Apakah Yesus melakukan baptisan?

Posted on 08/06/2014 | In QnA | Leave a comment

             Pertanyaan di atas muncul sehubungan dengan komentar penulis Injil Yohanes di 4:2 (“meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya”). Keterangan ini pasti merujuk balik pada catatan sebelumnya bahwa Yesus mendapatkan dan membaptis banyak murid (3:22-26). Apakah Yesus turut membaptis?

             Pertanyaan ini sulit untuk dijawab secara pasti. Kita tidak tahu apakah Yohanes 4:2 hanya menerangkan aktivitas baptisan di awal pelayanan Yesus (Yoh 3:22-24) atau sepanjang pelayanan Yesus di dunia. Ketidakadaan catatan dari kitab injil lain tentang aktivitas baptisan yang dilakukan oleh Yesus mungkin mengarahkan kita untuk mengambil konklusi bahwa sepanjang pelayanan-Nya di dunia Yesus tidak pernah membaptis. Bagaimanapun, hal ini sukar untuk dipastikan. Tidak semua tindakan Yesus dicatat dalam kitab-kitab injil (Luk 1:1-14; Yoh 20:30-31; 21:24-25). Jika harus memilih, kita sebaiknya berpijak pada data yang ada walaupun sangat sedikit dan tidak konklusif, yaitu Yesus tidak membaptis.

Sama sulitnya dengan hal itu adalah menebak alasan penulis Injil Yohanes perlu menambahkan keterangan semacam itu. Jika baptisan oleh murid-murid Yesus memang mendapatkan peneguhan dari Yesus, mengapa Ia sendiri tidak turut membaptis (minimal dalam konteks Yoh 3-4)? Para penafsir mencoba mengusulkan beberapa alternatif.

1. Menunjukkan bahwa baptisan bukanlah tugas pelayanan Yesus yang terutama (bdk. sikap Paulus di 1 Korintus 1:17). Jadi, poin yang ingin disampaikan bukan apakah Yesus secara aktual terlibat atau tidak, melainkan upaya untuk memberi penekanan pada aspek pelayanan Yesus yang lain.

2. Menunjukkan kontinuitas dengan dan superioritas atas pelayanan Yohanes Pembaptis. Dengan meneguhkan pelayanan baptisan dari murid-murid-Nya Yesus secara tidak langsung ‘melanjutkan’ pelayanan Yohanes Pembaptis. Dengan tidak terlibat langsung, Yesus ingin menyiratkan keutamaan-Nya dibandingkan Yohanes. Baptisan Yesus adalah terutama baptisan Roh, seperti yang diberitakan oleh Yohanes (1:32-34). Dugaan ini diperkuat dengan kontras antara pelayanan Yesus dan Yohanes (3:25-30).

3. Mengajarkan bahwa nilai baptisan tidak ditentukan oleh oknum yang melakukan. Yang paling penting adalah seseorang menjadi murid Tuhan Yesus, lalu sesudah itu dibaptis. Yohanes 4:1 menyebutkan Yesus memperoleh murid (lit. ‘membuat murid’) lebih dahulu, baru Yesus membaptis. Siapa pun yang melakukan baptisan, yang penting orang yang dibaptis sebelumnya sudah mengambil komitmen untuk menjadi murid Tuhan.

4. Menyiratkan bahwa orang-orang percaya pada zaman Tuhan Yesus maupun pada zaman sesudahnya berdiri sejajar di hadapan Allah. Ritual baptisan dan orang yang mempraktekkannya pada zaman dahulu memiliki bobot yang lebih serius daripada sekarang. Paulus memberi indikasi bahwa hal itu bisa menimbulkan perselisihan (1 Kor 1:17-18). Fakta bahwa Yesus tidak pernah membaptis akan menempatkan semua murid pada titik yang sama. Atau, paling tidak, mencegah orang Kristen generasi pertama untuk merasa diri superior dibandingkan dengan generasi berikutnya (bdk. kesatuan semua orang percaya di Yoh 17:20-24).

 

Kita tidak harus memilih salah satu dari usulan di atas, seolah-olah masing-masing alasan bersifat eksklsuif terhadap yang lain. Penulis Injil Yohanes mungkin memaksudkan semua poin di atas, walaupun kita tidak tahu poin mana yang mendapatkan penekanan lebih daripada yang lain.

admin