Apakah Wabah Covid-19 Merupakan Tanda Akhir Zaman?

Posted on 19/04/2020 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/apakah-wabah-covid-19-merupakan-tanda-akhir-zaman.jpg Apakah Wabah Covid-19 Merupakan Tanda Akhir Zaman?

Pandemik virus Corona Covid-19 secara global telah memicu perdebatan seputar akhir zaman. Isu eskhatologis seperti ini memang kerap mencuat ketika sebuah bencana terjadi, apalagi dalam skala global. Dunia bergoncang. Korban terus berjatuhan.

Mengapa sebagian orang menganggap wabah Covid-19 sebagai tanda akhir zaman? Benarkah wabah ini tanda akhir zaman?

Sehubungan dengan pertanyaan pertama, banyak orang mengaitkan wabah ini dengan akhir zaman karena beberapa hal. Yang terutama tentu saja adalah jangkauannya yang global dan memakan banyak korban. Situasi ini diyakini sebagai penggenapan dari Wahyu 6:8 “Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi”. Kata “sampar” di ayat ini diterjemahkan sebagai “wabah penyakit” di beberapa versi (NASB “pestilence”).

Keterkaitan lain yang dilihat adalah penggunaan teknologi secara masif dan intensif selama pandemi Covid-19. Banyak orang mulai bekerja dan belajar dari rumah. Komunikasi dilakukan melalui internet. Itu berarti data pribadi miliaran orang sudah dikumpulkan. Belum lagi penggunaan analisa kebiasaan pengguna (customer behavior analysis) yang memungkinkan pengelola sebuah platform (FB/IG/WA/YT, dsb) untuk mengetahui lokasi dan preferensi setiap pengguna. Sebagian orang meyakini bahwa jika antikristus kelak datang, semua data tersebut akan digunakan untuk mengawasi dan mengontrol semua orang.

Penggunaan teknologi yang lebih khusus adalah termometer yang ditembakkan ke dahi seseorang (thermo gun). Ini dipercayai sebagai persiapan antikristus dalam membiasakan orang untuk mendapatkan scan di dahi mereka. Dengan demikian, mereka tidak akan kaget apabila antikristus nanti membubuhkan tanda di dahi mereka (Why. 13:16).

Penyelidikan Alkitab yang lebih cermat menunjukkan bahwa pandangan di atas kurang memiliki dukungan yang kuat. Alat kematian di Wahyu 6:8 ada empat: pedang, kelaparan, sampar dan binatang buas. Jika pandemi Covid-19 mewakili sampar, lalu di mana tanda-tanda yang lain: pedang, kelaparan, dan binatang buas? Bahkan seandainya kita anggap pandemi ini sebagai salah satu tanda, hal itu belum tentu sesuai dengan ayat ini. Jumlah korban meninggal dunia di ayat ini sekitar ¼ penduduk dunia. Seandainya setiap tanda berkontribusi 25% dari total ¼ penduduk dunia, korban Covid-19 harus mencapai sekitar 490 juta orang . Per hari ini korban total di seluruh dunia ada di kisaran 140.000 orang. Apakah dalam beberapa bulan ke depan angka ini terus melejit sampai ratusan juta? Let’s see. Namun, menurut mayoritas ahli, hal itu sangat sukar terwujud. Jika tingkat peningkatan diasumsikan tetap seperti sekarang, diperlukan waktu bertahun-tahun untuk mencapai angka 490 juta. Skenario ini juga tampaknya mustahil terjadi. Jika 70% penduduk di suatu lokasi sudah terpapar virus ini maka akan muncul kekebalan tubuh kawanan (herd immunity). Selama beberapa bulan ke depan, obat atau vaksin untuk melawan virus ini juga mungkin akan ditemukan. Kalaupun belum ditemukan dalam waktu dekat, keberhasilan Wuhan untuk memerangi virus ini menunjukkan bahwa masih ada harapan besar di depan. Jumlah korban hingga 490 juta tampaknya sangat jauh dari kenyataan.

Bahkan seandainya nanti korban Covid-19 benar-benar mencapai ratusan juta (kiranya dijauhkan itu dari dunia kita!) dan tiga tanda akhir zaman lain digenapi sehingga ¼ penduduk dunia menjadi korbannya, apakah itu berarti bahwa kesudahan dunia sudah sedemikian dekat? Belum tentu. Jika para penggemar spekulasi akhir zaman konsisten dengan cara penafsiran mereka yang hurufiah dan kronologis, mereka seharusnya juga perlu bersabar lebih lama. Wahyu 6:8 menyinggung tentang meterai ke-4. Masih ada 3 meterai lagi. Setelah 7 meterai (Why. 6-7) pun masih ada 7 sangkakala (Why. 8-10).

Sehubungan dengan kemajuan teknologi dan penggunaan thermo gun di dahi, spekulasi seperti ini sebenarnya sudah lama ada. Sejak pertama kali komputer diperkenalkan kepada publik, ketakutan ini sudah mencuat. Pada saat barcode diperkenalkan, spekulasi yang sama muncul lagi. Demikian pula dengan peluncuran produk-produk teknologi lainnya: smart phone, RFID, cek retina, dsb. Pendeknya, setiap kali ada alat teknologi yang dapat digunakan untuk melacak keberadaan atau kebiasaan seseorang – apalagi yang diletakkan di dahi atau tangan – isu tentang antikristus langsung menjadi bahan perbincangan. Semua dipahami sebagai tanda antikristus.

Anggapan seperti di atas muncul dari pembacaan Alkitab yang tidak konsisten. Tanda di dahi dan tangan bukan hanya ada di tubuh para pengikut antikristus. Para pengikut Kristus juga mendapatkan tanda yang sama di tempat yang sama (Why. 7:3; 14:1; 20:4; 22:4). Jika tanda antikristus dikaitkan dengan alat-alat teknologi mutakhir, bukankah tanda pengikut Kristus juga dipahami dengan cara yang sama? Apakah itu berarti bahwa Kristus akan memantau setiap pengikut-Nya melalui alat-alat teknologi tertentu? Sebuah pemikiran yang konyol, bukan?

Di tengah pandemi dan situasi seperti ini, marilah kita memiliki fokus yang tepat. Sebelum ada 7 meterai dan 7 sangkakal yang menimpa seluruh bumi (Why. 6-10), kita diingatkan ada tahta Allah di sorga (Why. 4-5). Dia sedang memerintah dari sana. Jadi, apapun yang terjadi, kita tetap berserah dengan iman, karena Dia sudah, sedang dan terus-menerus mengontrol segala sesuatu dari tahta-Nya yang mulai dan berkuasa. Soli Deo Gloria.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community