pada zaman dulu, tokoh yang lagi viral yaitu Tuhan Yesus. Kita akan menelusuri Yohanes 12:1-26.
PENDAHULUAN
Kalau kita memperhatikan konteksnya mulai ayat 1, Yohanes menceritakan bahwa Tuhan Yesus sedang berada di Betania, 6 hari sebelum Paskah, tempat Lazarus dibangkitkan. Di pasal 12, Yohanes menceritakan keviralan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang telah membangkitkan Lazarus dicari oleh orang-orang Yahudi (ay. 9, 12-13) dan orang-orang Yunani (ay. 20-22). Setelah itu, Kristus berkata bahwa sudah saatnya Anak Manusia dimuliakan (ay. 23). Kristus dimuliakan dengan menggenapkan kehendak Bapa yaitu mati disalib (ay. 24, 32-33). Kematian Kristus bukan hanya fakta sejarah, namun perspektif seorang murid Kristus memandang segala sesuatu. Karena Kristus telah menggenapkan kehendak Bapa dengan mengorbankan diri-Nya sampai mati demi menebus umat pilihan-Nya, maka umat pilihan-Nya seharusnya menggenapkan kehendak Allah dengan mengorbankan dirinya bagi kemuliaan-Nya. Caranya adalah memperlakukan diri sendiri sesuai dengan perspektif kematian Kristus yaitu dengan menyangkal diri (D. A. Carson, The Gospel according to John, 439) (ay. 25). Namun menyangkal diri tidak mudah karena penyangkalan diri memerlukan mematikan diri sendiri setiap hari dan konsep ini bertentangan dengan konsep dunia kita yang mengajarkan hidup berpusat pada diri.
MENYANGKAL DIRI DENGAN MENGIKUT KRISTUS
Cara murid Kristus menyangkal diri dijelaskan Kristus di ayat 26, “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.” Cara murid Kristus menyangkal diri adalah mengikut Kristus. Mengikut Kristus: menggenapkan kehendak Bapa (YTH). Ketika seorang murid Kristus menggenapkan kehendak Bapa, maka fokusnya berubah dari diri kepada Kristus (Carson, The Gospel according to John, 439). Kita tidak mungkin dapat mengubah fokus kita sendiri karena kondisi kita adalah mati di dalam dosa (Ef. 2:1) dan ini mengakibatkan apa pun yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan terfokus pada dosa. Oleh karena itu, Roh Kudus melahirbarukan orang-orang pilihan Allah terlebih dahulu agar mereka percaya kepada Kristus, sehingga mereka memiliki hati yang mengasihi Allah dan mengikut Kristus. Dengan kata lain, mengikut Kristus didahului oleh dilahirbarukan dan dipimpin Roh Kudus. Roh Kudus memimpin orang percaya untuk aktif setiap hari mengubah fokus dari diri sendiri kepada kehendak Kristus, sehingga mereka rindu untuk berpikir, berkata, dan bertindak terpusat pada kehendak Kristus. Artinya Kristus mengontrol apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan.
Wujud murid Kristus mengikut Kristus adalah melayani-Nya. Di ayat 26a, Kristus mengaitkan antara mengikut Kristus dengan melayani-Nya.
Pertama, melayani-Nya didahului oleh mengikut Kristus. Kristus mau orang yang melayani-Nya memahami fokus hidup yang benar yaitu menggenapkan kehendak Allah. Murid Kristus yang mau mengorbankan diri harus terlebih dahulu tahu fokus hidupnya yaitu menggenapkan kehendak Allah. Fokus inilah yang mendorongnya untuk rindu melayani-Nya baik di gereja maupun di dalam kehidupan sehari-hari. Inilah bedanya orang yang mengorbankan diri dgn mengetahui fokusnya dengan jelas vs mengorbankan diri tanpa fokus yang jelas. Orang yang fokusnya hidupnya menggenapkan kehendak Allah adalah melayani Allah dengan cara Allah (A. W. Tozer). Motivasi mereka: “melayani Kristus karena sudah dilayani Kristus.” Motivasi ini mendorong mereka melayani dengan pengertian yang benar dan rindu belajar Alkitab untuk memperlengkapinya dirinya melayani Tuhan lebih baik. Selain itu, sikap mereka dalam melayani juga bertanggung jawab, ramah, dan jujur. Tujuan mereka melayani adalah agar nama Kristus dikenal dan disembah oleh banyak orang baik di gereja maupun di dalam kehidupan sehari-hari melalui hidup berintegritas, jujur, mengasihi, kudus, dan tidak lupa membagikan Injil.
Namun orang-orang yang mengaku “melayani” tanpa didahului oleh fokus menggenapkan kehendak Allah memiliki motivasi yang berpusat pada diri yaitu aktualisasi diri (karena saya suka ngobrol, maka hampir setiap hari saya ke gereja), pelarian (bosan di rumah), kewajiban atau keterpaksaan (takut dihukum), dan manipulasi rohani (supaya diberkati) (YTH). Selain itu, mereka yang mengaku “melayani” tidak suka belajar Alkitab. Mereka yang mengaku “melayani” juga tidak memiliki sikap pelayanan yang beres. Kemudian, tujuan mereka melayani agar namanya dikenal. Mereka melayani Allah dengan cara manusia (A. W. Tozer).
Kedua, mengikut Kristus dibarengi dengan melayani-Nya. Orang yang fokus hidupnya jelas yaitu menggenapkan kehendak-Nya, maka ia rindu melayani-Nya dengan mengorbankan dirinya untuk orang lain bagi-Nya untuk menghasilkan buah. Ia rindu melayani-Nya karena ia telah terlebih dahulu dilayani Kristus melalui penebusan-Nya. Ketika ia melayani-Nya, maka itu berarti ia merelakan karakter dan kerohaniannya didewasakan. Belajar teologi perlu dibarengi dengan terjun melayani di gereja agar kita tahu bahwa Allah itu kasih bukan hanya dari bahasa Yunani dan perkataan para teolog, tetapi juga kita aplikasikan kepada sesama jemaat dan orang-orang non-Kristen.
JAMINAN DALAM MELAYANI KRISTUS
Melayani Kristus tidaklah mudah. Ada banyak tantangan di dalam pelayanan. Oleh karena itu, pelayanan perlu jaminan. Di ayat 26b, Kristus berfirman, “dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.” Ada dua jaminan:
Pertama, Kristus bersama-sama dengan murid Kristus yang melayani-Nya. Murid Kristus yang melayani-Nya akan menerima jaminan bahwa Kristus ada bersama-sama dgn mereka (bdk. 17:24). Apa arti “bersama dengan Kristus”? Pdt. Hendra G. Mulia, D.Min. pernah memberikan ilustrasi, bayangkan Kristus ada di samping kita. Ketika Kristus ada di samping kita, maka kita dimampukan untuk menghadapi tantangan dalam pelayanan. Namun jaminan ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang terus-menerus mengikut dan melayani-Nya. Oleh karena itu, bagi orang yang hanya mengaku “melayani” tetapi tidak sungguh-sungguh, mereka tidak berhak menerima penyertaan-Nya.
Kedua, Bapa akan menghormati murid Kristus yang melayani-Nya. Pada waktu itu, ketika orang-orang Yahudi mengikut Kristus, mereka akan dikucilkan dari sinagoge dan masyarakat Yahudi pada umumnya (bdk. Yoh. 12:42) dan itu adalah aib (YTH). Di dalam sejarah Kekristenan mula-mula, orang-orang Kristen juga diolok-olok, difitnah, dll karena Kristus, namun Kristus memberi jaminan bahwa Bapa akan memberikan kehormatan kekal kepada mereka yang sungguh-sungguh mengikut dan melayani Kristus (Colin G. Kruse, John, 265 dan YTH). Ini berarti penghargaan bagi murid Kristus tidak datang dari manusia, tetapi dari Allah. Kita lebih suka dihargai/dipuji Allah atau manusia? Kita mungkin akan lebih suka dipuji manusia karena dipuji manusia lebih terlihat dari dipuji Allah. Dipuji Allah dan dipuji manusia jelas bertentangan (Luk. 16:15b) karena Allah melihat hati, sedangkan manusia sering melihat penampilan luar (1Sam. 6:7b).
KESIMPULAN DAN TANTANGAN SELANJUTNYA
Tuhan Yesus adalah tokoh viral di Palestina pada zaman itu, namun keviralan-Nya tidak melupakan mandat-Nya dari Bapa yaitu menderita disalib dan bangkit demi umat pilihan-Nya. Bahkan Kristus memahami kemuliaan dengan definisi Bapa yaitu penderitaan disalib. Sebagaimana Kristus telah menggenapkan kehendak Bapa dengan mengorbankan diri-Nya untuk mati bagi umat-Nya, maka umat-Nya seharusnya menggenapkan kehendak Allah dengan mengikut dan melayani-Nya sungguh-sungguh. Selagi ada kesempatan, mari kita mengikut dan melayani-Nya sungguh-sungguh. Amin. Soli Deo Gloria.