Apakah Matius 7:21-23 mengajarkan ketaatan sebagai syarat keselamatan?

Posted on 02/02/2014 | In QnA | Leave a comment

Pembacaan sekilas terhadap bagian Alkitab ini mungkin dapat menimbulkan kesan bahwa keselamatan diperoleh melalui perbuatan baik. Pembacaan yang lebih teliti menunjukkan hal yang berbeda. Konteks pembicaraan di bagian ini adalah nabi-nabi palsu yang diibaratkan seperti serigala yang sedang menyamar sebagai domba (Mat 7:15). Tuhan Yesus tidak sedang membahas tentang orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh.

Walaupun serigala dan domba tampak memiliki ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan warna bulu yang mirip, tetapi keduanya tetap dapat dibedakan. Serigala akan tetap menjadi dan berperilaku sebagai serigala, begitu pula dengan domba. Untuk menjelaskan ini Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan dari dunia tanaman: buah yang baik tidak mungkin dihasilkan dari tanaman duri dan onak (Mat 7:16-18). Dengan kata lain, semua ditentukan oleh natur atau hakekat.

Para nabi palsu mungkin bisa meniru dan mempraktekkan beberapa hal spektakuler dalam kekristenan, misalnya mengadakan mujizat dan bernubuat (Mat 7:22). Mereka mungkin bisa memanggil nama Tuhan dengan mulut mereka (Mat 7:21). Persoalannya, mereka tidak mungkin dapat menyangkali hakekat mereka. Hati mereka yang belum mengalami pertobatan tidak dapat ditutup-tutupi. Orang lain tidak bisa melihat kualitas hati nabi-nabi palsu, tetapi mereka tetap dapat mendeteksi dari tingkah laku mereka, karena tindakan bersumber dari natur. Pohon buah akan menghasilkan buah, demikian pula semak duri akan menghasilkan onak.

Dengan cara yang sama kita dapat memahami ketaatan yang dituntut Tuhan Yesus di Matius 7:21 dan 23 bukan sebagai syarat keselamatan. Sebaliknya, ketaatan merupakan bukti bahwa kita telah mengalami perubahan radikal dalam diri kita. Tidak mungkin seorang yang sudah diselamatkan di dalam Kristus akan hidup dalam dosa. Kita mungkin jatuh, tetapi tidak akan berkanjang dosa. Kita sudah diciptakan kembali dalam Kristus Yesus, sehingga kita pasti akan dan mampu melakukan perbuatan baik (Ef 2:10). Allah mengerjakan kemauan dan kemampuan dalam diri kita untuk menuruti perintah-Nya (Flp 2:12-13). Roh Kudus yang mempertobatkan kita (Yoh 16:8-11) akan senantiasa memimpin dan meneguhkan kita sebagai anak-anak Allah (Rom 8:9-16).

admin