Bagaimana dengan Mujizat-mujizat di Luar Kekristenan? (Bagian 3)

Posted on 30/06/2019 | In QnA | Leave a comment

(Lanjutan tgl 23 Juni 2019)

Dapat diverifikasi adalah satu hal. Telah diverifikasi adalah hal lain. Mujizat-mujizat dalam Alkitab bukan hanya dapat, tetapi telah diverifikasi. Menariknya, peneguhan ini berasal dari kalangan non-Kristen, beberapa bahkan adalah penentang keras kekristenan. Dalam tradisi Yahudi, Josefus (sejarawan Yahudi abad ke-1 Masehi) mengakui perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Yesus walaupun dia menggunakan istilah lain yang mengarah pada tindakan-tindakan ajaib yang kontroversial. Talmud Yahudi juga memberi pengakuan yang sama, walaupun mereka mengaitkan hal itu dengan tuduhan bahwa Yesus menggunakan ilmu hitam dari Mesir.

Mujizat kebangkitan Yesus dari antara orang mati dapat dibenarkan secara penalaran historis. Apakah ada catatan di luar kekristenan yang meneguhkan kisah kebangkitan? Tidak ada (kecuali kita menafsirkan tahayul yang fatal dalam tulisan Tacitus sebagai rujukan tentang kebangkitan). Walaupun tidak ada peneguhan dari luar, tetapi kebangkitan Yesus sangat konsisten dengan penalaran historis.

Perkembangan kekristenan yang begitu pesat di berbagai tempat tidak lama sesudah kebangkitan Yesus jelas menuntut sebuah penjelasan. Ini fenomena yang tidak biasa. Bagaimana mungkin para pengikut mula-mula yang tergolong orang-orang biasa yang sederhana dapat memengaruhi dunia kuno sedemikian rupa? Apa yang membuat mereka begitu bersemangat memberitakan kebangkitan Yesus? Apakah mereka mendapatkan keuntungan material dari pemberitaan itu? Sama sekali tidak! Mereka bahkan harus mengalami penderitaan, penganiayaan, bahkan kematian. Seandainya mereka menciptakan cerita bohong tentang kebangkitan, untuk apa mereka mau menderita demi kebohongan yang mereka ciptakan sendiri? Tidak ada motif apapun yang masuk akal. Seandainya cerita itu hanyalah kebohongan, mengapa begitu banyak orang dari berbagai kalangan berhasil diyakinkan oleh para pemberita yang sangat sederhana?

Sebagai penutup, jika kita diperhadapkan dengan pertanyaan tentang mujizat-mujizat dalam agama lain, kita sebaiknya tidak mencampuri pandangan pihak lain. Bukan tugas kita untuk menguji keabsahan tradisi-tradisi mereka. Bukan porsi kita untuk meragukan kisah-kisah itu. Yang perlu kita lakukan hanyalah menjelaskan konsep Alkitab yang benar tentang relasi antara mujizat dan iman. Di samping itu, kita dipanggil untuk menerangkan beberapa keunikan seputar mujizat-mujizat Alkitab. Soli Deo Gloria.

Yakub Tri Handoko