Eksposisi 1 Korintus 15:50-55

Posted on 22/04/2018 | In Teaching | Leave a comment

Bagian ini merupakan penghujung dari pembahasan Paulus tentang kebangkitan orang-orang mati. Sebagian jemaat di Korintus menolak kebangkitan orang mati atau kebangkitan tubuh (15:12) karena mereka terpengaruh dengan pemikiran duniawi (15:32-33). Dari perspektif dualisme Yunani yang menganggap tubuh (materi) sebagai elemen yang buruk, kebangkitan tubuh memang sukar untuk dipahami, apalagi diterima. Mengapa sesuatu yang “buruk” kelak perlu dikembalikan lagi? Bagaimana tubuh seperti sekarang bisa cocok dengan dunia roh kelak?

Jawaban Paulus terhadap persoalan ini cukup panjang (dari 15:1). Jawaban yang lebih spesifik dan konkrit mulai diberikan di ayat 35 (Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: “Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?”). Realitas sehari-hari menunjukkan bahwa perubahan wujud (“tubuh”) sangat dimungkinkan (15:37-38). Allah sudah menyediakan tubuh yang khusus untuk keberadaan yang khusus pula, termasuk kemuliaan yang khusus bagi masing-masing tubuh (15:39-41). Hal yang sama berlaku pada tubuh kita. Dari Adam, kita mewarisi tubuh alamiah yang bisa binasa; di dalam Kristus, kita akan mendapatkan tubuh rohaniah yang kekal (15:42-49).

Teks kita hari ini membawa uraian Paulus lebih maju selangkah. Ada pemikiran baru yang ditambahkan. Hal ini ditandai dengan kata sambung de di ayat 50 yang – sayangnya - tidak ikut diterjemahkan dalam berbagai versi (KJV/ASV/NASB “now”). Terlepas dari bagaimana kita menerjemahkan kata sambung ini (sekarang” atau “tetapi”), fungsi ayat ini tetap sama. Paulus menyadari kesulitan yang dihadapi oleh jemaat Korintus seputar kebangkitan tubuh. Memang sukar untuk membayangkan bahwa tubuh yang sekarang ini akan tetap ada sampai kita kelak berada di surga dengan dimensi rohaninya. Paulus “mengamini” pandangan mereka dengan berkata: “daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa” (ayat 50).

Ayat ini berbentuk paralelisme sinonim. Frasa “daging dan darah” sejajar dengan “yang binasa”, sedangkan “Kerajaan Allah” sama dengan “yang tidak binasa”. Yang ingin disampaikan adalah ini: tubuh kita yang sekarang, entah kita berada dalam keadaan hidup atau mati, memang tidak cocok untuk Kerajaan Allah. Tidak masuk akal apabila sesuatu yang dapat binasa bisa berada dan bertahan dalam suatu realitas yang tidak dapat binasa.

Kalau demikian, bagaimana tubuh kebangkitan dapat dimungkinkan? Di mata Paulus, kunci untuk persoalan ini merupakan sebuah rahasia (mysterion, ayat 51). Versi Inggris memilih terjemahan “misteri”. Istilah ini beberapa kali muncul dalam Alkitab. Artinya bukan sesuatu yang berbau mistis. Misteri merujuk pada sesuatu yang dahulu masih tersembunyi tetapi di kemudian hari dibukakan.

Pembukaan rahasia ini terletak pada karya Kristus (ayat 45-49). Tanpa Kristus, misteri ini tidak akan terbuka dan dipahami. Bangsa Yahudi memang memiliki pengharapan tentang kebangkitan di akhir zaman (bdk. Yoh. 11:24), tetapi tidak jelas bagaimana hal itu dapat dimungkinkan. Beberapa tulisan Yahudi kuno mengajarkan bahwa tubuh kebangkitan kelak akan sama persis dengan tubuh yang sekarang (2Bar. 50:2). Philo, salah seorang penafsir Yahudi di akhir abad ke-1, mengajarkan tentang tubuh sekarang yang akan dimusnahkan atau dihilangkan sama sekali supaya jiwa dapat dibebaskan. Paulus menentang dua pandangan seperti ini. Melalui kebangkitan Kristus, kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang perbedaan antara tubuh lama dan baru. Ada kesinambungan dengan yang lama, namun tidak mungkin persis sama.  

Bagaimana dan kapan perubahan tubuh terjadi? Transformasi ini ditandai dengan beberapa karakteristik. Pertama, terjadi melalui kuasa ilahi (ayat 51, 52). Bentuk pasif yang tanpa subjek eksplisit (allagēsometha) menyiratkan suatu pekerjaan ilahi. Dalam tata bahasa Yunani, ini disebut pasif ilahi. Jadi, transformasi tubuh tidak terjadi secara alamiah. Tidak pula ditentukan oleh manusia. Ini terjadi menurut kuasa Allah yang supranatural.

Kedua, terjadi dalam sekejap (en atomō, ayat 52). Kata ini merujuk pada sesuatu yang tidak bisa dipecahkan lagi. Dalam kaitan dengan waktu, kata atomos berarti waktu tersingkat yang dapat dibayangkan. Dalam ungkapan modern biasa disebut “dalam sekejap mata”. Jikalau bukan oleh kuasa ilahi, perubahan yang luar bisa ini tidak mungkin bisa terjadi, apalagi dalam sekejap.

Ketiga, terjadi pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali (ayat 52). Nafiri terakhir biasanya berkaitan dengan tradisi eskhatologis (akhir zaman). Allah akan menyatakan diri-Nya dalam penghakiman (Mat. 24:31; 1Tes. 4:16; bdk. Yl. 2:1; Zef. 1:14-16). Bagi orang-orang benar, penghakiman ini merupakan momen yang ditunggu-tunggu. Kita akan diberi tubuh yang baru.

Kita tidak boleh menafsirkan 1 Korintus 15:51-52 (“kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita akan diubah”) seolah-olah Paulus meyakini bahwa kedatangan Kristus akan terjadi pada zamannya. Di sini Paulus hanya membicarakan tentang dua kategori manusia: yang mati dan yang hidup. Dalam dua kategori ini, Paulus tentu saja akan menempatkan diri pada golongan yang terakhir (bdk. 6:14). Lagipula, sesuai ajaran Tuhan Yesus, tidak ada satupun orang yang tahu kapan momen itu akan terjadi. Semua orang perlu bersiap sedia. Bisa saja hal itu terjadi pada zaman Paulus.

Keempat, ada kesinambungan antara tubuh lama dan tubuh baru (ayat 53). Ayat ini menyediakan gambaran yang agak konkrit tentang transformasi tubuh. Tubuh yang lama tidak dimusnahkan. Hanya diberi “pakaian yang baru” (lihat kata “mengenakan” = enduō). Ungkapan yang lebih jelas ada di 2 Korintus 5:2 dan 4. Kata “mengenakan” (ependuō) di teks ini secara hurufiah berarti “mengenakan sesuatu di atas yang lain”.

Sayangnya, Paulus tidak menerangkan lebih lanjut sejauh mana kesinambungan tersebut. Perubahan yang terjadi mungkin seperti perubahan dari biji menjadi tanaman. Ada keterkaitan dalam taraf tertentu (jenis tanaman sesuai dengan bijinya; tanaman menghasilkan biji yang sama lagi), tetapi juga ada perubahan (beda wujud dan lain-lain).

Kelima, perubahan ini pasti terjadi (ayat 54-55). Apa yang akan terjadi sebenarnya sudah lama direncanakan oleh Allah. Momen itu akan menggenapi (ayat 54b) nubuat dari kitab suci. Kutipan yang ada memang tidak persis sama dengan teks Ibrani. Dalam kasus ini Paulus mungkin mengutip dan menggunakan kitab suci secara agak bebas atau dia menggunakan tradisi teks yang berbeda. Yang penting makna di dalamnya tidak berubah. TUHAN akan meniadakan maut (Yes. 25:8, lit. “menelan”, lihat berbagai versi Inggris). Pertanyaan retoris “Hai maut, di manakah kemenanganmu, hai maut di manakah sengatmu?” berasal dari Hosea 13:14. Dalam konteks asli, dunia orang mati (Sheol) dan kematian (maut) berkaitan dengan penghukuman bagi kejahatan Efraim. Dari perspektif kebangkitan Kristus, kejahatan dan maut telah dikalahkan. Apa yang sebelumnya merupakan berita penghukuman bagi umat Tuhan, sekarang justru berubah menjadi ejekan bagi maut sendiri.

Mungkin kita masih belum mendapatkan penjelasan yang terlalu konkrit tentang kebangkitan tubuh. Hal ini memang wajar. Paulus sendiri menyebut ini sebagai misteri. Masih ada beberapa bagian yang tersembunyi. Nanti pada waktunya, semua akan menjadi lebih jelas. Yang penting, di dalam Kristus kita mendapatkan kejelasan bahwa peristiwa itu lebih dari sekadar impian atau harapan. Peristiwa itu merupakan keniscayaan; pasti terjadi. Kebangkitan Kristus memberikan cicipan tentang bagaimana transformasi akan terjadi. Pertimbangan logis membuat perubahan ini menjadi sebuah konsep yang masuk akal. Memang harus ada perubahan. Kesaksian kitab suci meyakinkan bahwa semua pasti terjadi sesuai dengan yang TUHAN sudah rencanakan. Soli Deo Gloria.

Yakub Tri Handoko