Eksposisi 1 Korintus 14:2-5

Posted on 23/08/2015 | In Teaching | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/Eksposisi_1_Korintus_14_2-5.jpg Eksposisi 1 Korintus 14:2-5

Dalam teks Yunani bagian ini dimulai dengan kata sambung “karena” (gar, lihat semua versi Inggris “for”; kontra LAI:TB). Hal ini menyiratkan bahwa ayat 2-5 merupakan alasan mengapa Paulus lebih menekankan karunia bernubuat daripada yang lain, terutama karunia berbahasa roh. Bukan karena pada dirinya sendiri karunia nubuat lebih hebat dan lebih rohani daripada karunia-karunia lain (14:2). Bukan karena Paulus secara pribadi penggemar karunia nubuat maupun penentang karunia bahasa roh (14:5, 18). Keutamaan suatu karunia rohani dilihat dari manfaatnya bagi orang lain. Hal ini sesuai dengan tujuan ilahi di balik pemberian setiap karunia, yaitu “untuk kepentingan bersama” (12:7).

Mengapa karunia nubuat lebih bermanfaat bagi orang lain daripada bahasa roh? Benarkah bahasa roh tidak berguna sama sekali? Di 14:2-5 Paulus menerangkan isu ini dengan menunjukkan perbedaan antara dua karunia tersebut dari sisi obyek komunikasi, tujuan komunikasi, dan penerima manfaat.

Obyek komunikasi

Orang yang berbahasa roh berkata-kata kepada Allah (14:2a). Hal ini mendapat penekanan di ayat 2. Paulus menambahkan “tidak berkata-kata kepada manusia” (ouk anthrōpois lalei, lit. “tidak kepada manusia ia berkata-kata”), dan meletakkannya sebelum “tetapi kepada Allah” (alla theō). Selain itu, ia pun menjelaskan: “sebab tidak seorang pun mengerti bahasanya” (oudeis gar akouei). Melalui penekanan semacam ini Paulus ingin mengajarkan bahwa obyek komunikasi dalam bahasa roh hanyalah Allah saja. Komunikasi tercipta dari Allah kepada manusia, lalu kepada Allah lagi (vertikal ke atas).

Keterangan bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui bahasanya menyiratkan bahwa bahasa roh di sini berlainan dengan bahasa lain di Kisah Rasul 2. Di sana banyak orang Yahudi dari berbagai tempat bisa langsung memahami apa yang dikatakan oleh para rasul. Di 1 Korintus 14 diperlukan karunia lain untuk memahami bahasa roh, yaitu karunia menafsirkan bahasa roh (12:10; 14:13). Tanpa karunia ini tidak ada seorang pun yang dapat memahaminya.

Kekhususan bahasa roh sangat kontras dengan nubuat. Orang yang bernubuat menyampaikan isi hati Allah kepada manusia (14:3). Komunikasi dimulai oleh Allah, melalui orang yang bernubuat, kepada orang-orang lain (vertikal ke bawah, lalu horizontal).

Walaupun kebenaran ini tampaknya sederhana, tetapi jemaat Korintus dan banyak gereja modern mengabaikan implikasinya. Sebagian gereja bahkan membiasakan semua jemaat untuk berbahasa roh secara keras bersama-sama. Apakah mereka semua memiliki karunia itu? Jika bahasa roh memang tidak dapat dimengerti oleh orang lain, mengapa perlu diucapkan dengan keras? Mengapa orang lain perlu mendengarkan sesuatu yang mereka tidak bisa pahami?

Tujuan komunikasi

Paulus menjelaskan seseorang yang berbahasa roh sebagai berikut: “oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia” (14:2b, LAI:TB). Frase ini mengandung dua kesulitan yang membutuhkan penjelasan. Apakah pneumati sebaiknya dipahami sebagai Roh Allah (LAI:TB/ESV/NRSV) atau roh manusia (KJV/ASV/NASB/NIV)? Apakah yang dimaksud dengan “hal-hal yang rahasia” (mysteria)?

Perbedaan terjemahan berkaitan dengan kesulitan pertama sangat bisa dimaklumi. Dalam teks Yunani kuno tidak ada pembedaan antara huruf besar (Roh Allah) dan huruf kecil (roh manusia). Arti mana yang lebih tepat harus ditentukan oleh pertimbangan konteks. Sayangnya, konteks 1 Korintus 12-14 juga terbuka untuk dua kemungkinan tersebut. Jika Paulus sedang membandingkan roh dengan akal budi (14:14-15), maka pneuma di ayat 2b sebaiknya dipahami “roh manusia”. Jika Paulus sedang memikirkan sumber dari bahasa roh, maka pneuma merujuk pada Roh.

Di antara dua pilihan ini, piihan yang lebih tepat tampaknya adalah “Roh”. Bahasa roh adalah salah satu manifestasi dari Roh (12:7-11). Semua karunia “dikerjakan oleh Roh” (12:11a). Di samping itu, Paulus sudah mengajarkan bahwa yang dapat mengungkapkan misteri ilahi adalah Roh Allah sendiri (2:7-11). Lagipula, fenomena semacam “bahasa roh” tidak hanya terjadi di dalam kekristenan. Beberapa agama kafir kuno juga mengenal fenomena semacam itu. Yang membedakan di sini adalah sumber dan isi dari perkataan yang diucapkan. Bahasa roh bersumber dari Roh, dan berisi rahasia-rahasia ilahi.

Sekarang kita akan mengupas kesulitan yang kedua. Kata mysterion memiliki cakupan arti yang cukup luas: arti yang tersembunyi di balik simbol (Why 1:20; 17:7), rahasia bagi kelompok tertentu (Mrk 4:11), sesuatu yang dahulu tersembunyi tetapi sekarang sudah dibukakan (1 Kor 2:7), atau sesuatu yang khusus/misterius (1 Kor 13:2). Berdasarkan konteks 1 Korintus 14, poin yang ingin ditekankan Paulus tampaknya bukan terletak pada isi rahasia itu. Ia hanya menyinggung tentang sesuatu yang tidak terpahami oleh pikiran manusia apabila tidak diungkapkan melalui karunia menerjemahkan bahasa roh. Jadi, dalam hal ini kita hanya bisa menebak saja. Karena bahasa roh ditujukan hanya kepada Allah, isinya sangat mungkin berupa doa atau pujian kepada Dia (14:15).

Tujuan dari bahasa roh – yaitu mengucapkan hal-hal rahasia oleh Roh kepada Allah – berbeda dengan nubuat (14:3b). Orang yang bernubuat berkata-kata untuk pembangunan (oikodomēn), nasihat (paraklēsin), dan penghiburan (paramythian). Kita sebaiknya tidak terlalu membedakan tiga kata yang beragam di sini. Paulus mungkin hanya menyebutkan ketiganya untuk penekanan. Arti di balik tiga kata ini saling tumpang-tindih. Selain itu, di bagian selanjutnya Paulus hanya menyebutkan yang pertama saja (14:5, 12, 26). Dari sini terlihat bahwa yang pertama dijelaskan oleh kedua dan ketiga. Maksudnya, cara membangun kerohanian jemaat adalah melalui nasihat dan penghiburan.

Nasihat dan penghiburan melalui nubuat di sini tidak boleh dipahami sebagai prediksi masa depan yang menyenangkan. Dalam khotbah yang lalu-lalu kita sudah belajar bahwa “nubuat” tidak selalu prediksi. Nubuat adalah penyampaian isi hati Allah kepada manusia, entah itu berbentuk prediksi, nasihat, penghiburan, atau teguran. Jika dilihat dari konsep ini, kita bisa melihat betapa parahnya kerancauan seputar nubuat. Di banyak gereja, nubuat selalu diidentikkan dengan prediksi masa depan. Nubuat juga seringkali disamakan dengan penyampaian sesuatu yang misterius dari Allah. Paulus tampaknya tidak sedang memikirkan hal-hal tersebut. Siapa saja yang menasihati dan menghibur orang lain dengan firman Tuhan sebenarnya sedang bernubuat. Hanya saja, ada orang-orang tertentu yang dikarunia oleh Roh dan sangat berhasrat serta efektif dalam memberikan nasihat, penghiburan, maupun teguran.

Penerima manfaat

Perbedaan terakhir antara bahasa roh dan nubuat terletak pada penerima manfaat (14:4-5). Bahasa roh hanya membawa manfaat bagi yang memilikinya (14:4a). Orang itu bisa dibangun kerohaniannya secara ajaib oleh Roh.

Hal ini berbeda dengan nubuat. Orang yang bernubuat membawa manfaat bagi jemaat (14:4b). Semua orang bisa mengerti apa yang ia ucapkan, dan mendapatkan berkat melalui kebenaran Tuhan yang disampaikan.

Berpijak pada hal ini, Paulus mendorong jemaat Korintus untuk mengejar karunia nubuat (14:5). Atau, lebih tepatnya, untuk meninggalkan ambisi dan antusiasme yang keliru terhadap bahasa roh dan penggunaannya dalam ibadah bersama.

Bukan berarti bahasa roh pada dirinya sendiri adalah negatif. Paulus ingin mereka berbahasa roh (14:5a, lit. “aku ingin…”; LAI:TB “aku suka”). Bukan hanya sebagian dari mereka, melainkan “semua berkata-kata dengan bahasa roh” (15:5a). Penggunaan kata “semua” di sini mungkin disengaja oleh Paulus sebagai kritikan terhadap mereka yang berbahasa roh dan menganggap diri sebagai kelompok elit yang rohani di dalam gereja. Melalui pilihan kata ini Paulus ingin menegaskan bahwa bahasa roh terbuka untuk semua orang, sejauh Roh Kudus memang berkehendak memberikan karunia itu kepada seseorang (12:11b). Kenyataan bahwa tidak semua orang berbahasa roh (12:29-30) menunjukkan bahwa pemberian karunia sepenuhnya ditentukan oleh Roh. Siapa saja bisa diberi, tetapi tidak setiap orang akan diberi.

Walaupun harapan Paulus di awal ayat 5 adalah tulus  - ia sungguh-sungguh melihat manfaat positif dari karunia bahasa roh bagi yang memilikinya, dan ia sungguh-sungguh rindu agar lebih banyak orang dibangun melalui karunia tersebut – Paulus tetap mendorong jemaat untuk bernubuat. Orang yang bernubuat lebih besar daripada orang yang berbahasa roh. Hal ini tentu saja tidak berarti bahwa pada dirinya sendiri bahasa roh lebih rendah daripada nubuat. Keutamaan nubuat berhubungan dengan aspek manfaat bagi orang lain (14:5b). Jika bahasa roh diterjemahkan, maka karunia ini tidak kalah dari nubuat (14:5c).  Soli Deo Gloria.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community