Apakah kisah Natal tentang para pemilik losmen yang jahat sesuai Alkitab?

Posted on 11/01/2015 | In QnA | Leave a comment

Kita mungkin sudah pernah menyaksikan drama Natal tentang perjalanan Yusuf dan Maria ke Betlehem. Dalam beragam drama tersebut biasanya keluarga ini ditampilkan sebagai orang yang sangat miskin dan ditolak oleh banyak orang. Tidak ada pemilik losmen yang mau membuka pintu mereka untuk orang miskin seperti Yusuf. Maria pun terpaksa melahirkan di tengah jalan di sebuah kandang binatang.

Ternyata gambaran populer dalam drama Kristen ini tidak seberapa akurat. Ada tiga hal yang perlu dikaji ulang: waktu kedatangan di Betlehem, arti kata katalyma (biasa diterjemahkan “rumah penginapan/losmen”), dan lokasi dari palungan. Mari kita bahas satu per satu.

Waktu kedatangan ke Betlehem. Drama-drama Natal biasanya menggambarkan Maria sedang bepergian pada saat kehamilannya sudah mendekati hari H. Di tengah perjalanan ia akhirnya melahirkan bayi Yesus.

Catatan Alkitab dan pertimbangan lain ternyata memberi gambaran yang berbeda. Maria memang dalam keadaan hamil pada waktu perjalanan dilakukan (Luk 2:5; bdk. Luk 1:28-38), tetapi tidak ada petunjuk apapun yang mengarah pada kehamilan yang sudah dekat hari H. Lukas 2:4 hanya mengatakan: “ia sedang hamil” (ousē enkyō, NASB/ESV “was with child”; kontra KJV “great with child”; NIV “expecting a child”). Sebaliknya, keterangan “ketika mereka berada di sana” (Luk 2:6, egeneto de en tō einai autous ekei) justru menyiratkan bahwa Yusuf dan Maria sudah berada di Betlehem untuk beberapa waktu lamanya. Alkitab tidak mengatakan “pada saat tiba di sana”.

Interpretasi di atas juga didukung oleh pertimbangan geografi dan kultural waktu itu. Nazaret dan Betlehem hanya berbeda propinsi. Perjalanan hanya membutuhkan waktu sekitar 3 hari. Lagipula, batasan waktu untuk sensus tidak seketat sekarang. Yusuf bisa memilih waktu yang paling tepat sesuai keadaan Maria. Sulit dipahami jika ia memutuskan untuk mulai meninggalkan Nazaret beberapa hari menjelang hari H kelahiran bayi Yesus. Lebih masuk akal jika Yusuf berangkat beberapa minggu lebih awal dari orang lain sehingga Maria bisa beristirahat kapan pun ia mau dan tiba di Betlehem lebih awal sembari menunggu hari H di sana.

Arti kata “katalyma.” Lukas 2:7 berbunyi: “karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan”. Terjemahan “rumah penginapan” merupakan warisan dari versi Inggris kuno (“inn”), padahal katalyma sudah muncul di Lukas 22:11 dengan arti “ruang tamu” (juga Markus 14:14). Sebaliknya, pada saat Lukas membicarakan tentang rumah penginapan, ia justru memakai kata pandocheion (10:34). Jadi, Yusuf dan Maria kemungkinan besar sudah berada di suatu rumah di Betlehem, namun pada waktu melahirkan bayi Yesus Maria terpaksa melakukannya di kandang binatang karena tidak ada tempat di ruang tamu.

Walaupun kita memaksakan katalyma dalam arti “rumah penginapan,” kita tetap tidak menemukan petunjuk apapun dalam Alkitab tentang para pemilik losmen yang bersikap jahat terhadap Yusuf gara-gara mereka miskin. Gambaran ini juga bertabrakan dengan etika kuno tentang penerimaan orang asing. Lagipula, sulit dipahami jika tidak ada kerabat Yusuf di Betlehem yang mau menerima dan menolong mereka. Ini hanyalah tafsiran yang keliru sebagai bumbu penyedap drama Natal.

Lokasi palungan. Rumah zaman dahulu terdiri dari dua bagian: tempat tinggal dan tempat ternak. Tempat tinggal mencakup kamar-kamar pribadi milik tuan rumah dan ruang tamu. Mengingat banyak orang juga kembai ke Betlehem untuk keperluan sensus, sangat bisa dipahami mengapa ruang tamu sudah penuh: kerabat dan tamu sedang berdatangan.

Dalam edisi mendatang saya akan memaparkan alternatif penafsiran lain. Untuk sekarang saya hanya memaparkan ini sebagai salah satu kemungkinan penafsiran. Tidak ada masalah apabila kita menerima penafsiran ini. Baik teolog liberal maupun Reformed menerima tafsiran ini. Yang ditentang bukan kisah Alkitab, tetapi penafsiran di dalam drama-drama Natal. Dasar kebenaran kita adalah Alkitab, bukan konsep umum.

Apakah penafsiran baru ini mengurangi makna kesederhanaan dari Natal? Sama sekali tidak! Peristiwa inkarnasi yang luar biasa ternyata terjadi dalam sebuah situasi yang biasa dan sehari-hari. Pada dirinya sendiri hal ini sudah luar biasa! Allah tidak memilih posisi dan proses kelahiran yang spektakuler. Di samping itu, kehinaan Natal juga tetap terlihat dari fakta bahwa berita Natal pertama disampaikan pada para gembala yang dianggap kelompok masyarakat yang rendah dalam budaya Yahudi waktu itu (Luk 2:8-20). Kemunculan tokoh-tokoh perempuan dalam kisah Natal di Injil Lukas – Maria, Elisabet, dan Hana – juga menyiratkan kesediaan Allah untuk memakai mereka yang tidak dianggap oleh masyarakat. Maria sendiri menyadari kerendahannya (Luk 1:48). Jadi, kesederhanaan, kehinaan, dan kerendahan Natal tidak dikompromikan dalam penafsiran baru yang lebih Alkitabiah ini.               

Dalam edisi lalu kita sudah melihat salah satu interpretasi yang mungkin saja benar berkaitan dengan tempat lahir bayi Yesus. Istilah "katalyma" (LAI:TB "penginapan") memang bisa merujuk pada ruang tamu di sebuah rumah biasa. Yusuf dan Maria mungkin saja sudah tiba dan menginap di rumah kerabat di Betlehem beberapa saat sebelum kelahiran Yesus. Karena ruang tamu pada waktu itu dipenuhi kerabat lain, Maria memilih untuk melahirkan bayi Yesus di tempat binatang.


Walaupun demikian, interpretasi ini bukanlah satu-satunya alternatif jawaban. Jika kita mempertimbangkan tradisi gereja dan mencari makna lain dari "katalyna", kita akan menemukan bahwa bayi Yesus kemungkinan lahir di sebuah gua, tempat para pelancong (orang yang sedang bepergian) menambatkan binatang-binatang mereka.  

Pertama, kata "katalyma" juga bisa merujuk pada sebuah tempat berteduh. Tempat itu umumnya berupa gua. Dalam budaya kuno yang seringkali kurang aman dengan suhu malam hari yang sangat dingin, keberadaan tempat berteduh semacam itu sangat diperlukan. Dalam Septuaginta (LXX) kata "katalyna" juga pernah muncul untuk tempat bernaung di malam hari (Kel 4:24). Mungkinkah Yusuf dan Maria sedang berada di tempat semacam itu pada saat Yesus lahir?

Kedua, tradisi gereja awal mengaitkan tempat kelahiran Yesus di sebuah gua. Bapa gereja Justin Martyr dan Origen menyinggung tentang tradisi ini. Beberapa tulisan Kristen non-kanonik juga memberikan catatan yang sama. Di samping itu, pada zaman Kaisar Konstantin (abad ke-4 M), di dekat gua tesebut didirikan sebuah gereja untuk menandai dan memperingati tempat kelahiran Juruselamat.

Di antara dua alternatif yang sudah dipaparkan (entah di sebuah rumah biasa atau tempat perteduhan umum di tengah jalan), manakah yang lebih masuk akal? Jawaban pasti sulit didapat. Catatan Alkitab sangat terbatas dalam hal ini. Jika kita hanya mempertimbangkan catatan dalam Injil Lukas, alternatif pertama terlihat lebih masuk akal. Pilihan manapun yang diambil, hal itu tidak akan mengubah kesederhanaan Natal .

Soli Deo Gloria.

admin