Apakah Istri Perlu Tunduk Apabila Suami Tidak Mengasihi?

Posted on 21/06/2015 | In QnA | Leave a comment

Saya cukup sering mendengar pertanyaan ini dari para istri. Mereka membaca Efesus 5:22-28 dan menemukan dua sisi tanggung-jawab dalam relasi suami istri: suami mengasihi istri (5:22-24), istri tunduk kepada suami (5:25-28). Seandainya salah satu pihak gagal menunaikan kewajibannya, apakah hal itu membatalkan kewajiban pihak lain?

Berdasarkan konteks dan pertimbangan lain, kewajiban masing-masing pihak tetap harus dilakukan, terlepas dari bagaimana pihak lain meresponi kewajibannya. Pertama, dalam teka ini kata "suami" dan "istri" muncul tanpa pembatasan. Alkitab tidak mengatakan " Kasihilah istrimu yang tunduk kepadamu" atau "Tunduklah kepada suamimu yang mengasihimu". Dengan kata lain, kata "suami" dan "istri" muncul secara absolut. Siapapun dia, pihak lain harus tetap menjalankan kewajibannya.

Kedua, dasar dari perintah ini adalah karya Kristus bagi jemaat, bukan tindakan pasangan. Kasih suami harus seperti kasih Kristus kepada jemaat. Ketundukan istri harus seperti ketundukan jemaat kepada Kristus. Bukankah Kristus lebih dahulu mengasihi dan berkorban bagi jemaat? Demikian pula dengan ketundukan istri. Sama seperti Kristus adalah kepala jemaat yang harus dihormati dan ditaati, demikian pula seorang istri wajib tunduk kepada suaminya.

Ketiga, perintah ini tidak mungkin bersyarat. Jika bersyarat, tidak ada satu pihak pun yang akan mampu melakukannya. Suami manapun di dunia ini tidak akan pernah bisa mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi jemaat. Jikalau ketundukan seorang istri baru ditunjukkan sesudah suami menaati perintah ini, maka istri tersebut tidak akan pernah tunduk kepada suaminya! Sampai seberapa jauh seorang istri menuntut kualitas kasih dari suaminya?

Keempat, bagian Alkitab yang lain memerintahkan seorang Kristen untuk tunduk kepada suaminya, bahkan kepada suami yang belum percaya kepada Kristus sekalipun (1 Pet 3:1-6). Perintah ini jelas mengasumsikan bahwa suami tersebut tidak atau belum mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi jemaat (bagaimana dia bisa mengasihi seperti Kristus kalau dia sendiri belum pernah mengalami kasih itu?)

Tunduk kepada suami yang kasar, cuek, dan tidak mengasihi memang bukan tugas yang mudah. Justru disitulah kesungguhan ketundukan seorang istri diuji. Ketaatan seorang istri terhadap perintah Allah benar-benar diuji pada saat-saat semacam itu. Dengan selalu mengingat Kristus dan oleh pertolongan Roh Kudus, saya yakin ketundukan kepada suami akan menjadi hal yang memungkinkan. Bukan hanya mungkin, tetapi juga menjadi proses spiritual yang indah bersama Tuhan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan bahwa Allah akan menggunakan kesalehan seorang istri sebagai alat untuk mengubahkan suaminya (1 Pet 3:1-6). Soli Deo Gloria.

Yakub Tri Handoko