Apakah Kemampuan Anak Indigo dari TUHAN?

Posted on 03/02/2019 | In QnA | Leave a comment

Untuk kesekian kalinya saya mendapatkan pertanyaan seputar kasus indigo. Ada yang bertanya karena ingin tahu. Ada pula yang menggumulkan persoalan ini secara emosional karena dia atau orang yang dekat dengan dia tergolong indigo. Bagaimana pandangan Alkitab tentang indigo?

Sebelum mengupas pertanyaan ini secara detil ada baiknya kita memahami istilah dan keragaman konsep indigo. Istilah “indigo” sekarang diartikan secara berlainan dan cenderung lebih luas. Siapa saja yang tergolong indigo? Tergantung pada karakteristik indigo yang dipercayai dan digunakan oleh seseorang. Artikel ini hanya menyoroti salah satu karakteristik yang cukup konsisten muncul pada mereka yang biasanya dianggap indigo, yaitu kemampuan untuk melihat dan berinteraksi dengan roh-roh jahat atau mengerti beberapa peristiwa yang terjadi jauh sebelum dia lahir atau juga yang baru akan terjadi di depan. Pada beberapa anak, kemampuan ini sudah muncul sejak kecil dan tanpa dipelajari.

Apakah kelebihan (atau kekurangan?) seperti ini berasal dari Tuhan? Alkitab tidak pernah membahas kasus seperti ini secara eksplisit. Tidak ada kisah di Alkitab tentang anak indigo yang seperti ini. Walaupun demikian, Alkitab tetap memberikan petunjuk yang memadai untuk menyikapi kasus ini dengan benar. Kemampuan supranatural ini bukan berasal dari TUHAN.

Pertama, sebuah karunia rohani diberikan sesudah seseorang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan (1Kor. 12:1-3). Orang yang sudah percaya secara sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan berarti dalam dirinya sudah ada pekerjaan Roh Kudus. Tidak orang yang penuh Roh Kudus berkata “Terkutuklah Yesus”. Sebaliknya, tidak ada orang yang bisa mengakui Dia sebagai Tuhan tanpa hatinya dijamah oleh Roh Kudus.

Nah, jika kemampuan supranatural yang dimiliki anak-anak indigo ternyata sudah ada sejak kecil. Kemampuan itu bukan muncul sesudah pertobatan. Dalam banyak kasus, mereka bahkan belum pernah mendengar Injil sama sekali. Situasi seperti ini menunjukkan bahwa mereka mendapatkan kemampuan khusus itu bukan dari Roh Kudus. Kalau begitu, darimana mereka mendapatkannya?  

Kedua, sebuah karunia rohani diberikan oleh Roh untuk kepentingan bersama guna membangun seluruh komunitas orang percaya (1Kor. 12:7, 11). Dalam banyak kasus indigo, mereka hanya bisa melihat dan berinteraksi dengan roh-roh jahat. Persoalannya, mereka tidak dapat melakukan apapun terhadap roh-roh itu. Pengetahuan mereka tidak membangun orang lain. Tidak membuat orang lain semakin mengenal dan mengasihi Tuhan Yesus Kristus.

Apa dampak kemampuan itu bagi kerohanian orang yang memilikinya? Apa pengaruh positif bagi orang lain di sekitarnya? Jika tidak ada, kita perlu menanyakan apakah Allah akan memberikan sesuatu yang tidak bermanfaat. Bukankah pemberian-Nya selalu baik dan sempurna (Yak. 1:17; 2Tim. 4:4)?

Ketiga, kemampuan indigo justru seringkali membawa pada tindakan-tindakan yang negatif. Berbagai riset menunjukkan bahwa orang-orang indigo cenderung antisosial (paling tidak terhadap orang-orang lain yang berbeda dengan mereka). Mereka anti-otoritas dan sistem. Mereka mengalami kesulitan untuk berbaur secara normal dengan orang-orang lain. Tidak heran, sebagian psikolog menganggap kemampuan itu sebagai kekurangan. Mereka dikategorikan sebagai pengidap kelainan kejiwaan tertentu.

Terlepas dari akurat atau tidaknya diagnosa dan labelisasi para psikolog di atas, kita perlu mengkritisi kemampuan indigo. Jika kemampuan itu berasal dari Tuhan bukankah pasti membawa kebaikan? Bukankah ukuran kerohanian yang sejati adalah semakin serupa dengan Yesus Kristus (Rm. 8:29; 2Kor. 3:18; Kol. 3:10)? Jika mereka sedemikian rohani (dengan kemampuan supranatural itu), mengapa karakter mereka justru cenderung negatif?

Yang terakhir, mereka yang tergabung dalam komunitas indigo seringkali menunjukkan konsep-konsep yang sangat berbau Gerakan Zaman Baru yang sangat pantheistik (dari Bahasa Yunani pan = segala dan theos = allah). Mereka mengaku bisa mengamati apa saja yang terjadi secara rohani di planet bumi ini. Beberapa orang dipandang sebagai reinkarnasi dari binatang atau orang tertentu di masa-masa sebelumnya. Banyak konsep dan kosa kata yang mereka gunakan adalah tipikal Gerakan Zaman Baru (auro, energi positif-negatif, pencerahan secara mistis, penggalian potensi diri yang tanpa batas, dsb.). Salah satu penantian mereka adalah berakhirnya dunia ini sehingga mereka bisa menjadi benar-benar sesuai dengan potensial mereka, yaitu menjadi allah-allah. Soli Deo Gloria.

Yakub Tri Handoko