Apakah Kolose 1:24 Menyiratkan Ketidaksempurnaan Penderitaan Kristus?

Posted on 01/11/2015 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/Apakah-Kolose-1-24-Menyiratkan-Ketidaksempurnaan-Penderitaan-Kristus.jpg Apakah Kolose 1:24 Menyiratkan Ketidaksempurnaan Penderitaan Kristus?

Dalam salah satu terjemahan Bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI:TB) Kolose 1:24 diterjemahkan sebagai berikut: “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat”. Jika dibaca secara sekilas, tidak salah bila seseorang menemukan kesan bahwa penderitaan Kristus belum sempurna. Apa yang belum sempurna itulah yang selanjutnya digenapkan oleh Paulus melalui penderitaan dalam pelayanannya.

Benarkah Paulus memaksudkan ucapannya seperti itu? Apakah makna “menggenapkan apa yang kurang” dalam teks ini?

Kita perlu menandaskan di awal bahwa Paulus tidak mungkin meragukan kesempurnaan karya penebusan Kristus. Di Kolose 2:20-23 ia sangat menentang ajaran sesat yang menganggap keselamatan di dalam Kristus masih perlu ditambah oleh beragam ritual kesalehan tertentu. Seluruh kepenuhan Allah berkenan berdiam di dalam Kristus (1:19). Penebusan-Nya memberikan pengampunan atas semua dosa orang percaya (2:13).

Di samping itu, dalam Alkitab kata Yunani thlipsis yang digunakan pada ungkapan “apa yang kurang pada penderitaan Kristus” (ta hysterēmata tōn thlipseōn tou Christou) tidak pernah digunakan untuk penderitaan Kristus di kayu salib (James D. G. Dunn, The Epistles to the Colossians and to Philemon, 114-15, n. 7). Penderitaan Kristus dalam konteks penebusan seringkali diungkapkan dengan kata kerja paschō (Mat 16:21; Mar 8:31; Luk 9:22; 17:25) atau kata benda pathēma (Flp 3:10; Ibr 2:9, 10; 1 Pet 1:11; 4:13; 5:1). Seandainya Paulus ingin merujuk pada penderitaan Kristus yang berhubungan dengan penebusan di kayu salib, ia mungkin akan memilih kata pathēma. Ia tampaknya sedang sedang memikirkan jenis penderitaan Kristus yang lain.

Kunci untuk memahami pernyataan Paulus terletak pada pengalaman pertobatannya (F. F. Bruce, Commentary on the Epistle to the Colossians, 216). Pada saat ia sedang menganiaya orang-orang Kristen, Tuhan Yesus sendiri menemui dia di tengah jalan menuju Damsyik melalui sebuah penglihatan dari sorga dan berkata: “Mengapa engkau menganiaya Aku?” (Kis 9:4; 22:7; 26;14). Penggunaan kata ganti “Aku” menunjukkan bahwa penderitaan gereja identik dengan penderitaan Kristus. Dengan kata lain, Yesus Kristus masih terus-menerus mengalami penderitaan, yaitu melalui penganiayaan dan kesesakan yang dialami oleh jemaat-Nya. Dalam arti inilah, penderitaan Kristus belum genap atau belum selesai.

Konsep ini dapat dirangkum dalam dua kata kunci: partisipasi dan representasi. Ide tentang partisipasi berkaitan erat dengan pembalikan tujuan hidup Paulus. Pengalaman pertobatan membawa perubahan radikal dalam hidup Paulus. Tujuan hidupnya berbalik 180 derajat. Kini yang ia sangat rindukan adalah “mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya” (Flp 3:10). Penderitaan (pathēma) Kristus untuk keselamatan orang-orang pilihan memang sudah sempurna. Yang kurang adalah partisipasi Paulus di dalam penderitaan itu. Karena itulah ia bersyukur apabila ia harus menanggung begitu banyak penderitaan (thlipsis) demi nama Kristus (Kol 1:24; bdk. Kis 9:16), karena dengan demikian ia bisa menggenapkan apa yang kurang: partisipasi orang-orang percaya dalam persekutuan dengan penderitaan Kristus.

Ide tentang representasi diusulkan oleh John Piper. Dalam bukunya yang berjudul Desiring God: Meditations of A Christian Hedonist, ia menjelaskan bahwa dunia tidak mengenal maupun menerima penderitaan Kristus. Salah satu cara yang digunakan Allah untuk menyatakan hal tersebut adalah melalui penderitaan di dalam dunia yang dialami oleh umat pilihan. Pendeknya, penderitaan orang Kristen tidak menambah kuasa penebusan Kristus, namun memperlihatkan kuasa itu kepada dunia yang tidak mengenalnya (halaman 268-70). 

Penjelasan di atas sekaligus mengajarkan bahwa menggenapkan penderitaan Kristus tidak hanya menjadi bagian Paulus. Semua orang percaya juga diberi karunia untuk menderita bagi Dia (Flp 1:29). Soli Deo Gloria. 

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community