Pertanyaan semacam ini sering diajukan oleh anak-anak muda. Sebagian hanya berusaha mencari pembenaran untuk tindakan mereka, sementara yang lain memang dengan tulus ingin menemukan jawaban yang benar. Apakah Alkitab memberikan batasan untuk pacaran?
Positif. Batasan yang diberikan lebih ke arah pikiran, bukan kontak secara fisik. Tuhan Yesus pernah berkata: “Setiap orang yang memandang perempuan dan menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat 5:28). Perkataan ini luar biasa berhikmat. Seandainya batasan yang ada bersifat fisik, orang yang berbeda dari zaman dan kultur yang berbeda mungkin akan memiliki batasan yang berbeda. Ajaran Tuhan Yesus menempatkan semua orang dalam pagar yang sama.
Berpijak pada perkataan Tuhan Yesus di atas, pertanyaan yang lebih tepat untuk diajukan bukanlah “seberapa jauh kontak fisik boleh dilakukan?”, melainkan “seberapa kuat kita menjaga mata, pikiran, dan hati kita dari keinginan seksual yang tidak pada tempatnya?” Sebagai contoh, berpegangan tangan tidak selalu boleh maupun berdosa. Jika dilakukan pada saat yang tepat – misalnya pada saat menyeberang jalan atau berjabat tangan memberi selamat – berpegangan tangan jelas diperbolehkan. Bagaimana dengan berpegangan tangan pada saat berdua tanpa orang lain? Banyak orang yang tidak mampu menjaga pikiran dan hatinya pada momen seperti ini. Di samping itu, kita perlu bertanya pada diri kita: “apakah kegunaan berpegangan tangan dalam situasi seperti itu?” Apabila kita tidak menemukan jawaban yang positif terhadap pertanyaan ini, kita sebaiknya tidak melakukannya. Itu perbuatan yang tidak diperlukan (unnecessary action) yang dapat membawa kita pada pencobaan.
Bagaimana dengan pelukan? Jika dilakukan pada momen dan tempat yang tepat serta dalam durasi yang pendek, pelukan dapat menjadi ekspresi kasih sayang yang tulus. Misalnya, pada saat orang yang kita cintai sedang berada dalam kesedihan yang mendalam, pelukan lembut yang singkat mungkin berguna untuk memberikan semangat. Bagaimanapun, hal ini bisa menjadi pencobaan apabila dilakukan di tempat yang sepi dan dalam durasi yang lama. Lebih bijaksana apabila kita mengungkapkan perhatian dan dukungan kita dengan cara yang lain, misalnya melalui doa dan perkataan yang menguatkan.
Di luar pegangan tangan dan pelukan, semua kontak fisik sebaiknya tidak dilakukan. Sangat sulit menjaga hati dan pikiran pada saat dua orang yang berlainan jenis berciuman. Selain itu, ciuman bukan ekspresi kasih sayang yang bijaksana. Unsur nafsu jauh lebih dominan pada saat berciuman. Tidak ada nilai positif apapun yang tersirat di dalam tindakan ini.
Sebagai konklusi, marilah kita membiasakan diri menanyakan beberapa hal berikut ini: “Apakah kegunaan positif dari tindakan ini?”. Sesudah itu, “Adakah cara lain yang lebih aman dan bermakna untuk mengekspresikan kegunaan positif tersebut?” Kiranya Roh Kudus memberikan hikmat untuk bersikap dalam setiap keadaan. Kiranya Ia menjaga hati dan pikiran kita agar tetap berjalan dalam kesucian. Tuhan memberkati. Soli Deo Gloria.